Sebelumnya, dia sangat suka menulis. Dia dulu meluangkan waktu, mengikuti workshop menulis. Percaya pada kekuatan kata-kata dan tindakan. Bahwa menulis harus diikuti dengan.. membaca buku, wawancara, menuliskan studi kasus, investigasi, sampai kemudian dia memperdagangkan “seni” menulis dengan jalan pintas..

Mencari klik. Subscriber. Follower. Dia sendiri mau menjadi follower demi mendapatkan follower lain. Dia belajar copywriting. Menyalin taktik orang lain. Meramu kata-kata seperti surat iklan. Sibuk menciptakan bujukan.

Terasa baginya kalau itu masih seperti “menulis”.

Dia membangun pengikut. Pembuktian kepada orang lain bahwa tulisannya disukai orang. Dia lupa suaranya yang dulu. Dia memborong pekerjaan. Menjual 1 artikel dengan sekian rupiah. Menjual editing. Menjual semurah mungkin dengan kualitas unggul — dibandingkan yang lain.

Dia melupakan latihan yang bermakna, untuk menjadi ahli. Dia tidak menyukai latihan yang tidak segera kelihatan hasilnya — dalam bentuk uang.

Dia tidak bisa lagi menjadi “penulis sebelumnya”. [dm]