Informasi itu data dengan tujuan dan konteks. Bukan hanya dari buku dan berita. Tugas seorang penulis, adalah membelah sekeping peristiwa dan menguraikan tujuan dan konteksnya. Atau memprediksinya, menjadi benar-benar bentukan baru. Penulis melepaskan hal-hal biasa, dari rahasianya sendiri.Seorang perempuan duduk di pinggir jalan, membawa buku catatan dan sesekali menulis dengan spidol kecil. Saya melirik catatan itu. Isinya nomor plat bis, jam kedatatangan bis itu, dan kondisi penumpang. Kosong, penuh, sesak, dia menuliskan itu dengan kode yang dipahami perusahaannya.

Tugasnya tidak mudah: membaca bis lewat. Dari aktivitas ini, saya bisa lebih memahami, bagaimana sekeping informasi (bis lewat) bisa menguak banyak hal.

Saya bertanya, bagaimana cara dia #membaca bis yang datang.

Dia menjawab, kedatangan bis itu menjelaskan banyak hal, antara lain:

Jam berapa sekarang?

Informasi selalu kontekstual. Berbatas ruang dan waktu.

Setiap bis dituntut tepat waktu. Ini tentang kepuasan penumpang. Tidak banyak perusahaan bis yang intensif berkomunikasi dengan pelanggan mereka, kecuali bis wisata.

Apa yang tertulis di kaca bis jurusan Surabaya – Semarang, berupa jadwal kedatangan dan keberangkatan, itu berisi komitmen perusahaan bis kepada para penumpangnya. Mereka harus on-time. Selain karena persaingan bisnis dengan perusahaan bis lain, on-time bisa membuat penumpang percaya. Tidak banyak bertanya.

Ada orang-orang yang nglajo (berangkat dari rumah ke kantor dengan transportasi), janji-temu dengan orang lain, pedangang antarkota, mengantar orang berobat, anak sekolah, dll. Mereka mengejar waktu, mereka harus tepat-waktu (on-time).

Setelah ini terjadi apa?

Setelah kedatangan bis, ada pengamen naik, pedagang asongan, orang menyeberang, tukang becak datang, dll. Ada aksi-reaksi (cause-effect) karena kedatangan bis. Setelah plat 68 di belakangnya ada plat 74. Sopirnya bernama (punya panggilan) Hercules.

Dia juga punya banyak cerita di balik stiker besar di belakang bis itu, riwayat sopirnya, dan cara perusahaan bis ini mengawasi sopir yang suka mengebut.

Siapa yang naik dan turun di bis jam sekian?

Bisa dideteksi. Bisa dilihat sendiri. Anak sekolah? Pegawai kantoran? Pedagang?

Siapa yang tidak mau menaiki bis ini?

Bis ekonomi, ekonomi AC, patas, memiliki penumpang berbeda-beda. Mereka punya kelas, masing-masing punya pelanggan-setia di kelasnya.

Masih banyak yang lain. Kalau penumpang penuh, coba lihat kalender. Apakah sekarang hari Minggu? Libur kerja? Apakah di kota sebelumnya, ada kejadian yang membuat bis ini penuh?

Tidak terlalu tepat, namun bisa untuk memprediksi. Apa kira-kira penyebab penumpang jarang? Mungkin karena sedang tidak jam sibuk (kepulangan buruh pabrik, pekerja, dll.), semoga penumpangnya penuh di kota berikutnya.

Satu kejadian kecil, menyimpan banyak informasi.

Hampir semua pekerjaan merupakan pengembangan dari teknik yang sudah diajarkan sejak sekolah dasar: membaca.

Petugas forensik bisa melacak “siapa pembunuhnya” dari korban. Dia “mewawancarai” korban yang sudah mati itu, hanya dengan cara melihat bekas luka atau siksaan yang dilakukan pelaku.

Seorang psikolog bisa mengerti karakter seseorang dari cara orang itu memakai kalimat.

Satu paragraf terbaca, bisa kelihatan seperti apa penulisnya, apakah dia copy-edit, mengutip dari orang lain, berdasarkan pengalaman ataukah menyepi di depan laptop, dan seterusnya.

Jika Anda pintar “membaca”, maka pekerjaan semakin lancar. Jika Anda pintar “membaca”, akan memudahkan Anda dalam menulis.

Mungkin bukan bis lewat. Dokar yang lewat, kemungkinan yang lewat, konflik yang belum terjadi, kemenangan yang sedang diprediksi, dan masih banyak lagi.

Tidak ada hal yang tidak menarik. Yang ada hanyalah orang yang tidak tertarik. [md]