Suatu hari, kawan saya mengajukan pertanyaan “motivasi”, tentang air dalam gelas, “Menurutmu, ini setengah kosong atau setengah isi?”.
Menurutku, itu pertanyaan bodoh.
Pertama, saya mengerti mental orang-orang di kelas motivasi dan psikologi, yang memakai pertanyaan ini, untuk melihat seberapa optimis mereka. Spoiler: Kalau kamu jawab setengah kosong, kamu pesimistis, sedangkan kalau setengah isi, kamu tipe optimistis.
Di mana bodohnya?
Ada judgement dan reduksi terhadap realitas.
Mental seseorang tidak semudah itu dideteksi. Kalau memang mau ajak orang untuk bersikap optimistis, kenapa harus pakai analogi?
Kedua, ini jelas pseudosains alias ilmu-pengetahuan-palsu.
Pertanyaan yang menempatkan “air” di superposisi, di mana penilaian ditentukan oleh keberadaan sesuatu, menjadi sangat nggak lucu.
Setengah kapasitas. Itu false dichotomy.
“Setengah” dari apa? “Setengah” itu sendiri merupakan ukuran (bukan satuan). Dan pasti tidak tepat “setengah” gelas.
Dalam fisika kuantum, tidak ada yang “kosong” di dunia ini. Semua berisi.
Mata melihat. Pikiran memahami. Kesadaran menyadari. Ikatan kovalen materi dengan atribut.
“Yang tidak terlihat oleh mata, tetapi dengan itu mata dapat melihat.”
Kenopanishad 1.6 mengajarkan tentang konsep Brahman (Kesadaran Tertinggi atau Realitas Tertinggi) yang merupakan sumber dari segala persepsi dan pengetahuan. Kutipan ini menekankan bahwa Brahman tidak dapat dilihat atau dipahami melalui indra fisik, tetapi justru adalah kekuatan yang memungkinkan indra-indra tersebut berfungsi. Dengan kata lain, Brahman adalah esensi dasar yang memungkinkan mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan pikiran untuk memahami, meskipun Brahman sendiri berada di luar jangkauan persepsi indrawi.
Saya tidak akan jawab pertanyaan pesudosajns dan menyimpan banyak asumsi tentang mental. manusia. Jadi, kalau orang-orang motivasi itu hidupnya nggak berhasil, bisnisnya hancur, itu karena nggak sampai ke sains. [dm]