Kita sering memanipulasi karya sastra sebagai obyek yang tak bertuan. Kita kadang lupa bahwa karya sastra bukan obyek yang sedemikian mudah dimanipulasi, ia adalah “suara” manusia, harus dibawa ke dalam kehidupan sesungguhnya. Tak semestinya kita membuka layaknya obyek sains, dengan pisau bedah intepretatif. Layaknya seekor kodok dalam ruang laboratorium yang dengan mudahnya dibedah secara anatomis. Karya sastra membutuhkan dialog, bukan “pembedahan”.
Obyektivikasi hanya akan merusak karya sastra.
*) Membaca-kembali Maurice Marleau-Ponty