Ketika ada orang meminta kamu menilai suatu karya yang sudah jadi, jangan menilai dari sudut pandang kamu. Lebih baik bertanya, “Ini untuk siapa?”.

Membayangkan “untuk siapa” karya itu dibuat, lebih tepat dari menunjukkan opini kamu.

Sudut pandang dan preferensi, itu masalahnya. “Menurutku ini bagus,” tidak terlalu berguna.

Jika menurutmu terdapat cacat, keburukan, coba bertanya kepadanya, “Bagaimana ceritanya, kamu bisa menghasilkan karya ini.”.

Melihat sudut pandang pembuat dan proses kreatif yang ia jalankan, jauh lebih penting daripada mereduksi peran pembuatnya.

Jangan hanya melihat hasil. Singkap “genealogy“, proses terbentuknya karya itu. Ini tidak sama dengan “BTS” (behind the scene). Faktor apa saja yang membuatnya muncul dan terjadi?

Jika kamu tahu “jalan kreatif” yang bisa membuat karya itu menjadi lebih baik, berikan referensi, ceritakan dan hadirkan karya lain agar menjadi pertimbangan-lain dari proses berikutnya.

Temukan beberapa hal positif dan jangan takut untuk mengatakan “tidak”, atau “.. menurutku kamu bisa lebih dari ini.”.

Yang membuat seseorang tidak mau menunjukkan karya, lebih banyak karena ia tidak percaya-diri, ketika berhadapan dengan orang-orang yang menilai “hasil” dan mengadili karya itu dengan review bintang lima atau penilaian baik-buruk. [dm]