Punya 100 subscriber newsletter yang mau bayar USD5 per bulan, berarti kamu dapat earning Rp 7juta+ per bulan, hanya dari pelanggan newsletter kamu?

Selain tidak mudah dapat subscriber, menjaga jumlah subscriber (kalau bisa: menaik) bukan masalah mudah. Kita bicara tentang newsletter. Bukan pengikut Instagram, bukan pelanggan di YouTube yang tidak membayar kamu (secara langsung). Kita bicara tentang newsletter di Substack.

Saya pernah salah-paham tentang konsep berlangganan newsletter ini. Beberapa kawan saya kecewa, mengapa cerita saya tentang subscriber economy tidak semudah yang saya ceritakan? Dengan kalimat singkat: mengapa tidak banyak orang mau berlangganan newsletter mereka?

Itu sebabnya saya tulis ini, agar orang tahu, mengapa mereka tidak dapat pelanggan.

Saya membuat newsletter Substack anonymous dan lancar sampai sekarang. Pelanggan saya tidak banyak, yang penting jumlah mereka tidak pernah turun dan feedback mereka bagus.

Substack punya masalah besar, yaitu marketing berbasis email, sedangkan Substack tidak membantu pelanggan-berbayar menyebarkan email mereka, karena Substack tidak menjual data pelanggan. Jadi, masalah di Substack ada pada funneling. Konsep funneling ada di marketing. Tidak saya jelaskan di sini.

Apa kekuatan utama Substack? Saya punya web, bebas menulis opini di web, namun saya suka Substack. Ada kekuatan di Substack yang menurut saya unik.

Substack memberi kebebasan kreatif. Kamu boleh pakai image aneh, yang unik, erotis, click-bait, bebas tekan Enter, dan bebas sarkas. Ini Substack, bukan media berita dengan 999 peraturan.

Newsletter kamu tertutup, terbatas, eksklusif, jika kamu mau. Kamu bisa jalankan newsletter secara anonymous. Tidak ada yang tahu, itu newsletter kamu.

Lupakan Google. Kalau kamu berharap content newsletter kamu ada di Google, orang tidak mau berlangganan. Substack menyukai sesuatu yang sensitif, kerahasiaan terjaga, dan berbisik.

Kamu mengirim email, berkala, untuk orang yang sangat menyukai kamu, dan mereka penggemar yang suka melihat kamu menjadi diri kamu.

Mereka ingin mengikuti kesadaran kamu.

Mereka mau bayar kamu, seperti penggemar musik yang ingin lihat konser kamu.

Pastikan, mereka tidak selalu bayar. Mereka datang lihat konser kamu, bebas memotret kamu, namun pelanggan yang ini, dapat hak khusus: boleh melihat kamu nge-jam, mendengar kamu marah di panggung belakang, dan memberikan kaos yang diproduksi terbatas.

Mereka ini dapat 10% lebih, yang nggak gratisan, dan membuat mereka cinta pandangan kamu.

Kamu merasa punya content bagus, yang pernah kamu buat, lalu ingin kamu bagikan di Substack? Jangan. Apa yang sudah kamu buat di sana, di manapun, jangan kamu pasang di Substack. Pelanggan kamu sudah membayar, sangat tidak sopan kalau content itu ternyata berasal dari tempat lain.

Lebih baik kamu bangun audien di Substack, jelas untuk tujuan komersial, daripada habiskan waktumu di media sosial.

Bangun pelanggan dari nol. Menulislah setiap hari. Ajak orang baca content gratis kamu, selama 4 minggu.

Kenyamaman adalah nilai. Jangan remehkan kenyamanan, bagi pembaca.

Substack, dalam banyak hal, merupakan lawan dari media berita dan media sosial.

Media berita menawarkan running news, Substack menawarkan perspektif dan sudutpandang.

Media sosial memberikan humor dan video singkat tanpa-henti, menjebak orang tanpa jalan-keluar, sedangkan di Substack memberikan makna, bukan kebisingan.

Jadilah diri kamu sendiri. Temui pelanggan secara pribadi. Kamu mengirimkan email ke mereka, bukan memasang postingan yang bisa dibaca siapa saja.

Sering dan konsisten. Itulah kuncinya. Tulis setiap hari atau seminggu 3 kali. Setelah itu, mulailah buat content berbayar. Semakin sering dan banyak yang gratis, akan membuat orang melihat konsistensi kamu.

Jangan menjadi orang lain. Jangan mengikuti arus lalu tenggelam.

Tema tulisan kamu adalah kamu sendiri.

Pemasaran Substack, yang paling ampuh, dari mulut ke mulut. Pasang kotak berlangganan newsletter Substack kamu di web atau di kotsk komentar media sosial.

Pasarkan secara manusiawi.

Menghasilkan USD500 per bulan, dari menulis newsletter, merupakan seni, kerja keras, dan menjadi manusia bagi manusia lain. Tidak besar bagi sebagian orang, namun berharga bagi mereka yang suka menulis. [dm]