Apa yang kita lihat di website, buku, table, kamus, pada dasarnya bisa kita terjemahkan menjadi database.
Sekarang, saya ambil sample: table “Daftar Alumni”. Isinya: nama lengkap, nomor hape, alamat, zip code, tahun masuk, hobi, dan catatan tambahan. Bayangkan saja, ada tabel dengan nama-nama kolom seperti yang saya sebutkan itu.
Kita sangat sering melihat bentuk seperti itu. Daftar nama. Sekali lagi, ini hanya salah satu contoh. Yang ini, saya tidak perlu pasang gambar.
Kamus sebagai Database
Sekarang, coba kita buka Etymonline.
Dalam kamus online, suatu kata dijelaskan begini: entri (kata yang dijelaskan), arti kata itu, dan contoh pemakaian dalam kalimat. Bisa sampai puluhan atau ratusan ribu kata dalam kamus, dituliskan dengan struktur seperti itu.
Kamus ini bisa dikerjakan oleh tim. Kamu bagian entri pada abjad A-C, saya bagiah D-F, dst. Hasilnya disunting, disatukan, jadilah kamus.
Kamu berada di suatu desa, dengan dialek khas, atau banyak kosakata di tempatmu yang sudah jarang digunakan. Kamu bisa membuat kamus sendiri, dengan cara sama seperti Etymonline.
Browsing dengan Citable
Betapa sering, mahasiswa belajar dengan egois. Mereka menuliskan makalah, kemudian makalah itu jadi, tanpa jejak. Mereka punya buku, punya referensi, namun data mentah yang mereka pakai, tidak bisa digunakan orang lain. Saya ambil contoh, begini: kamu menemukan 1 paragraf bagus, kemudian kamu masukkan ke dalam makalah. Data seperti ini tidak berguna jika tanpa klasifikasi. Lain halnya, jika setiap kutipan itu diberi label, keyword, dan sumber. Orang lain bisa memakainya. Dan ketika kamu memiliki 100 paragraf “siap pakai” dalam 1 bulan, itu artinya kamu memiliki data mentah yang boleh dipakai orang lain. Atau kamu pakai sendiri.
Itu bisa terjadi jika kamu berpikir dengan database. Bayangkan, kamu browsing sehari 20 artikel dan setiap artikel kamu simpan 1 paragraf, lengkap dengan keyword dan judul, menjadi 1 tabel.
Kamu bisa. Gunakan Citable.
Download Citable untuk Google Chrome
https://chrome.google.com/webstore/detail/citable/jfiabcklnnhkmkcdjjpmgghiimjkaeio
Ketika saya browsing untuk riset, biasanya saya menggunakan Citable. Chrome extension ini berfungsi untuk mengutip.
Misalnya, saya browsing untuk mempertanyakan, “Siapa yang membuat piramida hirarki kebutuhan?”. Sebagian besar mahasiswa psikologi menjawab, “Abraham Maslow”, karena itu yang biasanya tercantum di buku. Kemudian, dalam browsing, saya menemukan bahwa itu bukan buatan Abraham Maslow. Untuk memaparkan argumentasi, saya perlu referensi. Ini mirip aktivitas orang menuliskan makalah: bertanya, menyajikan bukti, dan menyampaikan gagasan. Saya memakai Citable untuk kebutuhan ini.
Setiap browsing, saya menyorot paragraf penting, kemudian saya masukkan ke dalam kutipan.
Hasilnya akan seperti ini, kalau saya “View Sheet” di Google Documents.
Dalam 30 menit, kamu bisa simpan 3 paragraf. Semakin banyak, semakin terklasifikasi, dan bisa digunakan lagi, atau kamu bagikan dengan orang lain.
Sekarang, kembali ke konsep database. Saya berikan contoh, yang sering kita temui.
profile yang impersonal, yang berubah menjadi produk, lembaga, dan mewakili "kebenaran", akhrnya akan ditinggalkan orang. saya merindukan spontanitas, ketidaksempurnaan, dan kesalahan, yang dibiarkan terjadi begitu saja di media sosial.
— Day Milovich (@tamanmerah) May 7, 2021
Abaikan tweet itu. Yang mau kita bahas, cara kita menulis tweet. Ada kotak kosong, kamu tuliskan, kemudian setelah terkirim akan ditampilkan di Profile.
Ketika kamu mau menuliskan tweet, sebenarnya kamu mengisi formulir. Begitu kamu klik tombol “Tweet”, ada tawaran kotak kosong, kamu bisa ketik 280 karakter. Selesai? Tweet itu akan ditampilkan. Setiap tweet berisi username, tanggal, dan waktu, serta isi “tweet”. Polanya demikian.
Sama halnya, ketika kamu menuliskan status di Facebook. Kamu mengisi “form” (formulir), kemudian ditampilkan menjadi status.
Menulis status Facebook, posting foto di Instagram, sama.
Mirip formulir.
Sekarang, saya memakai Citable. Saya browsing, dapat artikel bagus, dan ingin mengambil 1 paragraf untuk saya simpan.
Sekarang, mari perhatikan contoh suatu website, yang menampilkan gambar, judul, dan tanggal di halaman depan. Kita sering melihat ini.
Atau contoh lagi: blog dan web. Kita membaca suatu berita, dengan struktur seperti ini: judul, lead, foto, content antara 7-20 paragraf, kemudian ada tambahan: keyword, tanggal, nama penulis, dst.
Bagaimana caranya menulis berita ini? Secara teknis, penulis berhadapan dengan formulir. Kotak-kotak kosong yang sudah diberi batasan mau diisi apa.
Ini tulisan judulnya apa? Fotonya mana? Keyword tulisan ini apa? Isi sampai selesai, kemudian terbitkan.
Website yang berisi 12K berita, misalnya, berarti memiliki 12K baris tabel berisi postingan.
Singkatnya, begini. Mari kita berpikir sebagai pembuat, bukan lagi sebagai pembaca.
Bayangkan, kamu punya database sendiri. Kalau kamu bisa membuat database sendiri, maka kamu seperti punya website sendiri, punya penyimpanan rahasia sendiri. Kamu bisa akses apa yang paling kamu butuhkan, langsung dari Android kamu.
Bayangkan, jika setiap membaca artikel ketika browsing, kamu simpan kutipan dari artikel itu, lengkap dengan judul, sumber, dan catatan kamu. 20 artikel sehari, database kamu bertambah 20 “baris”. Bisa kamu search. Bisa kamu tampilkan kapan saja.
Ini akan dibutuhkan ketika mau mengerjakan makalah, penelitian, menulis, membangun bisnis.
Karena, sekali lagi, apa yang kita lihat dalam bentuk website, media sosial, kamus, manajemen aset, pelaporan, semua itu adalah database.
Yang akan kita punya, bukan lagi file catatan. Yang selama ini terjadi, kebanyakan orang, memilih membuat file yang terpisah-pisah. Misalnya, kamu punya 10 makalah (tugas mata kuliah) dalam 1 semester. Itu bentuknya file MS-Word atau .pdf yang terpisah-pisah. Itu bukan database.
Sekalipun kamu punya koleksi 100 buku yang sudah kamu baca, dan meringkasnya ke dalam catatan, yang biasanya dalam file terpisah-pisah, itu bukan database.
Database itu memiliki field dengan ketentuan jelas. Contoh field: “Masukkan Nama Depan:” atau “Judul Tulisan:”. Database bisa menjadi 1 table. Database bisa dikerjakan orang banyak. Database itu tumbuh. Database bisa disajikan sesuai kebutuhan. Datbase memiliki kolom yang bisa dipakai di database lain.
Apapun yang memiliki struktur (seperti pola penulisan berita tadi), yang bisa kamu isi terus-menerus, kemudian kamu akses (tayangkan) sesuai kebutuhan, itu berarti kamu membuat database.
Aplikasi kasir, daftar buku dan kutipan, catatan kuliah, semua itu bisa buat menjadi database.
Ada banyak aplikasi di mana kamu bisa membuat database.
Google Forms: Terpopuler dengan Kelemahan Mendasar
Google Forms paling populer. Google Forms, lemah karena tidak ada versi Android dan tidak punya validator nomor telepon secara default.
Google Forms bisa kamu pakai untuk membuat database. Misalnya, kamu membuat formulir “Biodata Alumni”. Orang klik link untuk isi formulir. Hasilnya, berbentuk Google Spreadsheet (ini semacam Microsoft Office versi Google).
Berita baiknya, saya tidak menyarankan Google Forms. Kecuali, formulir kamu sederhana, tidak banyak conditional logic.Google Forms tidak layak untuk kebutuhan rumit.
Saya jelaskan sedikit, kelemahan Google Forms.
Dalam formulir, setiap field sebaiknya diberi validasi data. Contohnya? Kamu membuat field bernama: ” Nama Depan:”. Maunya, orang mengisikan nama depan. Itu artinya, kalau pengisi formulir memasukkan angka, misalnya angka 7, akan ada pesan: “Tidak boleh angka..”.
Kalau pakai validasi, bisa antisipasi kesalahan. Contoh lagi, untuk menghindari salah-ketik, pembuat formulir bisa menyediakan pilihan. Ketika berhadapan dengan isian (field) “Gender;”, kamu bisa sediakan pilihan “Laki-laki” dan “Perempuan”.
Orang tinggal klik, tanpa perlu mengetik. Tidak ada salah ketik. URL, email, teks singkat, semua bisa diberi validator.
Masalahnya, Google Forms secara default tidak punya validator untuk memeriksa format nomor hape.
Pemakai harus membuat regular expression (regex) sendiri untuk memvalidasi isian berupa format nomor telepon. Bagi yang bisa, no problem. Hanya saja, menurut saya, tidak memadai kalau sampai validasi nomor hape saka nggak ada di pilihan isian Googel Forms.
Saya membuat validator untuk nomor hape di Google Forms menggunakan regex ketika membuat Formulir Pengaduan Pekerja Media. Formulir ini dibuat tidak lebih dari 20 menit, namun berhasil menjaring data para pekerja lintas-media (yang dirahasiakan dan dilindungi hukum), terkait pengaduan pekerja lintas-media.
Hasil isian ini akan ditampilkan sebagai tabel (spreadsheet) dan bisa ditampilkan sebagai diagram.
Banyak pemakai Google. Bisa mempopulasi (mengumpulkan) email. Semua pemakai Android punya akun Play Store dan GMail.
Gravity Forms dan Gravity View
Kalau menggunakan website, ada plugin ampuh untuk bikin formulir, namanya Gravity Forms dan Gravity View.
Gravity Forms untuk membuat formulir dan mengumpulkan data, Gravity View untuk menampilkan hasil pengisian formulir.
Gravity Forms punya visual editor yang mudah dipahami, tidak perlu coding, opsi mudah, dan dapat dipasang di website. Sudah ada field siap-pakai yang paling sering dibutuhkan. Fitur logika-bersyarat (conditional logic) bisa menampilkan atau menyembunyikan isian, sesuai pertanyaan bersyarat. Singkatnya, kamu bisa membuat spreadsheet, profile, tabel, semua bisa dibuat dengan Gravity Forms.
Gravity Forms https://gravityforms.com
Gravity View https://gravityview.co
Gravity View memungkinkan tampilan terbaik untuk data yang sudah masuk, seperti terlihat di video ini.
Tidak perlu ngerti php. Layout sangat fleksibel. Tampilan bisa kamu manipulasi agar lebih cantik.
Dengan kedua plugin ini, kamu bisa membuat apa saja yang berbasis formulir. Misalnya: daftar orang, manajemen aset, testimonial, acara (event), statistik, daftar tempat dari Google Maps, directory pencarian kerja, dll.
Kalau kita ringkas, ini yang bisa kamu buat dengan formulir dan tabel.
Kamu bisa membuat tabel dan directory, profile (seperti contoh biodata alumni), tabel dinamis, directory dari Google Maps, kalender, acara, dll.
Nggak enaknya, kamu harus punya website.
wpDataTables
wpDataTables hanya bisa dijalankan di website. wpDataTables bisa menampilkan tabel yang sangat rumit. Tabel dengan 1.600.000 baris bisa ditampilkan.
wpDataTables bisa muat 1.600.000 baris, cocok untuk tabel rumit dan dinamis. (Credit: wpDataTables)Selain itu, tabel yang dibuat dengan wpDataTables bersifat dinamis. Kamu bisa customize tampilan, bisa edit secara langsung (sebagai Administrator), dan menambahkan tampilan cantik. wpDataTables dilengkapi dengan add-ons dan bisa diintegrasikan dengan Gravity Forms. Mau export dari Excel, pdf, mudah sekali. Cocok untuk pelaporan. Tanpa perlu coding.
Kelemahan wpData Tables: Difokuskan untuk data berbentuk table dan harus memakai website.
Info dan Demo wpDataTables
https://wpdatatables.com/
Saya rekomendasikan Memento Database.
Memento Database
Fitur utama Memento Database: membuat, menampilkan, menganalisis, dan kolaborasi database.
Mengatasi semua kebutuhan pembuatan database. Tersedia dalam versi Android, Desktop (Windows), Apple MacBook.
Tipe field lengkap. Google Forms tidak layak kalau dibandingkan Memento Database. Tersedia field tinggal-pilih untuk lokasi (GPS), image, file attachment, audio. Data bisa ditayangkan dalam bentuk list, tabel, flyout di atas peta, atau di kalender. Analisis data meliputi agregasi, pembuatan chart, soritr data, pengelompokan, dan filtering. Kamu bisa sinkronisasi data ke cloud. Jika ingin private, bisa dalam kondisi offline.
Kalau bisa buat database tanpa perlu ngerti coding. Kalau jagoan script, kamu bisa pakai JavaScript untuk menyelesaikan tugas rumit dan kalkulasi.
Yang paling saya suka, Memento Database bisa offline. Misalnya, saya sedang di suatu desa, yang tidak ada sinyal, atau memang saya ingin database yang tidak terkoneksi ke Cloud, saya tidak perlu koneksikan database. Kamu bisa transfer data dalam keadaan offline dan sinkronisasi ke Cloud nanti (optional, tidak harus).
Pemakai versi Dekstop, bisa mencetak laporan berformat Jasper Report.
Kalau mau mencari inspirasi template dari pemakai lain, kamu bisa lihat-lihat dan ambil template untuk kamu pakai atau kamu modifikasi.
Keamanan Mememento Database bisa diandalkan. Memento Database menggunakan enkripsi side-server Google. menggunakan AES-256. Selain itu, masih ada password. Kamu bisa menggunakan private server jika data kamu benar-benar sensitif.
Apa saja yang bisa kamu buat dengan Memento Database? Daftar tugas dan pekerjaan. Catatan keuangan. Daftar kontak (dengan lokasi alamat dan foto). Manajemen Waktu. Koleksi dan hobi. Catatan medis. Pembelajaran. Inventori rumah.
Untuk bisnis, Memento Database bisa kamu pakai untuk membuat.. Inventory. Project Management. CRM (Customer Relationship Management). Katalog produk. Budget.
Download Memento Database Pro Mods
https://hostapk.com/memento-database/
Jangan download dari PlayStore. Download versi pro mods, yang tanpa iklan, dan semua fitur bisa kamu akses.
Video ini memberikan tutorial terbaik untuk memakai Memento Database
Ada banyak library siap-pakai yang bisa kamu pilih.
Kamu bisa edit Library sesuai kebutuhan.
Hasilnya akan ditampilkan, seperti ini:
Library yang Saya Buat dengan Memento Database
Library yang tersedia di Memento Database memang lengkap, namun saya ingin membuat Library yang berbeda, untuk kebutuhan “saya”.
Saya hanya perlu menerjemahkan perangkat berpikir menjadi database. Sekadar menceritakan konteks, ada beberapa kebutuhan pekerjaan yang ingin saya terjemahkan menjadi database.
Corner Article
Ini format artikel panjang yang bisa mengajak orang bertindak atau membeli. Artikel panjang sangat disukai Google dan bisa mendatangkan traffic tinggi. Setelah membaca buku dan tutorial terbaik, saya membuat format “siap-pakai”. Tutorial menulis artikel panjang ini kemudian saya konversi menjadi Library di Memento Database. Nanti kalau mau menulis artikel panjang, saya hanya perlu buka Memento Database, pilih Library, kemudian menulis seperti orang posting. Harap diingat sekali lagi, Memento bisa menyisipkan URL, foto, image, attachment, dll.
Grounded Theory
Saya sering mengerjakan grounded theory, jenis penelitian yang tidak berpijak pada hipotesis. Biasanya, saya pakai untuk penelitian sosial dan politik. Teori dari grounded theory sangat panjang dan jarang disukai para peneliti, namun hasilnya sangat ampuh. Saya membuat isian di Memento Database yang saya gunakan ketika wawancara, coding, dan menjadi bahan analisis penelitian. Transkrip wawancara, file audio. gambar, dll. bisa saya handle semua dengan Memento Database.
Catatan Kuliah
Ada banyak cara mencatat perkuliahan. Saya menggunakan metode Cornell University dan Elon Musk. Hasilnya, saya punya kotak-kotak isian yang berfungsi untuk menulis perkuliahan.
Strategyzer: Test Card dan Learning Card
Strategyzer punya Test Card dan Learning Card yang bisa saya terjemahkan menjadi database.
Dan yang ini, Learning Card.
Brand Canvas
Branding juga salah satu pekerjaan menarik. Branding itu perlu memperhatikan semua aspek. Ada banyak buku yang ulas ini. Saya suka mengerjakan personal branding dan mengacu pada personal branding canvas. Saya buat menjadi Library di Memento Database.
Masih banyak lagi yang bisa saya konversi menjadi database.
Ini penampakan Library saya di Memento Database.
Kamu bisa membuat kamus sendiri, catatan harian sendiri, acara sendiri, catatan “daftar hitam” sendiri, canvas bisnis sendiri, dst.
Jangan biarkan data kamu berhenti sebagai data. Buatlah database dengan Memento Database. Kamu bisa membuat Library sendiri, menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, dan sewaktu-waktu dapat kamu periksa hasilnya. Data yang tidak terhubung dengan data lain itu seperti komputer yang tidak terhubung ke internet. Gunakan database sebagai perangkat berpikir yang membuat hidupmu selangkah lebih baik daripada kemarin. [dm]