in

Membuat Keputusan Jangka Panjang

Banyak orang tidak memiliki #sistem untuk membuat keputusan.

Pertanyaan menakutkan, yang kawan saya sering hindari adalah, “Apa yang membuatmu menentukan keputusan?”.

Mereka lebih sering “memilih”. Mereka lebih sering memutuskan secara tak-sadar.

Mereka menjawab pertanyaan tadi dengan, “Pikiran rasional”, “Ajaran agama”, atau “Apa kata orang yang saya cinta”. Mereka tidak memiliki sistem untuk membuat keputusan. Hanya menentukan sumber dominan dan variabel penentu. Itu bukan sistem.

Orang membuat keputusan kecil yang tak-sadar, lebih dari 80 kali dalam sehari. Belok kiri atau kanan? Pilih es teh atau kopi hangat? “Tak-sadar” karena sudah sering memutuskan yang seperti ini. Pertanyaan lama. Kebiasaan.

Pada sisi lain, orang sering mengalami kehancuran hidup karena 1 keputusan dengan konsekuensi jangka panjang. Misalnya? Keputusan finansial. Gara-gara terjerat utang dan tak terbayar, ekonomi rumah-tangga menjadi kacau. Gara-gara memilih makanan tak-sehat, menjadi mengidap penyakit menahun.

Membuat keputusan, bukanlah soal “pilih yang mana”. Membuat keputusan, bukanlah mengambil solusi orang lain, yang belum tentu pas dengan keadaan kamu.

Sekali lagi, cobalah pilih 3 masalah dalam hidup kamu. Selesaikan dengan cara kamu. Setelah itu, jawab pertanyaan ini, “Sistem seperti apa, yang saya gunakan untuk membuat keputusan?”. Banyak orang gagal menjawab pertanyaan itu.

Bayangkan, sebuah kantor, yang 98% orangnya tidak memiliki sistem untuk membuat keputusan. Mereka akan bilang, “Terserah kepada pimpinan..”.

Sistem apa yang kamu gunakan untuk membuat keputusan?

Kamu berhadapan dengan situasi terdesak. Harus membuat keputusan. Dalam jangka pendek, kelihatan mudah, misalnya, “Saya akan tidur dulu sepuasnya, sebelum membuka buku untuk belajar”, ternyata dalam jangka panjang, kebiasaan ini mengacaukan masa depan.

Banyak orang sering mengambil keputusan dengan mengandalkan insting, “Sepertinya, enak gini. Nggak tahu, akan seperti apa hasilnya nanti..”. Banyak orang, mengambil keputusan dengan mengikuti produk berpikir orang lain, “Kawan saya pernah mengalami masalah seperti ini, jadi akhirnya saya mengikuti caranya.”.

Banyak orang, tidak memiliki sistem pengambilan keputusan.

Saya menulis Model Mental Versi Saya, yang selalu berkembang dan menjadi andalan saya dalam proses berpikir dan membuat keputusan.


Ini daftar, yang paling saya butuhkan, ketika harus membuat keputusan sadar, dengan konsekuensi dan akibat jangka-panjang.

Situasi, Konteks

Perhatikan keduanya. Masalah terjadi karena konteks. Data bernilai karena konteks. Perhatikan, apa yang sedang terjadi. Apakah kamu sedang emosi? Apakah semua orang sedang penat dan kelelahan? Dengan memperhatikan konteks, kamu bisa lebih jernih memandang masalah.

Penyelesaian Masalah

Memang, masalah belum terselesaikan, namun pasti ada gambaran kasar, masalah ini bisa kamu selesaikan dengan cara apa, bagaimana, dan dengan siapa. Tugas kamu adalah mempertanyakan solusi yang sudah ada. Solusi itu belum tentu pas untuk konteks kamu sekarang, belum tentu sejalan dengan masalah sebenarnya. Identifikasi masalah, temukan proses alternatif, maka solusi akan datang sendiri.

Variable yang Menentukan

Variabel apa yang bermain di sini? Tentukan apa saja faktor-faktor yang menentukan status keputusan kamu. Kamu ingin traveling. Apa saja yang harus kamu pertimbangkan? Buatlah daftar: Kapan saya libur? Biaya logistik dari mana? Siapa yang paling tahu jalan? Apa yang terjadi kalau saya butuh pertolongan darurat? Setidaknya, ada 2 hal yang bisa kamu piilh, terakhir, sebagai 2 hal yang paling berat dan menentukan.

Kompleksitas Masalah

Serumit apa masalah ini? Visualkan. Gambar di selembar kertas, jika perlu. Buat diagram alur, tentukan rute dan alternatif, dari “masalah” sampai ke “solusi”. Awalnya, mungkin terlihat rumit, namun coret yang bisa kamu abaikan. Buat prioritas, buang jika tidak diperlukan. Pastikan kamu bisa melihat masalah itu dari bentuk paling sederhana sampai yang paling rumit.

Cara Lama yang Telah Gagal

Banyak orang mengambil keputusan, dengan mengikuti pola lama. Ada satu dua berhasil, ada lebih banyak yang gagal. Cobalah mencari informasi, tentang cara lama yang gagal. Berhutang untuk usaha, sering gagal, namun bukan berarti itu “jangan”. Ujilah cara lama, pertanyakan pola-pola yang sudah diikuti orang lain. Cari “angsa hitam” untuk mematahkan anggapan bahwa semua angsa berwarna putih.

Alternatif yang Tidak Saya Pilih

Tentukan, alternatif mana yang kamu singkirkan sejak awal. Misalnya: coret “berkompromi dengan musuh”, “meminta bantuan kawan lama”, “curhat kepada orang di media sosial”. Semakin sedikit “tidak mungkin”, semakin dekat kamu dengan pengambilan keputusan.

Gambaran Hasil

Mengambil keputusan, kadang seperti permainan menghubungkan Titik A agar bisa sampai ke Titik B dengan melewati ruangan yang mirip labirin. Intinya, untuk sampai ke Titik B, kamu perlu mengubah Titik B (tujuan, mengambil keputusan), menjadi titik awal. Coba melihat secara terbalik, lihat dari udara, atau berjalan mundur, sampai ke keadaan kamu sekarang. Gambarkan hasilnya. Gambar ini akan membuatmu bersemangat mengerjakan. Bahwa kita akan sampai dalam keadaan berhasil mengambil keputusan.

Keadaan Kita Sekarang

Cobalah realistis dalam melihat keadaan sekarang. Misalnya, akui saja kalau kamu malas membaca, kalau kamu ingin traveling demi bertemu seseorang, dan hal-hal yang realistis. Termasuk realistis dalam berkata kepada diri-sendiri, bahwa lebih baik “putus” daripada secara emosional kamu selalu tersiksa dengan dia. Singkatnya, cobalah realistis, lihat keadaan kamu sekarang. Singkirkan asumsi sebisa mungkin. Dulu kamu sering ranking 1 di kelas, namun itu “dulu”. Bukan sekarang.

Konsekuensi Jika Gagal

Apa yang terjadi jika kamu gagal mengambil keputusan? Ini akan memberikan “antisipasi”, mencegah peluang buruk, menyiapkan rencana B. Apa yang terjadi, setelah kamu memutuskan untuk membeli hadiah, dari uang tabungan, tetapi ternyata dia tidak mau menerima hadiah itu? Apakah akan membuat kamu sakit hati? Ataukah justru akan membuatmu bersemangat membuat hadiah bukan dengan membeli?

Kemungkinan Terburuk

Terburuk. Bukan asal buruk. Hindari akibat yang paling merugikan, paling merusak. Hindari kemungkinan terburuk. “Pokoknya jangan begini..”.

Penentu Keputusan

Siapa yang menentukan keputusan ini? Kamu rapat 2 jam, tetapi pimpinan yang menentukan keputusan belum datang, buat apa? Kadang penentu itu berupa waktu. Kalau acara streaming serial kesukaanmu baru akan datang tanggal 18, kamu tidak mungkin mengambil keputusan menonton sebelum tanggal 18.

Efek Setelah 5 Minggu, Bulan, Tahun

Cobalah menjadi dirimu di masa depan, 5 minggu dari sekarang. Akan seperti apa mukamu ketika kamu gagal? Apa yang kamu lakukan ketika mereka bully kamu akibat sekarang kamu malas? Tenang. Itu tidak terjadi jika sejak awal kamu bertanya kepada diri sendiri, “Setelah ini, akan seperti apa?”.

Keputusan yang Diambil

Tetapkan keputusan. Tulis dalam kalimat. Jika akibatnya buruk? Nanti. Yang penting, keputusan ini sudah kamu lakukan dengan sadar. Konteks, situasi, variabel penentu, mungkin besok berubah. Mungkin kamu perlu ambil keputusan baru. Namun, kamu harus memutuskan sekarang. Jangan pernah menyesali pengambilan keputusanmu.

Sistem apa yang kamu gunakan untuk membuat keputusan? [dm]

Written by Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Kota Lama Semarang.

Menjadi Penulis Perjalanan

metafora keserakahan manusia

509 Kata Pemicu Agar Orang Bertindak dan Membeli