Inner critic. Pikiranmu sendiri mengkritik kamu.
Seringnya, menahan kamu untuk tidak melakukan sesuatu.
Pikiran ini ingin melindungi kamu, agar kamu tidak terluka, kemudian membuatmu takut dinilai orang lain, dan berpikir bagaimana caranya mendapatkan validasi sosial, agar diterima orang lain. “Maaf, saya tidak bisa. Yang lain saja.”.
Inner critic itu seperti figur orang tua yang melukai batinmu sebagai seorang anak-kecil. “Jangan lakukan itu, nanti tanganmu kotor, nanti kamu sakit..” sampai kemudian kritik yang sama akan datang “perintah” untuk tidak melakukan.
Kita sering melihat, seorang anak kecil yang sangat sopan, penurut, selalu meminta izin kepada orang tuanya, bahkan untuk hal-hal kecil. Orang tua mereka bangga ketika anak mereka penurut. Orang tua memperlihatkan betapa penurutnya anak ini kepada semua orang.
“Permainan orang tua dan anak” ini terjadi bukan hanya di keluarga. Dalam beragama, Tuhan sering digambarkan sebagai figur orang tua. Pemerintah sebagai figur orang tua. Dan terjadi ketika inner critic datang, “Bukan kapasitasmu melakukan itu. Kamu tidak bisa. Jangan, nanti kamu sakit.”.
Semua hal yang pernah kamu kerjakan, direduksi menjadi highlight, kumpulan hal-hal penting yang memperlihatkan sukses dan gagal. Tindakan kamu diringkas menjadi skor: 9 atau 5, 10% atau 75%, like atau dislike, dosa atau tidak.
Dengan satu tujuan: membuatmu aman, terlindung dari rasa sakit yang #mungkin akan terjadi. Pada sisi lain, kamu “stuck”, mampet, terjebak dalam labirin, nggak bisa ke mana-mana.
Kamu masih seperti anak berumur 5 tahun yang bertanya, “Bolehkah saya bongkar mainan ini? Bolehkah saya tidak tidur untuk selesaikan game ini?”.
Selalu meminta izin, maka kamu akan dapat “boleh” atau “tidak boleh”. Yang paling aman, tidak usah melakukan apa-apa, jadi normal dan biasa, namun inner critic itu selalu memasukkanmu ke dalam labirin.
Dindingnya adalah.. tidak berani mencoba, tidak mau belajar dari pengalaman baru, tidak melompat, tidak menerima tantangan, tidak tumbuh. Kamu tidak butuh perlindungan. Kamu butuh pengalaman baru.
Kamu mau seperti itu? Saya tidak mau.