Raya Dunayevskaya adalah seorang filsuf, aktivis, dan penulis asal Amerika Serikat yang dikenal sebagai seorang pemikir Marxis kontemporer yang terkemuka. Dia lahir pada tahun 1910 di Ukraina dan pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1929. Selama bertahun-tahun, ia aktif dalam gerakan sosialis dan revolusioner, serta menjabat sebagai sekretaris pribadi Leon Trotsky. Setelah Trotsky dibunuh pada tahun 1940, Dunayevskaya mulai mengembangkan pemikirannya sendiri tentang Marxisme dan menciptakan konsep “Socialism of the Mind”.

“Socialism of the Mind” adalah konsep yang dikembangkan oleh Dunayevskaya yang berfokus pada pembebasan pikiran dan kreativitas manusia dari pengaruh kapitalisme dan otoritarianisme. Menurutnya, Marxisme tidak hanya tentang ekonomi dan politik, tetapi juga tentang membebaskan potensi kreatif manusia secara keseluruhan.

Dalam pandangan Dunayevskaya, “Socialism of the Mind” berarti membebaskan pikiran manusia dari penindasan dan penghambatan yang terjadi dalam masyarakat kapitalis. Hal ini akan dicapai melalui pembebasan kreativitas manusia, yang akan memungkinkan individu untuk mengambil kontrol atas hidup mereka sendiri dan menciptakan budaya yang lebih beragam dan berkelanjutan. Dalam “Socialism of the Mind”, Dunayevskaya menekankan pentingnya perjuangan melawan dominasi dan penindasan dalam semua bentuk, baik itu di bidang ekonomi, politik, maupun budaya.

Dunayevskaya juga percaya bahwa konsep “Socialism of the Mind” dapat diterapkan pada bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Dia mengakui potensi besar yang dimiliki teknologi dan ilmu pengetahuan dalam memperbaiki kehidupan manusia, namun juga mengingatkan bahwa teknologi tidak boleh digunakan untuk tujuan yang dehumanisasi dan menghilangkan martabat manusia. Sebaliknya, teknologi harus digunakan untuk membebaskan pikiran manusia dan menciptakan masyarakat yang lebih beradab dan berkeadilan.

Dalam ringkasan singkat, “Socialism of the Mind” adalah konsep yang dikembangkan oleh Raya Dunayevskaya yang menekankan pentingnya membebaskan pikiran manusia dari pengaruh kapitalisme dan otoritarianisme. Konsep ini juga mengakui potensi besar yang dimiliki teknologi dan ilmu pengetahuan dalam memperbaiki kehidupan manusia, namun juga menekankan pentingnya memastikan teknologi tidak digunakan untuk tujuan yang dehumanisasi dan menghilangkan martabat manusia.

Berikut adalah kutipan dari Raya Dunayevskaya terkait socialism of mind beserta poin-poin terkait:

“Socialism of mind means a revolution in man’s deepest thoughts, sentiments, and aspirations. It means a reshaping of his highest values in terms of social production. It means a new concept of man’s relation to man. It means the building of a society in which the individual’s freedom to develop himself is the supreme value.”

Artinya, socialism of mind mengacu pada revolusi dalam pemikiran, perasaan, dan aspirasi manusia yang terdalam. Ini berarti perubahan nilai-nilai tertinggi manusia dalam hal produksi sosial. Ini berarti konsep baru tentang hubungan antara manusia. Ini berarti membangun masyarakat di mana kebebasan individu untuk mengembangkan dirinya adalah nilai tertinggi.

“How can individuals take control over their own lives and create a diverse culture? Only through socialism which provides the means for people to take control over their own lives, and eliminates the compulsion that drives them to express themselves through preconceived channels.”

Bagaimana individu bisa mengambil kendali atas hidup mereka sendiri dan menciptakan budaya yang beragam? Hanya melalui sosialisme yang memberikan sarana bagi orang untuk mengambil kendali atas hidup mereka sendiri, dan menghilangkan paksaan yang mendorong mereka untuk mengekspresikan diri melalui saluran-saluran yang telah ditentukan sebelumnya.

“In applying socialism of mind to technology and science, we must first of all recognize that man is not the slave of the machine, but its master. The machine must be developed not as a substitute for the human brain, but as its extension.”

Bagaimana menerapkan socialism of mind dalam teknologi dan ilmu pengetahuan? Pertama-tama, kita harus mengakui bahwa manusia bukan budak mesin, tetapi pengendali mesin. Mesin harus dikembangkan bukan sebagai pengganti otak manusia, tetapi sebagai perpanjangan dari otak manusia.

Kritik atas Pemikiran Sebelumnya:

 

Raya Dunayevskaya mengembangkan beberapa ide baru tentang sosialisme, di antaranya:

Marxisme dan feminisme: Dunayevskaya mengkritik pandangan para pemikir Marxisme lama yang mengabaikan pentingnya peran wanita dalam perjuangan kelas. Ia menekankan bahwa perjuangan kelas tidak dapat dijalankan tanpa memperhitungkan peran dan kontribusi wanita. Dunayevskaya kemudian mengembangkan konsep “feminisme Marxis” yang menekankan pentingnya perjuangan kaum perempuan dalam perjuangan kelas.
Marxisme dan filsafat: Dunayevskaya berpendapat bahwa Marxisme harus dipandang sebagai sebuah filosofi, bukan sekadar sebuah doktrin politik atau ekonomi. Ia menekankan pentingnya pemahaman Marxisme yang holistik, termasuk pemahaman tentang filosofi dan epistemologi.
Hubungan antara revolusi dan pembebasan manusia: Dunayevskaya berpendapat bahwa tujuan akhir dari revolusi sosial adalah pembebasan manusia, bukan sekadar penggantian satu bentuk pemerintahan dengan bentuk yang lain. Ia menekankan bahwa revolusi sosial harus didasarkan pada kebebasan individual dan kemandirian, serta memperjuangkan perubahan sosial yang menyeluruh.
Pengembangan teori Marxis: Dunayevskaya mengembangkan konsep “dialektika absolut” yang menekankan pentingnya pemahaman terhadap perkembangan sejarah secara terus-menerus dan dinamis. Ia juga mengembangkan konsep “manusia sebagai subjek sejarah” yang menekankan pentingnya peran individu dalam perjuangan sosial dan sejarah.
Revolusi di negara-negara kapitalis maju: Dunayevskaya mempertanyakan apakah negara-negara kapitalis maju seperti Amerika Serikat bisa mengalami revolusi sosial yang sama seperti negara-negara berkembang. Ia mengusulkan bahwa perubahan sosial di negara-negara kapitalis maju harus didasarkan pada perjuangan kelas dan pengembangan teori Marxis yang lebih holistik.
Dalam mengkritik pandangan Marxisme lama, Dunayevskaya menekankan pentingnya pemahaman Marxis yang holistik dan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk peran wanita, filsafat, dan epistemologi. Ia juga menekankan bahwa tujuan akhir dari revolusi sosial adalah pembebasan manusia, bukan sekadar penggantian bentuk pemerintahan. Dunayevskaya juga mengembangkan konsep baru seperti “feminisme Marxis” dan “manusia sebagai subjek sejarah”.

Raya Dunayevskaya juga dikenal karena kontribusinya pada teori feminisme Marxis. Berikut beberapa poin tentang ide-ide feminisme Marxis versi Dunayevskaya:

Patriarki adalah bagian dari sistem kapitalis yang menyebabkan perbudakan perempuan. Dunayevskaya menolak pandangan bahwa patriarki adalah sebuah masalah sosial yang terpisah dari kapitalisme. Dia berpendapat bahwa patriarki terkait dengan kelas, dan kesetaraan antara gender tidak akan terwujud tanpa diiringi dengan kesetaraan ekonomi.
Dunayevskaya memperjuangkan hak-hak perempuan untuk bekerja dan mendapatkan upah yang setara dengan laki-laki. Dia juga menolak pandangan bahwa perempuan hanya cocok untuk pekerjaan tertentu yang “sesuai dengan kodratnya”.
Dunayevskaya menolak pandangan bahwa perjuangan kelas dan perjuangan gender saling bertentangan. Dia mengatakan bahwa keduanya saling terkait dan saling memperkuat.
Dunayevskaya menekankan pentingnya kebebasan individu dalam perjuangan feminisme Marxis. Dia berpendapat bahwa perempuan harus memiliki kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan dengan tubuh, pikiran, dan hidup mereka.
Dunayevskaya menolak pandangan bahwa perjuangan feminis harus dipimpin oleh laki-laki atau bahwa perempuan harus menjadi “satu sama lainnya”. Dia berpendapat bahwa perempuan harus memimpin perjuangan mereka sendiri.
Dunayevskaya menekankan pentingnya solidaritas antar perempuan di seluruh dunia dalam perjuangan feminisme Marxis. Dia berpendapat bahwa perempuan di seluruh dunia harus bekerja bersama untuk mengakhiri kapitalisme dan patriarki.
Dunayevskaya menganggap pentingnya persatuan antara perjuangan feminis dan perjuangan kelas dalam menentang sistem yang menindas dan memiskinkan perempuan serta masyarakat luas. Oleh karena itu, perjuangan feminis haruslah merupakan bagian dari perjuangan yang lebih besar untuk mencapai kemerdekaan, kebebasan, dan kesetaraan bagi seluruh rakyat.

Ide-ide feminis Marxis Dunayevskaya dipengaruhi oleh beberapa peristiwa dan pemikir sebelumnya, seperti:

Karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels: Marx dan Engels dianggap sebagai pendiri teori Marxis. Karya-karya mereka, seperti The Communist Manifesto dan Das Kapital, membahas tentang kesenjangan kelas dan perjuangan proletariat. Namun, mereka kurang menyoroti peran perempuan dalam revolusi.
Peristiwa Revolusi Rusia: Revolusi Rusia pada tahun 1917 merupakan puncak dari gerakan sosialis di Rusia. Namun, meskipun kaum perempuan berpartisipasi dalam gerakan ini, mereka dianggap hanya sebagai “pelengkap” dan tidak dianggap memiliki peran penting dalam revolusi.
Clara Zetkin: Zetkin adalah seorang aktivis dan pemimpin gerakan sosialis di Jerman. Dia dikenal sebagai salah satu pendiri gerakan perempuan internasional, dan dianggap sebagai tokoh sentral dalam pengembangan feminisme Marxis.
The Combahee River Collective: Kelompok ini didirikan pada 1974 di Amerika Serikat dan terdiri dari sekelompok perempuan kulit hitam. Mereka mengembangkan gagasan tentang “interseksionalitas” dalam feminisme, yang menggabungkan perjuangan melawan seksisme, rasisme, dan kelas.
Peristiwa Gerakan Hak-Hak Sipil Amerika Serikat: Gerakan ini melibatkan banyak perempuan kulit hitam dan membuka jalan bagi gerakan feminis Marxis yang lebih inklusif dan radikal.
Dunayevskaya terinspirasi oleh gerakan-gerakan dan pemikir-pemikir ini, dan mengembangkan ide-ide feminisme Marxis yang lebih inklusif dan radikal, dengan memperjuangkan hak-hak perempuan dan peran perempuan dalam perjuangan kelas.

Tidak ada aplikasi langsung dari ide-ide feminisme marxis Dunayevskaya yang diakui secara luas dalam bentuk yang sama persis seperti yang diusulkannya. Namun, sejumlah ide-ide feminisme marxis Dunayevskaya telah mempengaruhi gerakan feminis dan gerakan buruh secara luas.

Beberapa dampak yang dapat dicatat meliputi:

Peningkatan kesadaran akan pentingnya peran pekerja wanita dalam gerakan buruh, serta pentingnya pengakuan peran mereka dalam gerakan buruh. Dunayevskaya mengajukan bahwa masalah perempuan dan kelas buruh tidak dapat dipisahkan, dan bahwa kelas buruh harus memperjuangkan hak-hak perempuan secara aktif.
Peningkatan kesadaran akan peran kritis yang dimainkan oleh perempuan dalam produksi dan reproduksi kapitalisme, serta pemikiran tentang bagaimana mengorganisir ulang sistem ekonomi dan sosial agar lebih merata secara gender.
Peningkatan kesadaran akan pentingnya perspektif kritis gender dan kelas dalam memahami masalah sosial, termasuk di bidang ekonomi, politik, dan budaya.
Meskipun tidak ada penerapan langsung dari ide-ide feminisme marxis Dunayevskaya, gagasan-gagasan ini tetap relevan dalam diskusi tentang kesetaraan gender dan kelas di dunia saat ini.

Dunayevskaya sering memberikan kritik tajam terhadap cara manusia berpikir dan bertindak berdasarkan contoh nyata. Sebagai contoh, dalam bukunya “Philosophy and Revolution: from Hegel to Sartre and from Marx to Mao”, ia mengkritik cara pemerintah Amerika Serikat pada masa itu menangani konflik rasial di negara itu. Ia menuduh bahwa pemerintah hanya memperlakukan gejolak sosial sebagai masalah hukum dan memperlakukan para pengunjuk rasa sebagai penjahat, tanpa benar-benar memahami akar masalah yang lebih dalam dan sistemik. Dunayevskaya berpendapat bahwa ini adalah contoh dari cara pikir yang terfragmentasi dan tidak mampu melihat gambaran keseluruhan.

Dunayevskaya juga memberikan kritik terhadap gerakan sosialis dan komunis di masa lalu yang menekankan kepentingan kelas sebagai satu-satunya faktor yang penting dalam perjuangan revolusioner. Ia mengkritik bahwa hal ini mengabaikan kepentingan individu dan mereduksi manusia menjadi objek yang dikendalikan oleh kekuatan struktural yang lebih besar. Dunayevskaya berpendapat bahwa perjuangan revolusioner seharusnya melibatkan individu secara aktif dalam menciptakan dan membangun masa depan yang lebih baik.

Menurut Dunayevskaya, tujuan revolusi adalah mencapai pembebasan manusia, yang ia bayangkan sebagai sebuah utopia di mana manusia bebas dari eksploitasi dan dominasi, serta memiliki kontrol atas hidup dan nasib mereka sendiri. Dunayevskaya melihat pembebasan manusia sebagai sebuah proses yang memerlukan perubahan budaya dan kesadaran kolektif yang mendalam, yang memungkinkan manusia untuk mengatasi pola-pola berpikir dan perilaku yang merusak.

Dunayevskaya memvisualisasikan pembebasan manusia sebagai sebuah dunia di mana individu-individu merdeka untuk mengejar aspirasi-aspirasi mereka dan mewujudkan potensi-potensi terbesar mereka, tanpa terhalang oleh struktur kekuasaan dan hierarki sosial yang ada. Dia juga menekankan pentingnya pluralitas dan keragaman dalam masyarakat, di mana individu-individu diakui dan dihargai atas perbedaan-perbedaan mereka.

Lebih lanjut, Dunayevskaya memperjuangkan kebebasan kreatif yang luas, di mana manusia dapat mengembangkan bakat dan kecenderungan mereka secara bebas, tanpa terkekang oleh persyaratan produksi yang membosankan dan membatasi. Selain itu, Dunayevskaya juga menekankan pentingnya pengembangan individu yang utuh dan manusiawi, di mana manusia dapat memenuhi kebutuhan mereka secara penuh, baik secara materi maupun spiritual.

Namun demikian, Dunayevskaya tidak memvisualisasikan pembebasan manusia sebagai sesuatu yang mudah dicapai atau diwujudkan. Menurutnya, proses revolusi menuju pembebasan manusia memerlukan perubahan radikal dalam cara berpikir dan bertindak, serta perjuangan yang gigih dan berkelanjutan untuk mengatasi kekuatan-kekuatan yang menentang perubahan.

Dunayevskaya sering memberikan kritik tajam terhadap cara manusia berpikir dan bertindak berdasarkan contoh nyata. Sebagai contoh, dalam bukunya “Philosophy and Revolution: from Hegel to Sartre and from Marx to Mao”, ia mengkritik cara pemerintah Amerika Serikat pada masa itu menangani konflik rasial di negara itu. Ia menuduh bahwa pemerintah hanya memperlakukan gejolak sosial sebagai masalah hukum dan memperlakukan para pengunjuk rasa sebagai penjahat, tanpa benar-benar memahami akar masalah yang lebih dalam dan sistemik. Dunayevskaya berpendapat bahwa ini adalah contoh dari cara pikir yang terfragmentasi dan tidak mampu melihat gambaran keseluruhan.

Dunayevskaya juga memberikan kritik terhadap gerakan sosialis dan komunis di masa lalu yang menekankan kepentingan kelas sebagai satu-satunya faktor yang penting dalam perjuangan revolusioner. Ia mengkritik bahwa hal ini mengabaikan kepentingan individu dan mereduksi manusia menjadi objek yang dikendalikan oleh kekuatan struktural yang lebih besar. Dunayevskaya berpendapat bahwa perjuangan revolusioner seharusnya melibatkan individu secara aktif dalam menciptakan dan membangun masa depan yang lebih baik.