Perbudakan tidak selalu berbentuk pemaksaan fisik dari manusia satu ke manusia lain, yang berwujud rantai, sangkar, dan semacamnya.
Perbudakan sering terjadi karena lemahnya pikiran kita.
Menjadi budak berarti terikat pada hal-hal yang diperbudak, seperti: keinginan, penghambaan, atau dalam “resistance” yang menahan kebebasan kita sendiri.
Perbudakan yang berasal dari dalam (internal) ketika manusia diperbudak keinginan dan dorongan mereka sendiri, mereka diperbudak oleh sesama manusia. Cotohnya? Mereka sengaja ingin aman, nyaman, terhadap keinginan, dan mau menghamba kepada orang lain.
Perbudakan eksternal, terjadi karena manusia tidak bisa mengendalikan lingkungan mereka.
Perbudakan internal muncul dari kelemahan pikiran. Perbudakan eksternal, datang dari ketergantungan.
Ada kutipan bagus tentang perbudakan ini.
“Beberapa hal berada dalam kendali kami dan yang lainnya tidak. Hal-hal yang kita kendalikan: pendapat, pencapaian, keinginan, kebencian, dan, singkatnya, tindakan kita sendiri. Hal-hal yang tidak berada dalam kendali kita: tubuh, properti, reputasi, perintah, dan, dalam satu kata, apapun yang bukan-tindakan kita sendiri. Hal-hal yang ada dalam kendali kita pada dasarnya bebas, tidak terkendali, tidak terhalang; tetapi mereka yang tidak berada dalam kendali kita: lemah, budak, terkekang, menjadi milik orang lain. Ingat, kemudian, jika kamu menganggap hal-hal yang pada dasarnya adalah budak juga bebas, dan apa yang menjadi milik orang lain adalah milik kamu, maka kamu akan terhalang. Kamu akan meratap, kamu akan terganggu, dan kamu akan menemukan kesalahan baik pada dewa maupun manusia. Tetapi jika kamu mengira bahwa hanya milik kamu yang merupakan milik kamu, dan apa yang menjadi milik orang lain sebagaimana adanya, maka tidak ada seorang pun yang akan memaksa atau menahan kamu.”
— Epictetus, Enchiridion (55-135b.c.)