Pada suatu hari, kawan saya mengaku kehilangan ketertarikan terhadap segala macam hal. Termasuk pekerjaan, hobi, lingkaran pertemanan, semuanya tidak menarik baginya. Saya bilang, “Kalau kamu sudah kehilangan ketertarikan pada semua hal, itulah yang disebut “depresi”.”
Stress terbentuk dari hormon stress, seperti kortisol, yang dilepaskan untuk menekan rasa panik dan membantu kamu mengatasinya. Lalu ada adaptasi, di mana kamu berada di kondisi stress yang baru, dengan bantuan hormon stress kamu. Kelelahan datang, ketika hormon stress yang membantu kamu, mulai menghambat kamu.
Tubuh kita hanya dapat mentoleransi peningkatan hormon stres dalam waktu lama sebelum menyebabkan hipertensi, depresi, gangguan tidur, makan berlebihan, dan masalah lainnya.
Akumulasi stres dan hormon stres disebut “beban alostatik”, ketika kita memproduksi terlalu banyak hormon stres dalam jangka waktu yang terlalu lama. Kamu menjadi rentan terhadap penyakit.
Kamu perlu ritme baru dalam hidup dan bekerja. Itu kuncinya, agar tidak stress.
Pola hidup, timing pekerjaan, circle perbincangan, jika terlalu berputar dengan ritme sama, stress terjadi.
Kamu perlu ubah itu. Lakukan perubahan dengan sengaja. Lakukan dengan tenang, sadar, dan tanpa perlu memproyeksikan terlalu jauh ke depan. Sekarang circle saya orang-orang ini, sebulan kemudian, circle saya bisa “mereka”.
Bergerak perlahan, dengan sengaja berpindah dari satu hal ke hal berikutnya. Lakukanlah dengan penuh hormat, tanpa kegilaan, tanpa lengah, dan tanpa memproyeksikan terlalu jauh ke masa depan.
Saya punya resep ampuh, agar tidak lelah selama menulis. Tepatnya, agar tidak stress ketika berhadapan dengan hal-hal monoton dalam proses menulis.
Ketika saya menulis, saya tidak pernah memikirkan urutan secara utuh (dari awal sampai selesai). Saya tidak punya resep dan urutan yang harus dijalankan. Ketika saya punya ide, membuat outline dan garis besar, saya tidak punya detailnya. Ketika harus browsing, saya browsing. Ketika harus naik motor dan melihat data di lapangan, saya lakukan itu.
Dan tujuan saya tidak pernah hanya untuk menulis.
Dengan begitu, saya lebih banyak menghargai temuan yang tanpa rencana. Saya tidak pernah dapat dikte dari prosedur yang saya jalankan.
Ketika memasak, kamu membayangkan nanti harus mengiris lombok, bawang putih, memasak air, dst. maka kejenuhan terjadi. Ketika membuat dokumentasi dan menulis jurnal, saya lakukan begitu saja. Dengan cara seperti ini, saya menjadi lebih produktif. Dalam kebisingan, tetap bisa baca buku dan bekerja.
Dalam circle manapun, saya tetap beradaptasi dengan mudah.
Hadir dan sadar dalam “sekarang”, itu yang membuatmu tidak terpenjara di masa lalu dan masa depan. [dm]