Kawan saya bercerita, bahwa ia bermasalah. Berat. Dunianya tidak berfungsi secara normal. Segalanya gelap. Berita buruknya, saya tidak pernah mau bertemu (untuk mendengarkan masalah pribadi orang lain) atau menerima panggilan (video call), kalau bukan urusan pekerjaan. Berita baiknya, saya mau baca chat. Saya punya daftar-periksa dalam mengambil keputusan, untuk atasi masalah orang ini, namun lebih baik saya biarkan chat itu selesai.
Ini menjadi pertanyaan saya hari ini, “Apa yang membuat seseorang berlarut-larut dalam masalah yang selalu sama?”.
Masalah kawan saya, hanyalah setitik kecil. Semua orang kena masalah. Bahkan orang kreatif mengalami impostor syndrome, terutama pada perempuan. Banyak orang memilih tidak mau mengakhiri hubungan sekalipun mengalami siksaan berkepanjangan dari pasangan. Tidak mau move-on dari masalah.
Saya mencari akar masalah, untuk menjawab pertanyaan tadi. Mengapa orang tidak mau terbebas dari masalah? Mengapa curhat yang melegakan lebih mereka lakukan daripada mengatasi masalah?
Kalau kamu pernah memberikan nasehat, seberapa ampuh nasehat itu? Yang membuat nasehat tidak ampuh itu bukan karena kualitas nasehatnya.
Nasehat tidak ampuh karena langsung pada “apa yang harus kamu lakukan”. Orang mau bertindak jika ingin bertindak. Bukan karena diperintahkan untuk bertindak, oleh orang lain.
“Apa masalah sebenarnya?” Biasanya tidak berkaitan dengan: lingkungan, finansial, kepercayaan, dll. Lebih mendasar dari itu.
Masalah sebenarnya, menurut saya, karena insting orang ini bermasalah. Ditindas, tidak melawan. Lapar, tidak mencari makan.
Hidup di tengah masyarakat yang mengutamakan prestasi dan kebanggaan, ia tidak mencapai sesuatu yang lebih. Jadi, insting dia bermasalah. Insting adalah modal bawaan sebagai manusia. Insting ada sebelum ia mengenal sekolah, pertemanan, dll.
Ketakutan, keberanian, kelelahan, kelaparan, itu lebih mendasar. Ada sebelum “harus bagaimana”.
Orang sering tidak mau bertindak karena takut, maka sebelum bebas dari ketakutan, ia tidak akan bertindak. Selama ia tidak berani mengatasi rasa takut, selamanya ia akan ketakutan.
Berani itu luas. Berani belajar, berani mengakui kesalahan, berani mengajak orang lain, semua itu “berani”. Tanpa menyadari akar masalahnya di mana, orang tidak tahu bagaimana harus bertindak.
Ajaklah orang yang bermasalah untuk mengenal-kembali insting sebagai manusia.
Pendengar nasehat yang tidak sabar, memilih tidak mendengarkan, tetapi langsung memberikan nasehat. Ingatlah, masalah setiap orang itu unik. Dan jika kamu belum bermasalah, cobalah mempelajari bagaimana mengatasi masalah. Itu lebih berguna daripada mencari nasehat, mencari kumpulan motivasi, yang tidak sampai kepada akar masalah.
Katakan kepada orang yang bermasalah itu, bahwa jika suatu masalah tidak membuatnya berubah, itu karena ia tidak menggunakan insting dasar manusia.
Jika lapar, makanlah. Jika ditindas, lawanlah. Jika takut, lawan ketakutan itu. Selagi tidak terjadi, orang tidak akan berubah.
Percuma kamu beri nasehat, kalau insting mereka tidak “jalan. [dm]