in

Metode Razor untuk Menetapkan Prioritas

Fokus hanya pada yang paling penting, hasil lebih optimal. Gunakan “metode pisau cukur” berikut ini.

“Razor” artinya “pisau cukur”.

Pengambilan keputusan, bisa dengan pisau cukur. Pilih mana yang perlu kamu potong, singkirkan, sederhanakan. Ini sangat bermanfaat ketika kamu mengambil keputusan.

Terus atau putus? Beli atau tidak? Investasi atau menabung? Pilihan seperti ini, berada di antara banyak opsi dan fakta yang mengalir, membuat kita terlalu lama membuat keputusan. Sederhanakan dengan pisau cukur.

Kebanyakan orang, tidak punya prioritas. Terutama prioritas jangka panjang. Kebanyakan orang, memilih menjadi minimalis. Mereka punya waktu, lalu mengisi waktu itu, entah dengan kebaikan atau keburukan, namun tidak menentukan prioritas. Mereka mencari gangguan, dengan menghibur diri, menjadi budak perasaan, dan ingin mencapai kebahagiaan terus-menerus. Karena tidak pernah bertemu dengan kebahagiaan yang sesungguhnya, mereka anggap apa saja bisa membahagiakan mereka. Makan, liburan, bercanda, dan scroll hal-hal lucu tanpa henti.

Prioritas berarti menentukan pilihan terpenting, yang bisa menjadi fokus energi (setidaknya, hari ini) agar berani menyingkirkan yang lain ke daftar yang tidak penting. Itulah sebabnya kamu membutuhkan pisau cukur.

Pisau cukur punya aturan untuk menyederhanakan pengambilan keputusan. Memangkas yang tidak penting.

Berikut ini, intisari metode pisau cukur dan turunannya, yang bisa kamu terapkan dalam membuat keputusan dan menentukan prioritas tindakan:

Ubah kompleksitas menjadi penjelasan yang bisa dipahami anak 5 tahun.Kemas-ulang, bingkai kembali, dan jelaskan untuk orang yang tidak ahli dalam masalah yang kamu sampaikan. Belum disebut tahu dan pahaam jika kamu belum bisa jelaskan dengan bahasa yang mudah.

Pilih jalur menuju keberuntungan yang lebih luas. Jika banyak rintangan namun hasilnya akan buruk, tinggalkan saja.

Jangan terima saran dari orang di luar arena. Yang tidak mengerti apa yang sedang kamu bahas, tinggalkan. Mereka hanya komentator, bukan pelaku. Mereka tidak mengerti lapangan, tidak plbertanding di arena kamu. Atau mungkin, mereka petaruh, atau orang yang tidak tahu pertarunganmu. Abaikan pendapat orang-orang yang hanya melihat dari jauh, di luar pertarungan.

Pilih bersikap optimis, karena optimis itu terdengar pintar dan kaya. Jika kamu optimis, itu artinya kamu sudah menimbang halangan dan rintangan. Optimisme tidak bisa berjalan dengan mata tertutup (tidak melihat kenyataan dan masalah). Optimisme bukan ucapan pasrah, bukan tebak-tebak berhadiah.

Pilih yang sudah melewati masa-masa sulit. Jika sama-sama dokter bedah, pilih yang berpenampilan tidak seperti dokter bedah, karena dia pasti melewati banyak hal untuk menjadi dokter bedah. Pilih mereka yang berpengalaman dan sudah menentukan keputusan. Sekalipun itu keputusan buruk. Hanya perhatikan sikap dan pendirian yang jelas.

Selalu lakukan optimasi. Kamu pakai ponsel untuk apa? Selagi bisa dioptomalkan, apapun itu, berarti kamu membuatnya lebih bermanfaat. Jangan pakai kata maksimal, kalau sebenarnya optimal lebih tepat.

Waktu untuk investasi, bukan waktu yang kau habiskan untuk hal improduktif. Jangan gunakan waktumu  untuk pengabdian 5 jam sehari, menunggu pengangkatan demi sebuah jabatan, kalau kamu bisa pakai waktu itu untuk belajar dan memciptakan pekerjaan sendiri. Jangan lihat berapa hasilnya, lihatlah seberapa efektif dan efisien waktu yang kamu pakai.

Jadilah yang paling bodoh dalam ruangan. Pilih ruangan di mana kamu paling bodoh di antara orang lain. Belajar  selalu. Jika sendirian, masuklah kamar, tempat kamu mendengarkan suaramu sendiri.

Ukuran project akan berhasil: 1. Peluang bagus. 2. Memakan waktu 2x lebih lama dan menjadi 1/2 keuntungan, seperti yang kamu harapkan.

Pada jalur menanjak, pilih sulit sekarang, mudah nanti, bukan sebaliknya. Dirimu di masa depan punya 2 ekspresi. Bisa jadi dia bersedih karena kemalasanmu sekarang, atau senang karena kamu mengalahkan kemalasanmu sekarang. Singa berlari cepat agar dapat beristirahat.

Pilih fakta dengan asumsi yang paling sedikit. Jangan menilai sesuatu dari kelihatannya. Nilai berita dan pengetahuan dari fakta.

Pilih mode dengar, tidak usah selalu bicara dan tidak perlu selalu punya opini.

Dengarkan perbincangan orang-orang pintar di akhir pekan (ketika mereka serius di hari istirahat), karena saat mereka bisa bersantai di akhir pekan, mereka masih bicarakan masalah itu.

Jadilah anak kecil yang merasa bodoh sekaligus bersenang-senang sepanjang jalan,  jadilah manusia berusia 80 tahun yang peduli keputusan jangka panjang hari ini.

Amati perilaku dan kemampuan orang: ketika orang memperkenalkan diri pertama kali, maka seperti itulah orangnya.

Hanlon: Jangan pernah mengaitkan dengan kedengkian apa yang dapat dijelaskan secara memadai dengan kebodohan. *) Kalau sudah kelihatan bodoh, tidak perlu kamu benci. Kamu menjadi orang bodoh ketika menanggapi kebodohan orang lain dengan kemarahan.

Orang lemah memilih mendendam. Orang kuat memilih memaafkan. Orang pintar dan orang bijak memilih mengabaikan hal-hal yang tidak penting.

Apa pun yang ditegaskan tanpa bukti dapat diberhentikan tanpa bukti.Tanyakan selalu, kepada diri sendiri, Mana buktinya? Apakah terbukti? Apa buktinya?.

Jika kamu tidak dapat menyatakan argumen lawan dengan jelas, kamu belum dapatkan opini. Sebelum kamu berpendapat, pahami argumen lawan kamu.

Menulis dapat mempertajam pemikiran.

Lihat kenyataan, jangan lihat bayangan di cermin, apalagi terpesona pada filter dan hasil editing foto atau video.

Baca buku tanpa menetapkan metrik kesombongan. Jangan terjebak pada label “best sellers”. Jangan pamer apa yang kamu baca, tanpa sungguh-sungguh berbagi.

Buat selalu daftar prioritas. Coret yang tidak perlu. Urutkan yang terpenting. Urutkan waktunya. Kerjakan yang bisa kaku kerjakan sekaligus. [dm]

Written by Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Kota Lama Semarang.

Model Mental untuk Belajar

Membuat Keputusan