Belajar dalam Jaringan
Bagaimana orang-orang pintar (dan orang-orang bodoh) berada dalam jaringan.
Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Kota Lama Semarang.
Bagaimana orang-orang pintar (dan orang-orang bodoh) berada dalam jaringan.
Sering diajukan sebagai pertanyaan psikologis. Ini pertanyaan bodoh, kalau kita amati kembali.
.. karena mereka berjarak. Cara ini bisa kita rekayasa untuk menasehati diri-sendiri.
Jangan terlena dan merasa mendapatkan “pelajaran berharga” dari pengalaman. Bisa jadi, itu jebakan pikiran.
Kamu hanya perlu menjadi lebih baik daripada kamu yang kemarin.
Perbaikan menuntut keterlibatan.
Menyadari apa yang kamu bisa, menjadi pintu untuk mengeluarkan semua potensimu. Orang gagal karena tidak percaya apa yang ia bisa.
Terlibat tidak harus terlihat.
Saya melindungi diri dan dunia sekitar saya, dengan menetapkan batasan berikut ini..
Pengalaman orang lain adalah milik orang lain. Berkata “tidak” dan menolak, butuh keberanian.
Sama sekali tidak terlarang kamu lakukan ini.
Melihat dari jarak dekat, rasanya selalu berbeda.
Membuat jarak, membuatmu lebih percaya diri dan lebih obyektif. Setidaknya kepada diri sendiri.
Ketika status quo menjadi kambing hitam keburukan dan orang terlalu berharap pada kepastian.
Sulitnya membedakan mana masalah, mana tanggung jawab. Banyak yang bukan tanggung jawabmu, malah kamu selesaikan.
Kompetitor sudah menyeret kamu sejak awal, jika kamu menyadari itu.
Apa saja yang belum terlambat kamu lakukan..
Cara saya menjaga jarak dari orang lain. Tidak terlalu dekat, tidak terlalu jauh.
Kalau kamu belum kenal dengan gaya desain Swiss, meskipun kamu selalu melihatnya.
Mencari “peluang” bisa membuat kamu melupakan pekerjaan sebenarnya.