in

Singkatnya Hidup Menurut Seneca

Pandangan Seneca tentang waktu hidup manusia. Ringkasan terbaik dari buku on Shortness of Life.

Tulisan ini ringkasan ketika saya baca buku Seneca berjudul On the Shortness of Life (Life is Long If You Know How to Use It) terbitan Penguin Great Ideas, edisi paperback – September 6, 2005.

Hidup tidak singkat. Kita saja yang sering siakan waktu selama hidup.

Tidak pernah merasa cukup-waktu. Terlalu sibuk. Mengejar kesenangan sesaat. Kecanduan, sering tanpa sadar itu kecanduan. Mengikuti arah salah. Lalu waktu-hidup mereka “habis”.

Hidup tidak singkat. Kita yang sering sebar-sebarkan waktunya.

Pandangan kita sering terhalang kejahatan, sampai tidak perhatikan cara hidup kita.

Orang tidak berhak atas waktu siapapun. Mengeluh kurang perhatian, bahkan tidak luangkan waktu kamu sendiri, itu namanya tak masuk-akal. Berperang pertahankan teritori, di sisi lain tidak melindungi waktu kamu. Sadari, betapa berharga keberadaan kamu di bumi.

Kamu hidup seolah selamanya, jarang pikirkan kelemahan di pikiranmu, berapa waktu yang telah berlalu. Kamu miliki semua ketakutan manusia dan semua keinginan abadi.

Banyak orang, berhasil atau tidak, menunda hidup mereka, atau berikan hidupnya kepada orang lain, seolah-olah besok masih ada (tersedia) lagi.

Tidak jarang, hari terasa sangat lama, karena tidak ada yang dikerjakan. Buang-buang waktu luang. Bahkan penundaan terasa begitu lama bagi mereka. Tidak jarang, waktu terasa begitu cepat, untuk melarikan diri dari kesenangan satu ke yang lain, tidak terpaku pada 1 keinginan utama. Mereka beralih dari waktu ke waktu penuh kebencian.

Mengeluhkan hidup yang singkat dan menyesali masa lalu tanpa ubah prioritas hidup, itu tindakan tak-produktif. Sadar kalau buang-buang waktu, juga tindakan tak-produktif. Sibuk adalah cara paling pasti untuk sia-siakan hidup. Sibuk itu buruk, tetapi sibukkan diri dengan keasyikan orang lain itu lebih buruk.

Untuk renungi betapa singkatnya hidup: sadari betapa kecil bagian dari hidup kamu sendiri. Cari tenar dan status sosial itu buang-buang waktu.

Fokus di masa “sekarang”, jangan terlalu dambakan masa depan.

Usia bukanlah indikator kebijaksanaan atau pengalaman.

Dari mana asal-kata “carpe diem”? Dari kalimat ini: “Mengapa kamu menganggur? Manfaatkan hari, atau sebaliknya, kamu berarti melarikan diri.

Hanya orang yang tak berumur panjang, yang pakai segala trik untuk hidup lebih lama.

Kuasai waktu kamu dengan hindari pengejaran tak-berarti. Belajar bagaimana hidup.

Persahabatan sejati tidak pernah bahayakan waktu kamu. Persahabatan sejati justru bebaskan waktu kamu. Persahabatan itu jalan menuju keabadian.

Waktu dan kesenangan akan selalu membawa kecemasan, jadi kita harus jalani hidup sederhana, tanpa mencarinya.

Menurut Seneca, yang anut Stoicisme, arti hidup itu mencintai dan mengamalkan kebajikan, melupakan nafsu, memahami hidup dan mati, dan menjalani “kehidupan yang tenang”. [dm]

Written by Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis.