Mitos tentang Longform Content
“Content panjang tidak disukai orang,” kata orang. Tidak. Faktanya, content panjang disukai orang. 90% content yang nomor 1 di halaman pencarian Google merupakan content panjang (longform content).
Lihat bagaimana content panjang disukai orang di Google
Pengertian Longform Content
Content berisi lebih dari 1300 kata. Mengulas suatu topik secara tuntas. Disajikan dalam bentuk content yang kaya (bukan hanya 1 tulisan dan 1 foto).
Sebagai ukuran, 700 kata itu sama dengan 2 halaman A4 dengan Times New Roman 13pt. Sedangkan 4500 kata setara dengan content teks serta foto 1 halaman tabloid. Content yang kaya, bisa berisi video, quote, embed content dari media sosial, infografik, dll.
Longform content. Seperti makanan, mengenyangkan. Terdiri 1300-2000 kata. Orang membuka memang berniat membaca. Terdapat bagian komersial. Membutuhkan waktu lama untuk menuliskan. Bisa di-breakdown ke content yang lebih detail.
Shortform content, seperti snack. Singkat, 500-700 kata. Sepintas manis dan enak, namun segera terlupakan. Shortform content, lebih cepat dituliskan. Relevan dengan sekarang, namun segera usang setelah beberapa minggu.
Tidak semua content harus dibuat content panjang. Hard news, straight news, indepth, itu jelas beda bentuk.
Kapan suatu topik bisa menjadi content panjang?
Suatu topik bisa menjadi content panjang, jika pembaca membutuhkan jawaban detail, dan topik ini bisa dituliskan sebagai cerita (story),
Google Suka Content Panjang
In-depth ada di hasil pencarian Google, sejak 6 Agustus 2013. Google kemudian membuat section tersendiri, khusus untuk in-depth, dengan satu tujuan: agar blog yang tidak terkenal dapat muncul di pencarian, asalkan content mereka relevan.
Mengapa Menulis Longform Content?
- Otoritas Brand akan lebih diakui. Tidak mudah bikin content panjang.
- Engagement. Orang terlibat, selalu mengikuti, dan membagikan content.
- Lebih banyak share. Awali dengan “lebih dari nol”.
- Lebih banyak link.
- Organic traffic.
- Konversi pembaca menjadi pembeli dan pembaca menjadi pengiklan.
- Lebih banyak pengiklan bisa ditempatkan di dalam content. Terutama pada jenis tulisan profiling dan advertorial.
Mengapa Google Suka Longform Content?
Longform content disukai Google, karena:
1. EAT (Expertise, Authoritative, dan Trust)
Ini bukan rumus dari Google, tetapi ringkasan dari apa kata algoritma terbaru Google.
- Expertise (keahlian) terlihat dari seberapa pintar penulis mengelola keyword yang berhubungan dan menyajikan perspektifnya. Jurnalisme menyebutnya sebagai “kelengkapan data” dan “sudut-pandang berita” (angle). Kunci expertise pada data dan analisis.
- Authoritative (penguasaan materi) diperlihatkan dari seberapa mendalam masalah ini ditekuni penulisnya. Authoritative terlihat ketika orang menyampaikan detail, siapa saja yang menjadi narasumber (memang ahlinya), dan mengerti masalah ini.
- Trust (kepercayaan) tampak pada penggunaan data yang sudah divalidasi, langsung dari sumbernya.
EAT membutuhkan detail, data visual, penjelasan, yang bisa dilakukan dengan penulisan longform content. AUTHORITATIVE terlihat dari cara kamu memakai istilah, mendalami pembahasan, dan kamu perlihatkan seperti apa pengalamanmu di situ. TRUST berhubungan dengan sumber-langsung.
2. Memberikan Informasi dan Pemahaman (Understanding)
Sekarang zaman overload informasi. Orang membutuhkan ulasan tuntas, bukan informasi sepotong-sepotong. Orang membutuhkan perspektif, cara pandang, ketika semua orang bilang menyajikan yang terbaik.
Ketika terjadi simpang-siur pemberitaan, orang mencari kupas-tuntas. Ketika terjadi perbedaan opini, orang ingin kembali kepada data A1 dan analisis subjective.
Orang tidak mencari konsensus dan jalan tengah. Mereka ingin sudut pandang yang tajam dan mendalam.
3. Longform Content Lebih Awet
Sekalipun telah lama, orang bisa menikmati data yang tersaji di dalamnya. Misalnya, jika kita menuliskan in-depth berjudul “Kota Lama: Harga Mahal dari Kolonial Menjadi Milenial”, orang bisa menikmati data di dalamnya, tentang sejarah Kita Lama, siapa saja yang berperan, pelanggaran apa yang terjadi, dst. Tidak peduli sampai kapan.
4. Desain Visual Lebih Keren
Imajinasi desainer grafis sering terhenti sebagai gambar, ketika tidak berkolaborasi dengan pemrograman web. Sekarang banyak plugin yang bisa menerjemahkan ide kamu ke dalam content panjang.
Contoh Longform Content
https://www.dtelepathy.com/blog/inspiration/20-examples-of-long-form-content-with-great-ux-design
Apa yang tertulis di situ, adalah daftar longform content dengan penulisan dan tampilan bagus. Orang tidak sekadar tertarik pada isinya, tetapi juga pada tampilannya.
9 Ide dan Bentuk Longform Content
Ide untuk longform content, antara lain:
- Listicle. Artikel berbentuk daftar dengan klasifikasi tertentu.
- Tulisan yang menjawab pertanyaan “mengapa”.
- Tutorial yang mengulas “bagaimana cara untuk..”.
- Studi Kasus.
- In-depth. Liputan mendalam.
- Panduan lengkap.
- Kupas tuntas dari kumpulan running news dengan #hashtag atau lokalitas yang sama.
- Company profile.
- Advertorial.
Orang Paling Suka yang Mana?
Menurut statistik Google, bentuk yang paling disukai orang: Listicle, tulisan yang menjawab pertanyaan “mengapa”, dan yang menjelaskan “bagaimana cara..”.
Menulis Longform Content
Memilih Topik
Topik yang akan disukai orang:
- Topik yang mereka butuhkan. Berkaitan dengan masalah terberat mereka. Antisipasi kerusakan. Emergency by now.
- Topik yang sudah ada pembacanya. Setidaknya 50 orang, yang akan membaca tulisan ini.
- Topik yang berpotensi menjadi nomor 1. Sudah kamu lakukan “riset keyword”? Lihat siapa pesaingmu di keyword ini. Tentang ini telah saya jelaskan di Session 1 – Riset Keyword
- Bisa dituliskan menjadi 1600 kata. Ukuran tulisan tidak lagi masalah jika kamu tahu masalah yang kamu tuliskan. Kita akan ulas cara memperpanjang tulisan di bagian tersendiri.
Mencari Ide untuk Longform Content
Tujuan mencari ide, bukan untuk mengikuti ide orang lain atau tren sekarang. Lebih baik, mengarah ke tujuan “mengisi kesenjangan” (filling the gap), menuliskan apa yang belum dituliskan orang lain, meskipun keyword sama. Dan membuat tren sendiri.
Keyword Surfer
https://keywordsurfer.com
KEYWORD SURFER. Extension di Google Chrome untuk riset keyword. Bisa menunjukkan “volume pencarian”, “jumlah kata dalam content”, dan “jumlah keyword dalam content”, serta memberikan saran keyword serupa dengan prosentase kemiripan. Keyword surfer gratis, tanpa perlu login, dan hasilnya akurat.
Keyword Sheeter
https://keywordsheeter.com
Masukkan 1 atau 2 keyword, maka keyword sheeter siap memproses keyword terkait, yang bisa kamu masukkan ke dalam outline tulisan. Keyword sheeter gratis, tanpa perlu login. Hasilnya bisa di-export. Gunakan keyword sheeter dan Wikipedia sebagai pembuat outline yang akan disukai Google dan pembaca.
Tentang pemakaian keyword surfer dan keyword sheeter dalam “Rahasia Riset Keyword“.
Google Trends.
https://trends.google.com/trends/?geo=ID
Melihat trend yang ngehit di Google. Region (wilayah) dan rentang-waktu bisa dibatasi. Keampuhan Google Trends adalah membandingkan 2 keyword (atau lebih). Kamu bisa melihat keterkaitan “konser musik” dan “kota lama semarang”, sehingga bisa menemukan event atau aktor yang paling mempengaruhi kedua keyword ini.
Social Media.
Facebook, Instagram, dan Twitter. Saya lebih suka melihatnya secara manual, sebagai pemakai.
Quora.
https://quora.com
Website tanya-jawab. Banyak category. Sebagai catatan, pembaca suka bertanya. Google memiliki snippet, kotak hasil pencarian, khusus yang menjawab pertanyaan orang ketika mencari sesuatu. Quora punya banyak jawaban. Bagus sebagai wawasan.
Website kamu sendiri.
Buka content di website kamu, klik pada tags, kemudian pikirkan bisakah beberapa tulisan dalam 1 tags itu dijadikan tulisan panjang.
Content Milik Pesaing.
Tidak disarankan copy-edit. Lebih baik mengisi kesenjangan. (filling the gap). Apa yang belum mereka tuliskan? Bisakah saya menuliskan yang lebih baik dari itu?
Gunakan Google
Ada trik pemakaian regular expression dalam pencarian, untuk mencari ide.
allintitle:”sejarah kota lama semarang”
Mencari tulisan yang di judulnya terdapat frase (persis): “sejarah kota lama semarang”
intitle:”spot instagram” AND “semarang”
Mencari tulisan dengan judul yang memuat frase “spot instagram” dan “semarang”
Kalau masing-masing sudah punya ide, kemudian baru dipresentasikan dalam bentuk draft, ke rapat redaksi.
Bagaimana jika topik ini sudah ada yang menulis?
Topik yang populer, 90% sudah ada yang menulis. Kesamaan topik itu hal biasa. Kalau sejak awal kita ingin menjadi nomor satu di keyword tertentu, bertemu dengan kesamaan topik itu sudah pasti biasa.
Cara mengatasi jika topik ini sudah ada yang menulis.
- NEW ANGLE. Jika sudah ada yang menulis, buat sudut-pandang (angle) berbeda, dan sediakan informasi yang lebih baik tentang topik itu.
- NEW DATA. Berikan data baru. Sekalipun orang tidak bisa mengingat seluruh content yang kamu tuliskan, setidaknya ada data yang mereka sukai. Suatu berita, kadang sudah direduksi hanya menjadi data, bukan sebagai berita utuh. Misalnya, orang jarang ingat, siapa sebenarnya yang membuat RUU HIP menjadi pembahasan di DPR.
- NEW DATA. Berikan masalah baru. Bukan kamu yang harus menjawabnya.
Tentukan Tujuan Tulisan
Apa tujuan tulisan ini? Tentukan dengan batasan dan ukuran jelas.
Contoh tujuan tulisan yang jelas:
- Ingin mendapatkan pengiklan dari 7 kafe di Kota Lama Semarang.
- Meningkatkan brand awareness, agar pembaca di Semarang, tahu brand ini.
- Profiling suatu perusahaan, acara, dll.
- Ekspos masalah penyelewengan dana yang selama ini tidak disadari orang.
- Menambah 52 subscriber Instagram dalam 1 minggu
Jika tulisan untuk brand awareness, perlihatkan peran dan apa yang telah dilakukan brand kamu. Jika untuk menjaring iklan, berarti editing lebih ketat, karena iklan lebih sensitif dan bertujuan jangka-panjang. Sesuaikan konteks. Tujuan akan menentukan bentuk tulisan.
Value Proposition
Setiap tulisan menawarkan nilai. Tulisan harus punya nilai (manfaat, kegunaan) yang jelas.
Nilai tulisan yang paling penting bagi pembaca:
- Mengatasi “masalah” terberat mereka. Semua produk harus merupakan solusi bagi masalah konsumen. Produk kamu adalah tulisan, foto, dan video.
- Mengantisipasi kerugian yang lebih besar. Ini jalan yang termudah untuk menciptakan manfaat bagi pembaca.
- Memberi “pengalaman” bagi pembaca. Tulisan tentang traveling, kuliner, wisata, troubleshooting, korupsi, penggelapan dana, dll. akan lebih disukai jika menyentuh pengalaman pembaca.
Pengalaman Pembaca
Apa yang bisa dipakai penulis untuk menyentuh pengalaman pembaca?
Pengalaman dapat disentuh jika pembaca dapat mengatakan ini:
- “Saya menjadi tahu..”;
- “Saya pergi ke..”; dan
- “Saya merasakan..”.
Studi Kasus Menerjemahkan “Pengalaman” Menjadi Tulisan
Misalnya, kamu menuliskan in-depth berjudul “Evolusi Kota Lama Semarang: dari Kolonial ke Milenial”.
Penulis perlu memposisikan diri sebagai [calon] pembaca:
Apakah orang menjadi tahu tentang Kota Lama Semarang?
Tentu dengan informasi yang lebih baik daripada sebelumnya, milik pesaing. Berikan data terbaru dan belum ada di blog lain.
Apakah orang bisa membayangkan berada di Kota Lama Semarang?
Ini tentu membutuhkan deskripsi visual, memasang foto before-after (karena berbicara tentang evolusi), dan membuat mereka ingin datang, atau membuat mereka bernostalgia jika pernah ke Kota Lama Semarang.
Apakah pembaca bisa merasakan evolusi yang kamu ceritakan?
Berikan data perubahan. Ceritakan, misalnya, peta benteng bawah tanah masa kolonial, bandingkan dengan kondisi sekarang. Selain aspek visual, aspek “mental” dalam tulisan juga penting. Kita bisa menceritakan bagaimana bisa Kota Lama Semarang berdiri Indomaret, bakso Malang, dan pernah terjadi pelanggaran memasang banner plastik yang justru dilakukan suatu bank BUMN.
Dengan ketiga ukuran ini, kita bisa membagikan “pengalaman”. Dengan cara sama, ini bisa dipakai dalam liputan apapun, terutama feature, indepth, traveling.
Siapa Pembaca Tulisan Ini?
Sudah ada pembaca? Pasti sudah ada. Tetapi perlu lebih spesifik, siapa nanti yang akan baca tulisan ini. “Semua orang” bukanlah pembaca. Orang yang suka sejarah dan fotografi, itu pembaca yang jelas. Orang yang suka traveling, itu pembaca. Mereka memiliki psikografi, perilaku, hobby, dst.
Saya menjelaskan detail tentang value proposition dan pemetaan pembaca di sini:
Workshop Manajemen Media Online
https://sakjose.com/workshop-manajemen-media-online-6666
Sebelum melanjutkan, percayalah, pasti akan terjadi perdebatan. Memilih topik itu seru. Berantem itu biasa. Yang penting, presentasi kamu jelas, buat pemaparan yang logis dan prospektif. Mendeteksi masalah di depan itu keren. Dan yang terpenting, longform content yang berbentuk investigasi, membutuhkan biaya pengerjaan. Bukan duduk bersila di depan laptop lalu copy-edit dan jadi.
Mulai Menuliskan Draft di FiiNote dan Telegraph
Gunakan FiiNote dan Telegraph untuk Menulis Draft
Saya suka menggunakan FiiNote atau Telegra.ph untuk menulis.
FiiNote dapat kamu download di PlayStore
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.fiistudio.fiinote
FiiNote 12.6.4 Full Version
http://dl.apktops.ir/apps/2020/07/FiiNote_v12.6.4_Unlocked_Apktops.ir.apk
Fitur FiiNote
Secara teknis, tidak membutuhkan koneksi internet. Kalau login dan memakai internet, bisa disinkronkan dengan versi web. Ini berarti, saya menulis di browser kemudian Sign Out, bisa saya lihat (teruskan) di Android. Catatan bisa dikelompokkan berdasarkan folder dan label. Kamu bisa pakai font sendiri, membuat template, dll. Jika melakukan wawancara, kamu bisa merekam sambil menulis catatan. Masih bisa pause dan resume rekaman wawancara. Apa yang kamu catat bisa di-share dan dibuka orang dari manapun. Setelah itu, dapat kamu hapus share dengan mudah, tanpa kehilangan catatan. Apa yang sudah kamu anggap “final” bisa diarsipkan agar hanya berhadapan dengan catatan yang sedang kamu kerjakan sekarang. Selama menulis, style (warna, font, ukuran font) dapat diganti dengan mudah. Bisa membuat template sendiri. FiiNote bisa untuk presentasi, lebih mudah daripada Google Note. FiiNote bisa edit file .pdf. Ukuran file yang dihasilkan, sangat kecil. Menyisipkan foto, video, kalender, to-do list, semua dalam 1 aplikasi.
Telegraph lebih terbatas fiturnya, tetapi amazing. Asalkan ada browser, di Android atau Desktop, buka website Telegraph kemudian menulislah, tanpa batas. Tidak perlu install aplikasi.
atau
Keduanya sama. Hanya berbeda nama domain. Telegraph menyajikan user-interface yang bersih. Tanpa gangguan. Mau menuliskan teks, menyisipkan foto, screenshot, link YouTube, gambar, bisa dilakukan dengan mudah. Setelah selesai menulis di Telegraph, tinggal copy-paste ke web.
Intinya, tuliskan draft di Telegraph, sebelum kamu tuliskan di website. Kalau kamu login di Telegram Web, bisa edit tulisan nanti.
Buat Outline
Tuliskan draft awal dari outline. Ikuti outline sebagai panduan menuliskan topik ini.
Outline berfungsi untuk:
- Mendaftar keyword-terkait yang akan dijadikan sebagai Sub Heading H3, H4.
- Memperdalam pembahasan. Buat subsection dengan Bullets dan Numbering.
Menulis
Secara teknis, ini berarti menguraikan outline, ber baris, menjadi paragraf. Yang penting, tuliskan saja, mengacu pada outline yang sudah kamu buat. Sangat lama kalau editing sambil-jalan. Tuliskan dulu sesuai outline, edit nanti.
Saya tidak akan intervensi tentang bagaimana cara menuliskan content. Yang akan saya tunjukkan hanya apa yang disukai Google dan pembaca.
- Tulisan kamu berpotensi muncul di Snippet hasil pencarian Google jika (salah satu): 1. Menjelaskan definisi. 2. Penjelasan tempat atau brand yang ada di Google Map. 3. Menjawab pertanyaan. 4. Tips dan langkah-langkah berkaitan dengan “bagaimana cara..”.
- Buat deskripsi yang berisi ringkasan dan berikan pancingan menarik di awal tulisan. Biasanya saya memakai 1-2 kalimat saja.
- Gunakan paragraf dan kalimat singkat. 1 paragraf berisi 3-5 kalimat.
- Gunakan style bold, italics, subheading H3 dan H4.
- Jadikan influencer dan pembaca kamu sebagai bagian dari tulisanmu. Dalam tulisan ini, kamu tidak pintar. Yang pintar adalah narasumber dan pembaca kamu. Sejak dalam tulisan, promosikan audien kamu. Tulisan ini untuk mereka.
- Jangan terlalu percaya kepada apa kata narasumber tanpa memvalidasi data dan cross-check.
- Content kamu tidak ada lawannya dan dianggap sangat unik oleh Google jika: 1. Mengutip buku, karena content buku jarang bisa dibuka orang di internet; 2. Mengutip DOI atau jurnal ilmiah yang ada di Google Scholar; 3. Melakukan wawancara secara langsung; dan 4. Tulisanmu tidak mengikuti apa kata blog dan web yang sudah terkenal.
- Gambarkan masalah secara natural, dengan bahasa pembaca biasa.
- Sadarkan pembaca apa sebenarnya masalah mereka. Ceritakan apa yang terjadi (akibatnya) jika masalah ini tidak terselesaikan. Orang sudah tahu apa masalah mereka, tetapi perlu disadarkan kembali. “Sebenarnya, kita telah kehilangan 300 ribu per bulan jika..”.
- Ceritakan siapa yang pernah mengalami masalah ini.
- Siapkan detail terpenting dalam bentuk nutgraph, yaitu, sesuatu yang dianggap sebagai gambar atau mirip dengan gambar. Apa bentuknya? Block quote, subheading, video, image, sematan content dari website, dll. — semua ini berfungsi untuk memecah content (ide besar kamu) menjadi bagian-bagian yang terbaca dengan mudah. Mencegat perhatian pembaca, agar mereka mau terus pembaca.
- Buktikan, tunjukkan, kalau solusi yang kamu tawarkan dapat diterapkan pembaca.
- Berikan jaminan aman dan solusi mudah. Jika mereka melakukan, ini aman. Jika ada resiko, bisa diatasi dengan mudah.
- Berikan kesaksian hidup. Lebih baik lagi jika penulis menceritakan pengalamannya. Ini lebih dipercaya pembaca, selain dukungan informasi dari narasumber.
- Manfaatkan Emosi Negatif Pembaca. Pemicunya negatif tetapi solusinya tetap positif. Tuliskan dengan “emosi negatif”, karena “emosi” lebih mudah diingat dan yang “negatif” bisa mengaktifkan pikiran dalam memberikan reaksi. Contoh pemakaian emosi negatif: “Jangan percaya fitur berharga U$D59 jika bisa kamu lakukan gratis dengan hasil lebih baik.”
- Berikan Pembalikan Resiko. Garansi mendorong orang mau melakukan. Perlihatkan konsekuensi, pastikan resiko mendekati nol. “Pembalikan resiko” dalam penjualan, terjadi seperti dengan menambahkan kalimat “Garansi: Uang kembali 100% jika masa-uji 30 hari produk rusak”.
- Berikan Lingkungan Aman. Jika misalnya kamu menuliskan tentang tutorial memasang aplikasi Android, misalnya, tunjukkan bagaimana cara mengembalikan ke kondisi semula, jika terjadi error. Ini seperti kalimat berikut: “Jika terdapat masalah, kamu bisa kembali ke keadaan semula dengan cara begini..”
- Gunakan peristilahan standar jika harus. Jelaskan dengan deskripsi mudah, setelah menjelaskan sesuatu yang ilmiah. Gunakan analogi, hanya jika diperlukan. Kalau bisa lebih dari satu analogi.
- Buat CTA (Call to Action), ajakan eksplisit, di akhir tulisan.
Nutgraph
Nutgraph adalah elemen desain yang diperlakukan sebagai grafis (gambar). Orang tidak suka membaca, mereka suka melihat gambar. Orang tidak mau fokus membaca beberapa paragraf tanpa interupsi, itu sebabnya butuh selingan berupa nutgraph. Orang tidak mau membaca-teliti (skimming), mereka maunya membaca-sekilas (scanning). Tujuan nutgraph adalah “memecah” tulisan panjang menjadi bagian-bagian yang bisa diakses dan dikenal dengan mudah. Dan “mencegat” perhatian pembaca agar mau membaca pelan-pelan.
Yang paling sering dipakai, tentu saja penyisipan image.
UPDATE: Interupsi, sebentar. ImgUR ketika saya update paragraf ini, ternyata diblokir “internet positif”. Akhirnya, saya upload ulang di SakJose. Selebihnya, tidak ada masalah.
Misalnya, kita ingin perlihatkan warna tirai yang halus:
Apa saja yang bisa menjadi nutgraph?
- Subheading di dalam tulisan. Ketika editing, buatlah elemen H2, H3, dan H4 untuk subheading. Jangan menggunakan H1 sebagai SubHeading.
- Block quote. Untuk menandai kalimat atau paragraf penting.
Hampir semua penambahan media eksternal (dari luar web kita), menggunakan cara sama, dan sangat mudah.
Copy URL yang akan dimasukkan. Ini bisa gambar, twit, foto atau video instagram, dan video atau playlist dari YouTube.
Pada saat editing, pilih “Tambahkan Media” > pilih Sisipkan dari URL > kemudian paste URL yang ingin kamu masukkan.
Embed content dari Twitter juga sama. Cara mendapatkan URL di Twitter, yang akan kamu copy, hanya dengan klik time/date yang ada di bawah status. Maka akan diarahkan ke status Twitter. Copy URL status Twitter itu kemudian paste di web.
Image dari web lain. Ini bisa berupa skema, chart, infografis, dll.
Saya sarankan, untuk upload gambar besar, gunakan ImgUR.
Setelah upload image ke ImgUR, dapatkan link gambarnya untuk disisipkan ke dalam postingan.
Video atau Playlist dari YouTube. Cara menyisipkan juga sama. Ketika editing tulisan, pilih “Tambahkan Media” kemudian
Editing
Kalau terjadi kekacauan akibat suatu tulisan, peran editor sangat besar. Proses penerjemahan dari realitas menjadi tulisan, ada di ruang redaksi. Jadi, lakukan editing dengan hati-hati sekali.
Jika tidak ada infografik yang relevan untuk bahan tulisanmu, jadikan tulisanmu infografik. Jika tidak ada video yang relevan, buatlah video sendiri dari tulisanmu.
Editing tulisan untuk media online itu lebih berat daripada cetak. Media online berurusan dengan image, link orang lain, copyright, dll.
Perbaiki SubHeading
Meskipun subheading sebaiknya berisi keyword terkait, bukan berarti sepenuhnya berisi keyword terkait. Buat yang se-alami mungkin.
Gambar perlu diedit. Tuliskan caption panjang. Foto di Kompas, New York Times, dll. memakai teknik caption panjang. Harap diingat, Google Images adalah data tersendiri.
Sebelum Klik Tombol “Publish”..
- Buat judul tulisan
- Focus keyword sudah ada di judul
- Sunting permalink, hanya berisi focus-keyword
- Tuliskan Subtitle (di bawah judul). Ini secara default akan menjadi description, jika kamu tidak menentukan Meta Description.
- Tuliskan Meta Description. Bisa kamu samakan dengan Subtitle. Ini yang akan muncul di bawah judul kalau orang mencari di Google. Pastikan ada focus-keyword atau related-keyword di Meta Description.
- Sisipkan 2 outbond link atau link dari luar.
- Tambahkan 2 inbound link atau link dari web sendiri.
- Tambahkan Outline di bagian awal artikel, yang clickable. Ini disebut anchoring. Bisa dibuktikan, hampir semua tulisan panjang yang disukai Google, menggunakan taktik “daftar isi” di bagian awal tulisan.
Sebaiknya, tidak perseorangan untuk mengerjakan longform content. Bekerja dalam tim akan lebih baik. [dm]
Day Milovich,,
Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Semarang.