in

Menaikkan Grafik

Naikkan standar dan cara kerja kamu. Hasil akan bagus dengan sendirinya.

(Image: champc)

Ubah standar kerja, grafik akan naik sendiri.

“Kita ingin kenaikan di grafik ini.” kata orang-orang yang mau progress. Grafik naaik, berarti kemajuan, pertumbuhan, dan rencana berhasil. Sebaliknya, jika yang naik milik pesaing, kita dapat agenda berat, agar menjadi pemenang di pekerjaan ini.

Inovasi (pembaruan) sering tidak berarti pembaruan. Lebih sering, inovasi hanya perbaikan agar segala sesuatu berjalan sesuai rencana, sesuai kesepakatan.

Pertanyaan sebelum melakukan perubahan: “Apakah secara internal, standar kerja kita sudah meningkat?”.

Kebanyakan orang, hanya suka bekerja dengan standar rata-rata. Menganggap “sudah baik” jika melampaui rata-rata. Begitu prestasi sudah di atas rata-rata, mereka tenang. Kebanyakan orang, tidak berani melakukan inovasi, karena belum pernah ada yang mencoba; mereka hanya mau menyalin taktik orang lain, yang dianggap berhasil.

“Grafik naik”, sering menjadi tujuan, lebih banyak berorientasi kepada hasil. Tidak. Keberhasilan membuktikan, bahwa menaikkan standar kerja, jauh lebih penting.

McDonald’s tidak menaikkan standar terbaik dalam menyajikan makanan, namun dia menang dalam urusan “kecepatan”, “bisa takeaway” (drivethru), dan melebar dari makan bersama keluarga sampai pinggir jalan. McDonald:s menaikkan standar mereka, cara kerja mereka, dengan sendirinya

Meningkatkan “standar kualitas” bukanlah tujuan. Itu bisa membuat orang melihat, inilah “performance”, layanan, dan kualitas yang kita berikan.

Ketika Zoom+ datang, orang-orang senang karena pertemuan bisa dilakukan dari jarak berjauhan. Sayangnya, kebanyakan Zoom+ masih memakai mental analog, Zoom+ sekadar mengganti pertemuan-langsung, tanpa mengiptimalkan fitur Zoom+.

Ketika AI datang, standar kita masih sama. Cara kita menulis, bekerja, memasak nasi goreng, masih sama. Masalah rumah tangga kita masih sama. Itu sebabnya, orang mengukur kepintaran AI dengan standar kita. “Apakah AI bisa menulis seperti sastrawan? Apakah AI bisa menuliskan resep yang bisa kita tebus di apotik?”.

Berita baiknya, “kualitas rata-rata” meningkat. Kita tidak mau menerima pekerjaan yang bisa dilakukan AI. Dunia sibuk mencari pemeriksa plagiarisme, bertanya apakah status ilustrasi buatan AI termasuk seni atau tidak.

Ini jebakan yang terjadi:

AI menaikkan “kualitas” rata-rata, kita sibuk mengkritik itu, karena kita gagal menaikkan “standar” rata-rata. Ingat lagi, selama cara kita memasak nasi goreng masih “seperti sekarang”, kita akan selalu menilai jawaban (atau bantuan) AI selalu kembali ke standar lama. Kita akan menilai AI hanya berdasarkan standar kita yang sekarang. Itu berarti kemunduran.

Tidak mungkin kita menuntut hal hebat, kalau tidak punya standar hebat.

Parameter yang “menang” dan menghasilkan output bagus, adalah parameter yang memiliki “standar bagus”.

Ada satu jebakan lagi, yang datang, jika kita gagal menyikapi AI. Ketika sibuk menaikkan standar rata-rata, maka permintaan untuk hal-hal hebat, menurun dengan sendirinya.

Restoran dengan standar kualitas bagus, bisa hancur, hanya karena orang lebih mencari makanan cepat-saji. Fast food, junk food, instant food, tidak bisa kita bedakan, jika standar kualitas makanan yang hygienis dan lezat, belum tertanam pada konsumen.

Ketika China menggagas BPJS, pekerjaan pertama yang mereka lakukan, bukan bayar berapa per bulan. Mereka menentukan standar kesehatan. Itu sebabnya, mereka membereskan rumah kumuh, memperbaiki fasilitas kesehatan, dan penanganan cepat.

Actionable:

  • Jangan berorientasi terhadap meningkatnya hasil.
  • Naikkan standar cara kita bekerja.

Meningkatkan “standar”, sudah pasti akan meningkatkan kualitas, di atas rata-rata. [dm]

Written by Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis.