Pada dasarnya, editing tulisan itu berawal dari memeriksa plagiarisme, kemudian menangkap kejelasan maksud penulis, melakukan refrase atau rewrite tulisan agar sesuai “tone”, memeriksa kesalahan, dan terakhir melakukan final checking.

Periksa Plagiasi

.. karena banyak kecurangan dalam kiriman pembaca, karena sering juga mereka tidak menyadari kalau itu kecurangan.

Saya buka web pemeriksa plagiasi dan meng-copy 800 kata pertama. Lihat berapa persentase plagiasi. Kalau itu masih sebatas mengutip referensi, tidak masalah.

Percuma saya editing dari awal, kalau ternyata tulisan yang dikirimkan ke saya, ternyata plagiasi melebihi 30%. Itu sering terjadi.

Aplikasi dan web pendeteksi plagiasi, sering tidak berhasil melihat suatu tulisan merupakan hasil menjahit sana-sini atau memang tulisan orisinal.

Deteksi akan berhasil, jika kita periksa dulu, longtail keyword yang dipakai di judul, dengan Google dan search engine lain, baru kemudian content dari tulisan kita periksa dengan aplikasi atau web pendeteksi plagiasi.

Menebak Maksud Tulisan

Jika secara eksplisit tidak dijelaskan, tanyakan kepada Penulis, “Apa yang ingin kamu sampaikan di sini?”.

Tidak semua penulis bisa mengartikulasikaj maksud tulisan mereka.

Nilai Tulisan

Tulisan menarik pembaca kalau memiliki “nilai”, yaitu: fungsi, makna, signifikansi, relevansi, dll. Ada banyak ukuran “nilai” tulisan, kalau disingkat begini:

  • “Masalah baru” apa yang ingin kamu sampaikan?
  • “Ide baru” apa yang ada di tulisan ini?
  • “Data baru” dan konteks data yang menarik.

Tanpa ada 1 dari 3 hal di atas, tulisan kurang bernilai dan layak diabaikan.

Sebagai editor, saya selalu percaya, tulisan bisa menjadi bagus kalau penulis berhasil menyingkap setidaknya 1 atau 3 hal di atas.

Saya perlu bertanya kepada diri sendiri, setiap kali menulis, atau setiap mau editing kiriman pembaca, seputar 3 pertanyaan itu.

Dalam pertanyaan tersingkat, saya bertanya, “Mengapa saya harus luangkan 5 menit untuk membaca tulisan ini?”.

Kalau penulis bisa menjawab pertanyaan ini, tempatkan jawaban mereka di bagian awal tulisan.

Itu sebabnya, menulis berawal dari pengamatan dan riset. Sebenarnya, tidak pernah ada yang benar-benar baru. Pasti sudah ada sebagian ulasan sebelumnya. Di sinilah “metode” yang paling generik bagi semua penulis artikel opini: “mengatasi kesenjangan” (artinya, yang belum dijelaskan tulisan orang lain).

Misalnya, kamu akan menulis tentang “menu sarapan sehat”. Sudah ada ribuan artikel seperti itu. Masalahnya, apakah artikel yang sudah ada itu spesifik? Bagaimana kalau kita ganti topik menjadi “menu sarapan sehat untuk penderita diabetes”? Tetapi saya bukan dokter.

Nah, di sinilah penulis mulai “bekerja”, melaporkan, dan meneliti apa yang sebaiknya dibaca orang. Singkatnya, isi kesenjangan yang belum diketahui pembaca.

Baca Setidaknya 2 Kali

Yang pertama saya lakukan, biasanya membaca 2 kali. Saya baca “scanning”, sekilas.

Saya memposisikan diri sebagai orang yang tidak tahu apa-apa tentang topik yang dibahas di tulisan.

  • Apakah saya tertarik?
  • Apakah setidaknya ada 1 kalimat atau 1 paragraf yang bisa membuat saya berhenti?
  • Pada tahapan ini, saya tidak membaca secara serius, saya lakukan sambil melakukan aktivitas lain.
  • Apakah saya bisa terhenti dan ingin mengulang beberapa bagian? Ukuran “menarik” itu saya terapkan. Jika saya ingin “mengulang” sebagian, atau “berhenti sejenak”, berarti ada yang menarik.

Periksa Judul dengan Search Engine

Saya menangkap judul tulisan dari pembaca, kemudian saya search di Google. Ini yang membuat saya mengerti, adakah topik yang sama? Bagian mana yang masih kosong? Longtail keyword apa yang belum punya tulisan detail?

Biasanya, saya akan bertanya ke penulis:

  • Jika tulisanmu ini diringkas menjadi 1 paragraf, seperti apa?
  • Jika tulisanmu disingkat menjadi 1 kalimat, seperti apa?
  • Tulisan ini mau bicara apa?
  • Jika saya ringkas seluruh tulisan ini menjadi 1 paragraf atau 1 kalimat, seperti apa?

Itulah yang nanti bisa saya pakai sebagai subjudul atau lead. Kalau hasilnya “datar” dan tidak menawarkan perbincangan baru, saya menjadi tidak tertarik dan saya tolak.

Struktur Argumen dan Hubungan Antarpragraf

Periksa setiap paragraf. Temukan kalimat awal dan kalimat akhir paragraf. Tuliskan-ulang “gagasan utama” dari paragraf ini.

Jika saya highlight kalimat awal dan kalimat akhir dari setiap paragraf, apakah saya bisa dengan mudah memahami isi tulisan ini?

Mekanisme Paragraf

Pahami “mekanisme” paragraf ini. Apa yang akan dilakukan paragraf ini? Misalnya: analisis, argumentasi, persuasi, pembuktian, komparasi, quote, narasi, dst. Style dan gaya bahasa seperti apa yang sedang berlangsung? Ini bisa menjadi parameter dalam memahami suatu paragraf.

Kalau misalnya saya baca 1 paragraf dan menemukan idenya, berarti paragraf itu “berhasil”. Ah, paragraf ini menjelaskan contoh. Paragraf yang ini menjelaskan pengertian istilah ini. Seperti itulah paragraf yang bagus.

Theme

“Theme” bukan tema. Theme itu nuansa secara keseluruhan.

Apa “theme” (tema) dari tulisan ini? Apakah menyiratkan suasana dan nuansa tertentu?

Pada theme humor sekalipun, tidak semua paragraf berisi humor. Sesuaikan, agar ada turun-naik, dan setiap paragraf memiliki “tone” (nada) berbeda.

Use Case

Tulisan yang bagus, harus bisa saya pakai untuk menyelesaikan kasus tertentu, mengatasi masalah tertentu.

Tulisan ini berfungsi untuk “use case” seperti apa? Dengan kata lain, mengapa menulis topik ini?

Misalnya, ketika suatu tulisan menjelaskan tentang “cara membuat keripik kulit pisang” berarti “use case” tulisan ini tentang tutorial langkah demi langkah tentang bagaimana membuat keripik kulit pisang. Berbeda dengan tulisan “sejarah kota”.

Mentarget Pembaca

Setiap tulisan harus punya target pembaca.

Siapa pembaca tulisan ini? Jangan menjawab itu dengan, “semua orang”.

“Semua orang” bukanlah pembaca.

Pastikan pembaca tulisan itu segmented, jelas siapa mereka. Untuk menentukan ini, tentukan apa kebutuhan pembaca.

“Persona” pembaca tulisan kamu, sama dengan bertanya:

  • Apa yang dibutuhkan pembaca saya?
  • Tulisan ini menjawab “masalah” apa?
  • Apa yang nanti bisa diperoleh orang setelah membaca tulisan ini?

Tulisan yang tepat-sasaran berarti mengena di pembaca yang kamu target.

Sebelum menulis, pikirkan: “masalah” yang sedang dialami pembaca, mereka bisa “mencapai” apa setelah membaca tulisan ini, dan apa saja “kebiasaan” pembaca yang kamu target. Pain, gain, dan job.

Tone

Tone (nada) paragraf ini, informal atau casual? Dalam satu tulisan (yang tersusun dari beberapa paragraf)

Keyword

Identifikasi dan beri tanda pada nama dan keyword yang tidak boleh diubah.

Saya harus menemukan “keyword”, “related keywords”, dan “long-tail keyword’.

Efisiensi

Tidak ada yang terbuang. Apa yang tertulis adalah apa yang harus ada di paragraf ini. Kalimat yang hanya mempermanis, boleh saya hapus. Yang panjang, bisa saya singkat. Saya boleh menambahkan kalimat lain, jika itu memperkuat maksud paragraf.

Selalu Singkat

Buat lebih singkat. Atau sebaliknya, lakukan perpanjangan, jika perlu. Panjang hanya jika memperjelas dan menyertakan detail terpenting. Singkat hanya jika mau lebih efisien.

Aliran

Lihat “aliran” (flow) dari kalimat satu ke kalimat berikutnya. Apa yang terjadi jika “kalimat ini” saya hapus? Bagaimana kalau urutan kalimat ini saya ubah?

Parafrase dan Refrase

Selama editing, saya melakukan parafrase dan refrase.

Bisakah kalimat ini saya tulis-ulang dengan bahasa berbeda? Hanya di kalimat yang saya anggap bermasalah, kurang jelas, dan perlu membuat sudut pandang terlihat. Untuk keyword teknis, dari kutipan, atau istilah dari penulis, tidak saya ubah.

yang Tidak Boleh Diubah

Simpan informasi vital yang  tidak boleh diubah. Misalnya, jika suatu paragraf sedang membicarakan “Referensi A”, tidak boleh kamu ubah menjadi “Referensi B”.

Pecah Menjadi Lebih Kecil

Jika ada kalimat majemuk, atau kalimat yang sangat panjang, sebisa mungkin buat menjadi beberapa kalimat singkat, dengan struktur kalimat sempurna: subject dan predikat.

Atur-Ulang Susunan

Ubah susunan kalimat. Ganti kata tertentu dengan kata yang lebih tepat, sebagai technical term, atau sinonim yang lebih tepat, sesuai konteks kalimat.

Jika pembaca hanya membaca kalimat pertama dan kalimat terakhir dari paragraf ini, mereka bisa menemukan “maksud” dan “gagasan” dari paragraf ini.

Periksa kembali, apakah informasi penting dari teks asli masih ada.

Spelling dan Grammar

Bagian ini agak detail:

  • Koreksi ejaan (spelling), tata-kalimat (grammar), salah-ketik (typographical errors), dst.
  • Kutipan dan format penulisan sudah benar.
  • Periksa kembali, pilihan kata dan keragaman kata.
  • Deteksi tone yang kedua. Percaya-diri, konstruktif, memperlihatkan pengalaman, inkllusif, seperti apa kelihatannya?

Kalau sudah melewati semua tahapan di atas, berarti “teks” sudah diedit.

Kalau media kamu menetapkan syarat minimal 700 kata, misalnya, pastikan tulisan ini tidak kurang dari 700 kata. Kalau ada maksimal sekian kata, ya pakai batasan maksimal itu. Setiap media punya kebijakan redaksi yang berlainan. [dm]