Seorang pemahat batu, berpesan kepada muridnya, “Lihat dan amati batu ini, sampai kamu sangat mengenalnya. Sebagai pemahat, tugasmu adalah membebaskan wujud yang ada di balik batu ini.”. Pematung Dubois memiliki falsafah seperti itu.
Dia tidak sedang berbicara tentang “apa yang akan” kamu buat dari batu ini. Pemahat ini sedang berbicara tentang “apa saja yang bisa” kamu buat dari batu ini.
Batu dengan nama dan bahan sama, dengan ukuran yang relatif sama, namun bisa menjadi ribuan bentuk patung yang berbeda.
Ada kalanya, setelah menjadi suatu patung, kita biarkan ia di suatu tempat, kemudian kita teruskan memahat lagi. Menambahkan detail. Lebih halus. Teknik baru, pahatan berbeda dari sebelumnya. Sesuatu yang kita teruskan. Ada kalanya, kita hanya memperbaiki cara kita memahat, di bagian tertentu.
Atau kita hancurkan patung yang sudah jadi.
Bagaimanapun, ini adalah batu yang sama, yang ingin kita bebaskan wujudnya, agar muncul sesuatu yang berbeda, setelah kita hancurkan.
Di balik kehancuran itu, ada ciptaan baru lagi. Kita memahat lagi, menjadi bentuk-lain lagi.
Menulis kreatif, seperti itu. Kita berhadapan dengan perjalanan, kata, dan tema yang relatif sama. Kemudian bertanya, “Ini bisa kita apakan? Apa saja yang bisa menjadi-baru jika kita mengolahnya?”.
Maka, dengan obyek dan medium sama, hasilnya akan menjadi lain, jika kita terus-menerus “menghancurkan”, berulang-ulang, sampai mendapatkan teknik yang lebih baik, “kemungkinan” yang lebih baik.
Kita mengawali itu dengan mengumpulkan batu. Meniadakan jarak dengan batu, lebih mengenal batu. Dan tidak berhenti berlatih.
Kreativitas berarti kemungkinan. Kreativitas bisa bermula dari “Ini bisa saya apakan? Ini bisa menjadi apa saja?”.
“Menghancurkan adalah bagian dari penciptaan.” [dm]