Kita hidup di dunia yang terdistoris, terpolarisasi. Partisipasi tidak beragam. Suara minoritas tidak terwakili secara adil.

Sampai internet datang.

Lengkap dengan ujaran kebencian, kemarahan, klaim kebenaran.

Kita muda terstimulasi ekspresi emosional daripada analisis rumit dan rasional. Kita dalam bias konfirmasi, lebih suka afirmasi.

Politik “ketakutan” menjadi alat ampuh. Takut dapat memotivasi tindakan, mempertegas persepsi kita terhadap realitas. Membungkam perbedaan pendapat. Dan memilih menjadi penonton.

Pandangan kita tentang risiko telah terdistorsi.

Kita takut pada kekerasan dan penyakit, namun tidak mengakui bahwa lebih banyak kematian disebabkan karena lingkungan kita tidak sehat, cara kita makan salah, dan cara kita hidup tidak sehat.

Intervensi apa yang dapat mengurangi polarisasi politik?

  1. Manfaatkan empati;
  2. Manfaatkan “kesamaan” yang dirasakan.

Kita perlu menyoroti masalah-masalah yang relevan dan simpatik, daripada menyangkan konflik kepentingan dan personal. Kita lebih baik menyoroti kesamaan keyword yang sedang dijalankan pihak-pihak yang berbeda kepentingan.

Lebih baik menunjukkan impian bersama, yang kita sebut visi-misi, dan menceritakan harapan orang, kemudian jadikan itu “keinginan kita” bersama.

Itulah agenda kita ke depan. Dari sanalah kita bangun-kembali “kepercayaan” dengan mereka yang saling-berseberangan-kepentingan. [dm]