Tidak mudah melakukan wawancara. Ini adalah dasar dari pencarian data, survey, komunikasi, dan acara. Salah melakukan wawancara, ulasan menjadi tidak seru dan gagal mendapatkan data yang diinginkan.
Apa yang dilakukan pewawancara hebat?
Mereka Tidak Mewawancarai Siapapun
Hapus kata “wawancara”. Kamu sedang berbincang-bincang, terhubung, mencari cerita hebat yang belum pernah narasumber ceritakan kepada siapapun. Kamu tidak mengorek cerita, tidak berbincang seperti minum kopi sesukanya. Gagasan di balik percakapan hebat ada di kencan kedua. Artinya, buat ia ingin bertemu lagi denganmu. Bisakah kamu membuat perbincangan menarik.
Orang yang kamu ajak wawancara, mungkin sudah sangat dikenal para pendengarmu. Kamu justru orang yang tidak tahu banyak tentang orang ini. Jadilah orang terakhir yang berani “berkorban” (namun kamu bukan “korban”) yang bersedia luangkan waktu agar gagasan orang ini lebih dikenal orang.
Ciptakan Keakraban
Ketahui apa yang bisa kamu ketahui sebelum wawancara. Lihat profile mereka, tetapi jangan mengadili mereka dengan apa yang kamu baca.
Tidak Membuang Waktu
Apa yang membuang waktu? Mengirim pertanyaan pendahuluan melalui email atau inbox. Melakukan kontrak. Membuat jebakan betmen untuk mempermalukan narasumber. Meminta kesaksian penonton. Memaksa orang untuk subscribe dan share. Jangan lakukan semua itu.
Bertanggung jawab atas content kamu, itulah tugasmu. Kamu sendiri yang mempromosikan. Narasumber kamu tidak datang untuk menuruti keinginanmu promosi wawancara kamu.
Kamu Bukan Bintang Acara Ini
Kamu hanya tuan-rumah. Kamu bukan bintangnya. Sekalipun ini adalah acaramu, tetapi orang mendengarkan bukan karena kamu. Mereka ingin mendengarkan tamu yang kamu ajak wawancara. Podcast kamu tidak harus mengajukan pertanyaan kepada tamu yang kamu sudah tahu jawabannya tetapi audien belum tahu.
Pertunjukan kamu milik narasumber dan audien kamu.
Kamu tidak pintar, jangan tunjukkan kalau kamu pintar. Sarah Sechan pura-pura nggak terkenal dan nggak merasa cantik ketika berbicara dengan Raisa. Sarah memilih low-profile dan terlihat nggak pede, agar perhatian penonton ke Raisa.
Belum Punya Pertanyaan Lengkap
Tidak masalah. Sangat bagus. Saya tidak punya daftar pertanyaan. Kalau menyiapkan pertanyaan, tidak lebih dari 2-5 pertanyaan. Selebihnya, adaptasi dan improvisasi.
Pertanyaan akan berkembang. Ini bukan wawancara. Ini adalah percakapan. Bukan inkuisisi. Tugasmu melakukan penelitian sebelum perbincangan. Pelajari, kenali, kemudian biarkan mengalir.
Membuat Catatan
Pastikan kamu bisa menulis setiap saat, dengan cepat. Mencatat pertanyaan selanjutnya, melaporkan poin yang kamu belum mengerti, merespon, membuat konsep, pendalaman, satu kata, angka, apa saja yang bisa membuat perbincangan kamu bergerak.
Mencatat membuat orang lain merasakan keseriusan kamu. Jangan takut, jangan malu.
Jangan melihat catatan, kecuali kamu punya jeda.
Catatan membuat kamu siap untuk perbincangan lain. Catatan adalah peta harta-karun yang hanya bisa dibaca dengan pikiranmu.
Tidak Sering Menyela
Kalau alasanmu durasi, kamu boleh menukas. “Baiklah, sepertinya pendengar sudah mengerti poin ini, ada yang lebih menarik yang ingin kami tanyakan..”.
Biarkan ada jeda. Biarkan narasumber bernafas atau membuat “pause”. Justru itu membuat perbincangan memiliki emosi. Wawancara tidak harus selalu berbicara bergantian tanpa jeda. Biarkan narasumber bersedih, mencari kata-kata, jangan mendesak. Buat pancingan namun jangan membuatnya gusar dan asal-jawab.
Ada aplikasi untuk mengotomatiskan intensitas dan volume suara musik latar, agar tidak terdengar sepi total. Diam itu penting, namun jangan terlalu lama. Jangan memaksa narasumber berbicara tanpa jeda.
Kalau mau ngehit dengan podcast, kamu bisa buat podcast di Spotify dengan Anchor FM.
Selain itu, Hindari Ini..
- Jangan banyak menggunakan kata “saya” atau “aku”, ini bukan pertunjukan kamu. Bukan kamu yang harus didengarkan.
- Jangan bilang “menurut saya..” kalau kamu menyampaikan pendapat orang lain. Orang tidak butuh pendapat, sikap, atau persetujuan kamu.
- Jangan agresif, mendesak, atau membantai narasumber. Kalau kamu butuh pendengar, kamu harus mendengarkan lebih dulu.
- Jangan menceritakan issue, rumor, jika itu mengacaukan poin pembicaraan.
- Jangan mengajukan pertanyaan yang hasilnya hanya jawaban “iya”, “tidak”, “saya setuju”, “tidak setuju”. Utamakan memancing dengan pertanyaan yang bisa membuat tamu menyampaikan pandangan dan uraian lebih jelas, seperti: “mengapa”, “bagaimana ceritanya”, “bagaimana jika..”.
- Jangan menghindari topik yang kamu tidak paham. Dengarkan. Bertanyalah. Tidak masalah kalau kamu kelihatan tidak bisa. Bahkan kamu perlu berpura-pura tidak bisa. Yang terpenting, audien mengerti apa yang dikatakan tamu.
- Jangan membahas topik yang sama dengan orang lain, apalagi dengan angle yang sudah dikerjakan di channel sebelah. Yang membosankan, akan mengajak orang melarikan diri. Yang “sudah pernah”, akan membuat orang mengabaikan gagasanmu.
- Jangan terlalu percaya kalau wawancara dengan tokoh hebat, pasti membuat pendengar kamu bertambah banyak.. karena semua tergantung cara kamu memproses hasilnya.
Pendengar adalah Pendengar
Mereka mendengar. Mereka lebih banyak tidak berkomentar. Mereka pintar. Janganlah sok pintar di depan pendengar. Tuliskan catatan. Garis bawah terus-menerus pada tujuan percakapan ini.
Check pertanyaan yang “belum” dan “sudah” terjawab. Tuliskan pertanyaan yang belum ada dalam draft dan akan kamu tanyakan setelah ini. Catat perilaku atau jawaban tamu ini, untuk kamu kembangkan.
Buat daftar kesukaan tamu ini. Termasuk apa yang kira-kira ia benci.
Apa yang ternyata berbeda dari tebakan kamu? Cobalah berpikir seperti tamu ini berpikir.
Pikirkan “takeaway”, sesuatu yang bisa dibawa pulang oleh pendengar. Pendengar selalu bertanya, “Saya dapat apa dari wawancara ini?”. Pastikan di setiap pertanyaan, orang mendapatkan “sesuatu”.
Contoh Draft Wawancara dengan Orang Kreatif
Pada suatu hari, kamu mewawancarai orang kreatif, yang punya keahlian. pandangan bagus. gagasan kontroversial, atau yang menurutmu perlu dikenal para pendengarmu.
Kamu bisa coba draft wawancara berikut ini:
- Apa yang sering disalahpahami orang tentang topik ini?
- Apa yang ingin kamu jelaskan seputar pendapat orang yang menurutmu salah tentang kamu?
- Peristiwa apa yang mengubah (caramu belajar | caramu bekerja)?
- Kegagalan apa yang pernah kamu alami dan bagaimana kamu mengatasinya?
- Apa yang membuatmu merasa sedang berhadapan dengan inspirasi?
- Apa yang tidak kamu harapkan dari orang lain?
- Kalau kamu punya ruangan yang menggambarkan pikiran kamu, seperti apa ruangan itu?
- Kalau kamu punya uang lebih banyak, akan kamu pakai untuk apa?
- Mengapa kamu lakukan ini?
- Pelajaran apa saja yang menurutmu sangat berharga dalam hidup?
- Bisa ceritakan, salah satu proses kreatif yang paling menantang dalam hidupmu?
- Apa yang bisa dilakukan seorang pemula agar nanti bisa sehebat kamu?
- Apa yang paling menghambat kamu dan bagaimana kamu mengatasinya?
- Kalau kamu mengganti peran orang lain, apa yang (ingin | akan) kamu lakukan?
Pertanyaan yang tepat bisa menjadi inspirasi terbaik dalam wawancara. Saya menulis 99 pertanyaan untuk menulis catatan harian.
Kamu memiliki kesempatan tanpa-batas. Setiap hari, dalam percakapan, sebenarnya kamu melakukan wawancara.
Pikiran kamu sebaiknya selalu dalam keadaan “write mode”, selalu menuliskan percakapan di dalam pikiran. Tidak mudah bertanya, karena wawancara bukan sekadar bertanya.
Wawancara adalah percakapan yang bisa membuat orang lain mau berbicara. [dm]