Saya hanya punya 53 massa kritis, 2 tahun yang lalu. Sekarang, setiap tulisan bisa terbaca di atas 2K dan dapat 50+ share. Bukan sulap. Semua berawal dari 53 orang yang benar-benar membaca tulisan saya. Jumlah ini semakin bertambah.

Jalan ke sana, tidaklah mudah. Saya dan pembaca, berada di dunia yang penuh kebisingan informasi.

Seperti kamu, saya pernah mengalami “tidak ada yang meembaca tulisan saya”, kemudian saya memakai filter untuk mengevaluasi adakah yang salah dari cara saya.

Satu per satu, saya perbaiki, seperti ini.

Sekitar mereka, seperti sekitarmu juga, mungkin sangat bising. Terlalu banyak informasi, terlalu mengganggu perhatian, dan meminta perhatian. Kawanmu tidak punya “waktu” dan ketertarikan untuk membaca tulisanmu.

Ini bukan masalah pribadi. Ini menjadi masalah hampir semua orang: ingin dibaca, ingin didengarkan, ingin terlihat, ingin semua orang menyadari keberadaan mereka.

Agar mereka punya waktu, pastikan bacaan kamu tidak perlu waktu lama kalau dibaca orang lain.

Artinya: katakan yang terpenting dan harus kamu tuliskan, bukan apa yang ingin kamu tuliskan. Berikan hanya sari pati terbaik.

Mungkin kamu bisa bertindak dan memudahkan kawan kamu untuk membaca email dan pesan WhatsApp ke mereka.

“Saya menulis ini untuk kamu. Masalah yang pernah kita alami.”

Jangan terlalu sering publikasi tulisan kamu. Semakin sering kamu nytatus atau menulis di web, semakin mereka menganggapnya tidak penting.

Kamu butuh jeda, perlu melakukan refleksi. Saya menulis 5-7 aforisma setiap hari, namun tidak selalu menerbitkan tulisan itu.

Termasuk juga, jangan terlalu sering share.

Pembaca itu tersegmentasi. Kalau orang tidak suka politik, kamu tidak perlu share tulisan politik ke mereka. Kalau hanya ada 10 kawanmu yang suka tutorial memperbaiki Windows 10, berikan hanya ke 10 orang itu. Mereka akan bagikan ke kawan mereka.

Jangan langsung menanggapi.

Kebanyakan orang tidak merasa egois, ketika mendengarkan orang lain dengan tujuan agar bisa terlibat dalam perbincangan.

Betapa banyak orang mendengarkan ceramah A di YouTube karena mereka takut ketinggalan dan ingin ikut memasuki perbincangan.

Jangan langsung menanggapi. Kamu perlu mendengarkan apa kemauan kawan kamu (pembaca). Tidak harus menjawab. Pahit, memang.

Ketika seseorang mengkritik kamu, bagaimana rasanya “diam” hanya mendengarkan mereka? Pahit.

Mereka perlu kamu dengarkan.

Dan kamu perlu bertanya kepada diri-sendiri:

  • Apakah saya perlu kirim link ini sekarang?
  • Apakah ini membantu dia selesaikan masalah?
  • Apakah orang ini membutuhkan tulisan saya?

Pertanyaan tersebut juga perlu kamu tanyakan kepada diri-sendiri “sebelum” kamu menulis.

Tulis sesingkat mungkin.

Lebih baik 5 paragraf dengan kejelasan gagasan dan sangat bernilai, daripada panjang demi menuruti struktur standar suatu tulisan.

Orang merindukan kejelasan gagasan, merindukan spontanitas dan sisi “personal” dirimu.

Jangan menjadi impersonal. Mereka ingin merasakan gagasan kamu sebagai pikiran “seseorang”, bukan lembaga.

Mereka suka keunikan, mereka tidak suka gagasan yang seperti berasal dari “lembaga”.

Lihatlah, bagaimana seseorang yang menulis blog sering memperlakukan diri mereka sendiri sebagai “lembaga”, bukan seseorang. Mereka membuat blog mereka dengan nama “computer solution”, “tekno keren”, dll.

Katakan sebagai “saya”, jangan sebagai hantu-bernama.

Inti gagasan kamu bukanlah nama besar kamu. Bukan baju merk yang kamu ukur sendiri.

Singkatnya: besar itu buruk, impersonal itu seperti hantu, dan bukan kamu.

Mungkin tulisan kamu kehilangan “tindakan”.

Kebanyakan tulisan, hanya mendeskripsikan sesuatu. Pintar menjelaskan. Bisa menyajikan detail, pro-kontra, memprediksi, atau memakai pernik-pernik ilmiah, namun.. sebatas mendeskripsikan.

Puisi yang menjelaskan suasana senja, hanya berhasil bercerita tentang senja itu.

Orang tidak suka sesuatu yang “menjelaskan dunia”. Orang suka “bagaimana cara mengubah dunia”.

Orang menyukai sikap. Perspektif. Ajakan bertindak. Kejelasan berbentuk tindakan. Orang menyukai content yang kaya dan berupa tindakan: “Jangan klik ini. Perhatikan bagian kiri bawah. Lihat screenshot ini.”.

Kamu bisa selesaikan masalah ini jika lakukan ini.

Dengan cara sama, tambahkan kata-kata “tindakan” di subject email kamu, di subjudul dan lead. Dalam perbincangan. Dalam pengantar untuk share link.

  • Apakah tulisan ini mengubah hidup saya?
  • Saya harus lakukan apa?
  • Bagaimana menuju level yang lebih keren daripada keadaan saya sekarang?

Pertanyaan itu juga perlu kamu tanyakan. Posisikan dirimu sebagai pembaca yang ingin berubah.

“Orang akan lebih mendengarkan kamu kalau kamu tuliskan komentar di sini. Bagikan agar orang lain bisa atasi masalah ini.”

Dengarkan lebih banyak. Mendengarkan 80% dan berbicara 20% selalu terjadi dalam komunikasi yang baik. Bertanya, dengarkan apa jawaban mereka.

Selalu meneliti perilaku pemakai.

Ajukan situasi, berikan pertanyaan. Itu memancing perhatian.

Misalnya?

Siang itu laptop saya tidak mau menyala sama sekali. Pernah mengalami ini? Saya selesaikan masalah ini dengan cara mudah, tanpa perlu ke reparasi. Bagi yang belum pernah, perlu mengerti bagaimana menyelesaikan masalah ini, sebagai antisipasi kalau mengalami masalah sama. Begini ceritanya.

Pimpin dengan kebutuhan. Kalau kamu sediakan kebutuhan, kamu bisa kuasai keadaan.

Karena kebanyakan dari kita mulai bertele-tele dengan rasa tidak aman kita – jangan mencoba menulis draf terakhir pada percobaan pertama. Beri diri kamu beberapa draf pertama, lalu balik.

Ambil kalimat terakhir, kesimpulan, dan pindahkan ke atas. Pembalikan ini memaksa kamu untuk memimpin dengan kebutuhan. Kemudian, kamu akan menemukan bahwa Anda dapat menghilangkan sebagian besar sisanya.

TLDR. Too Long Don’t Read. Edit, edit, dan edit lagi. Posisiikan kamu sebagai seorang pembaca.

  • Bagaimana rasanya kalau saya membaca tulisan ini?
  • Apakah penulis ini menyapa dengan “kamu”, atau sering memakai “kita”?
  • Bagaimana saya memperlakukan “emosi” dan penalaran dalam tulisan ini?

Empati, emosi, dan data, selalu menentukan siapa yang akan membaca tulisanmu.

Mereka membaca dengan mata. Indera yang paling mempengaruhi pikiran adalah mata.

Buatlah gambaran visual yang jelas dan menarik.

Jelas berarti terbayangkan. Menarik berarti cantik. Tidak tulisan melulu.

Ada naik-turun, ada jeda berupa gambar dan data. Ada link, warna, tipografi, quote, selingan yang membuat mereka tidak kelelahan.

Minta mereka memperhatikan. Jangan meminta peran.

Katakan betapa pembaca sangat berperan. Kamu menulis untuk mereka. Kamu ingin memberi mereka sesuatu yang bernilai. Kamu layak meminta mereka membaca.

Tulis dan tulis lagi. Kamu bisa perbaiki kualitas kalau semakin sering mencoba dan menulis. Perbaiki sambil jalan. Kuantitas menentukan kualitas. Jadikan menulis sebagai kebiasaan. Nikmati kedalaman pengalaman menulis sebagai ritual. Itulah yang kelak akan dikenang pembaca, sampai kapanpun. Tulisanmu. [dm]