Restaurant of Mistaken Orders. Begitu namanya. Restoran Pesanan yang Salah. Tempatnya di Jepang. Bersiaplah menerima pesanan yang salah di restoran ini. Kamu pesan kopi panas, diberi sedotan yang tidak perlu. Pesanan meja 3, diberi pesanan meja 5.
Ini terjadi karena Shiro Oguni, pencipta restoran ini, mengajak para penderita demensia untuk melayani para pengunjung.
Penderita demensia mengalami penuaan-super, mereka pelupa, namun sebenarnya memiliki kemampuan seperti membuat minuman dan menyajikan hidangan. Shiro Oguni ingin para penderita demensia tidak dikucilkan.
Mereka diajak berbaur dengan orang lain. Mereka di restoran ini tidak menjadi tontonan, tetap dihargai sebagai orang tua yang sudah pelupa, sekaligus pengingat bahwa semua orang kelak menua. Restoran yang penuh kesalahan ini, akhirnya menciptakan pengalaman makan yang penuh tawa bahagia dan haru.
Tidak semua sajian diberikan para penderita demensia. Selalu ada pegawai muda yang sigap di sekitar mereka. Tujuannya tidak memperkerjakan orang-orang demensia, tetapi mengajak mereka berbaur.
Ada suatu cerita rakyat di Jepang, yang mengingatkan kita tentang “retakan” (fracture). Semua orang memiliki “retakan”, kekurangan. Semakin orang menua, semakin berkurang ingatan seseorang. Ketika semua orang memiliki kekuragangan, berbaur dan bekerja sama dengan orang lain, dapat membuat mereka merasa berarti bagi orang lain. Bukan pengucilan, bukan isolasi.
Cerita ini ada di buku dongeng rakyat Jepang, yang mengajarkan pentingnya menghargai kekurangan orang lain.
Pada zaman dahulu kala,
Ada seorang perempuan muda bernama Hikapoo. Setiap hari ia bekerja memasak, mencuci pakaian, dan selalu mengambil air dari sumur.
Melihat ketekunan perempuan ini, ada dewa yang datang dan memberinya 2 ember yang terbuat dari bambu.
Dewa itu berkata, “Hai, Hikapoo. Aku berikan 2 ember bambu ini untukmu. Keduanya harus kamu pakai. Yang satu, sempurna utuh. Yang satu lagi, ada retakan di bagian bawah, yang tidak bisa kamu tambal.”. Dewa itu pergi. Hikapoo sangat senang. Dia melihat kedua ember itu. Tampaknya, ember itu biasa saja, seperti ember bambu yang lain. Yang ini, malah ada 1 ember yang retak di bagian bawahnya, tetapi kata dewa itu, aku harus memakainya. Apa istimewanya kedua ember ini?
Hikapoo mulai memakainya bersamaan. Dari sumur ia menimba dan menuang air di kedua ember itu. Dengan cepat Hikapoo berjalan ke rumah sambil menenteng ember itu.
Ember pertama, memang istimewa. Airnya tidak cepat habis. Sangat jernih. Dan ketika ia pakai untuk mencuci kaki, airnya terasa segar bukan main.
Ember kedua, baru sampai di rumah, airnya tinggal setengah, karena bagian bawahnya rusak.
Terus, apa istimewanya ember yang kedua ini? Ditambal tidak bisa, sementara airnya cepat habis. Setiap hari, sambil bekerja mengambil air dari sumur dengan kedua ember itu, Hikapoo berpikir. Mengapa dewa itu memberinya ember retak?
Ketika sedang berjalan sendirian, di antara rumahnya dan sumur yang agak jauh, Hikapoo mencium bau bunga yang harum.
Beberapa bunga itu bicara kepadanya, “Hikapoo..”, memanggil namanya. Hikapoo terkejut melihat bunga-bunga di sekitar jalan itu tumbuh dan mekar dengan cepat.
“Terima kasih, Hikapoo. Air dari ember kamu yang retak itu, mengalir dan membuat kami tumbuh dengan cepat. Sekarang kami bisa mekar lagi.”
Hikapoo akhirnya mengerti, mengapa ia harus memakai ember yang retak itu. Kini Hikapoo menghargai kelemahan.
Apa yang dianggap retak atau tidak berguna bagi diri kita, ternyata sangat bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang memiliki retakan, kelemahan, namun tetap selalu bisa memberikan sesuatu yang berarti, bagi diri sendiri, dan orang lain.
Ada “manusia” di setiap anggaran yang kamu tuliskan. Ada “manusia” di sekitar kita, yang sangat berarti jika kamu mengajaknya berbaur dan berbicara. [dm]