Pastikan, kamu selalu update maps dan atur ke akurasi tinggi, terutama sebelum berpergian. Kalau perlu, download maps offline.

Kawan saya tersesat. GPS di Google Maps tidak konek internet, tidak ada sinyal.

Dia tidak punya alternatif tercepat selain mengubah GPS (Global Positioning System) menjadi “Gunakan Penduduk Setempat”, alias bertanya ke orang sekitar.

Dia bertanya tentang arah dan lokasi yang mau ia tuju. Hasilnya, ia berhadapan dengan keramahan yang membuatnya tersingkap. “Rumahnya mana? Cari siapa? Ada kepentingan apa? Bisa sebutkan ciri-cirinya? Dulu kenal di mana?”. Masih ada sekitar 9 pertanyaan lain, yang bertambah, ketika percakapan terjadi.

Padahal, kawan saya tidak bersenjata, penampilannya tidak mencurigakan, dan tidak ada pemicu yang layak menjadi penyebab, mengapa harus ada interogasi berselubung keramahan.

Kehilangan lokasi, tidak tahu rute, dan komunikasi yang sejenak terputus (biarpun iklan berkata, “Coverage area kami mencapai seluruh ## di Indonesia”), hasilnya mengerikan. Lebih baik bilang, “Saya tidak mau membantu kamu.” Problem solved.

Apakah kebaikan untuk menunjukkan lokasi seseorang yang sama sekali tidak berbahaya, harus ditukar dengan begitu banyak data?

Kejadian sama, ketika di bis. “Rumahnya mana? Mau ke mana? Kuliah, kerja, atau mau ketemu saudara? Sudah menikah? Umur berapa?”.

Pada titik parah, “Kenal Pak Rohmat? Boleh tahu nomor WhatsApp kamu?”.

Itu bukan keramahan. Itu interogasi.