Mereka ingin menjadi suara penentu, menyalurkan suara lain, mendapatkan pendukung, dengan donasi yang menentukan tujuan, deal yang menentukan tujuan, dan orang mana saja yang diperhitungkan. Mereka pasang banner, mengingatkan aturan memilih, dan bagaimana cara memilih. Para pemain politik bekerja dengan cara seperti itu. Melihat orang banyak sebagai mereka, rakyat, orang-orang kami, dan para pendukung. Mengajarkan pengetahuan dasar tentang pentingnya memilih, bergeser menjadi “.. pilih saya!”.
Dalam banyak hal, teknologi juga mirip seperti itu. Membuat orang mengikuti poster “saya juga..”, user story yang dirancang agar orang mau pakai aplikasi ini, yang “.. cocok untuk semua orang, termasuk kamu..”, yang akan mengatasi masalah kamu.
Politik dan teknologi datang di zona ramai, yang dianggap akan berhasil.
Pencetus, pemodal, dan pelaku politik dan teknologi, benar-benar membutuhkan dukungan kamu juga… Kebaikan, kedermawanan, menjadi langkah penting, bagian dari mendengarkan suara penentu dan mendapatkan pendukung.
Politik dan teknologi, berasal dari zona kesepian. Mencari manusia.
Itu sebabnya, masalah sebenarnya bukanlah pada memetakan preferensi pemakai, karena mereka bisa terus berubah. Bukan pula menawarkan kecanggihan. Politik maupun teknologi sama-sama memiliki masalah “sosiologi” dan “psikologi”. Yang menang di situ, akan memenangkan manusia. Sejak awal, perlakukan mereka sebagai manusia. Bukan sebagai konsumen dan data pemakai.