Wajah bisa untuk cool-reading, melihat latar belakang, dan identifikasi pembayaran.
Dalam serial “Scorpion”, ada anggota tim jenius, pakar behaviourisme lulusan Harvard Medical School, bernama Toby. Dia punya peran penting: mendeteksi psikologi musuh, menentukan tingkat kesehatan mental orang-orang yang terlibat dalam kasus yang sedang ditangani, dan melakukan negosiasi. Setiap ada kebutuhan “emotional intelligence” (EQ) dan percakapan manusia normal, metode “cool reading” Toby, bisa diandalkan.
Dia bisa menebak “emosi” seseorang dari bahasa tubuh orangnya.
Toby seorang jenius. Dia punya perbendaharaan quote (kutipan), mengingat adegan film, memprediksi apa yang akan terjadi (sebatas menghitung kemungkinan dan variable tingkah-laku manusia), dan tahu bagaimana posisinya sebagai dokter ketika harus menyembuhkan seseorang yang terluka dengan perawatan medis darurat.
Hampir sama, di film “Silence of the Lambs” ada psikoanalis bernama Hannibal Lecter, yang bisa “membaca” mental Agent FBI Clarice hanya dengan melihatnya.
Customer Service di masa depan, menurut David Martin, dalam “Why the Future of Customer Service is in Your Face?”, ditentukan oleh wajah.
Wajah adalah segalanya.
Sekalipun kamu hanya sekali foto ektp atau setting foto ke “hanya saya”, Facebook bisa membacanya. Selain itu, wajah kamu telah masuk ke CCTV ATM, swalayan, atau masuk ke dalam foto orang lain (secara tak sengaja).
Mimik (ekspresi wajah) bisa memperlihatkan seperti apa kemauan kamu. Pupil melebar, alis mengernyit, geraham mengeras, hidung berdenyut, semua itu memiliki banyak arti, dan bisa diterjemahkan dengan mudah.
Begitu wajah terbaca di scanner (dari CCTV atau lensa-kontak yang tersambung komputer server), kemauan orang mudah ditebak. Bentuk wajah, dengan deteksi 68-80 titik-unik seperti yang dikembangkan machine learning, seperti Deep Learning, akan membaca “siapa” kamu: nama, alamat, hobi, hubungan, dan hal-hal yang belum kamu jelaskan dalam pengisian statistik.
Tanpa banyak berkata, mesin akan “menebak” berdasarkan algorithma.
Adam Getgey menuliskan “Machine Learning is Fun” (7 tulisan berseri), bisa menjadi pengantar bagus untuk memahami cara kerjanya.
Apa yang kamu katakan, bisa mendapatkan jawaban otomatis dari bot percakapan (chat bot), seperti yang dikenalkan Facebook Messenger. Kamu bisa mencoba dengan menekan tombol “Start” saat bertanya kepada CNN di Facebook Messenger dan akan mendapatkan respon cepat. Boleh dicoba. Robot percakapan, bekerja dengan baik. Kamu juga bisa membuat hal serupa dengan ChatFuel.
Belakangan semakin terbukti, chat bot itu menguntungkan untuk menjawab hal-hal teknis, secara otomatis, dan sangat bagus sebagai piranti pemasaran online.
Kelak, komunikasi tidak lagi berbasis teks (mengetik) seperti sekarang. Komunikasi lebih banyak pada bentuk visual. Wajah selalu memberikan yang terbaik.
Ketika SnapChat memperkenalkan #story, tidak berhasil. Ternyata, #story berhasil di tangan Instagram dan (sekarang) Facebook.
Dulu orang mendambakan bisa menulis banyak, seandainya tarif sms bisa murah. Setelah ada BBM dan WhatsApp, yang terjadi adalah percakapan visual. Malas mengetik. Cukup dengan “perwakilan” wajah dan ekspresi, berupa emoticon. Atau dengan kirim foto. Atau dengan screenshot. Atau dengan video call. Semua itu tentang wajah, yang selalu memberikan yang terbaik.
Story di Instagram telah menjadi “the next level” untuk mereka yang suka selfie.
Pertanyaan “Apakah dia menyenangkan?”, “Seperti apa orangnya?”, “Bisakah dia menjadi teman yang baik?” Bisa diringkas dengan satu pertanyaan: Tunjukkan seperti apa wajahnya. Titik.
Lalu setelah ini apa?
Perusahaan perlu menentukan ukuran (metrik) dalam membuat respon, programmer perlu selalu memperbaiki algorithma, menentukan “persona” (gambaran manusia imajiner) suatu produk, agar lebih dekat kepada pelanggan.
Ini bukan tetang teknologi semata. Ini tentang bagaimana tingkah-laku manusia dan mesin saling mempelajari.
Wajah kamu akan menjadi “most wanted”, yang paling dicari, oleh perusahaan, toko online, dan media sosial. Banyak layanan berbayar dan iklan menunggu kamu. Kelak, wajah bisa menjadi “pengganti” sidik jari. Aktivasi dan pembayaran belanja, bisa dilakukan dengan identifikasi wajah.
Ini bukan sebuah kemungkinan. Ini kepastian yang sedang terjadi.
Sekalipun kamu hanya sekali foto ektp atau setting foto ke “Hanya Saya”, Facebook bisa membacanya, dan besar kemungkinan: wajah kamu sudah masuk ke CCTV ATM, swalayan, atau masuk ke dalam foto orang lain (secara tak sengaja).
Kawan saya mendesak, agar ada yang bikin aplikasi Android, yang berfungsi untuk mengetahui psikologi orang, hanya dengan memotretnya. Setelah memotret, akan “dibaca” aplikasi ini, dan ketemu: Seperti apa orang ini? Bagaimana cara mendekatinya? Hanya dengan “membaca” wajah.
Sudahkah kamu selfie hari ini? [dm]