Kecenderungan kelompok untuk mengutamakan konformitas dan harmoni, mengorbankan pemikiran kritis, menghasilkan keputusan buruk dan kurang optimal.
63. Bias Tubuh Perenang
Mengira hasil gemilang berasal dari bakat bawaan. Mengabaikan proses dan usaha. Menilai berdasarkan hasil sukses. Ilusi keberhasilan akibat seleksi.
62. Bias Survivorship
Terpukau pada keberhasilan yang terlihat. Hanya fokus pada yang masih bertahan, mengabaikan yang gagal. Kesalahan akibat data selektif.
61. Bias Efek Kontras
Menilai berdasarkan perbandingan relatif. Distorsi akibat konteks.
60. Bias Ilusi Berita
Mengira berita mencerminkan realitas. Distorsi akibat framing media.
59. Bias Kelalaian Menghilangkan (Omission Bias)
Mengabaikan informasi yang hilang. Kesalahan akibat data tak lengkap.
58. Bias Induksi
Menggeneralisasi dari sampel kecil. Kesalahan logika induktif.
57. Bias Kesalahan Kelangkaan
Menghargai sesuatu karena langka. Overvaluasi akibat keterbatasan.
56. Bias Pertumbuhan Eksponensial
Meremehkan pertumbuhan cepat. Kegagalan memahami skala.
55. Bias Regresi ke Rata-rata
Mengira penyimpangan ekstrem akan terus berlanjut. Mengabaikan kecenderungan statistik menuju rata-rata. Mengabaikan fluktuasi alami. Kesalahan atribusi tren.
54. Bias Ilusi Introspeksi
Mengira introspeksi selalu akurat. Kesalahan dalam refleksi diri.
53. Bias Delusi Bias
Menganggap lebih banyak informasi selalu menghasilkan keputusan yang lebih baik, padahal sering kali membingungkan atau menyesatkan. Mengira orang lain lebih bias dari diri sendiri. Ilusi objektivitas pribadi.
52. Salah-Tafsir Strategis
Salah menilai niat atau tindakan lawan. Kesalahan dalam strategi kompetitif.
51. Bias Pengetahuan Sopir
Mengira semua orang tahu apa yang diketahui Kesalahan asumsi pengetahuan.
50. Deformasi Professionnelle
Melihat dunia hanya dari lensa profesi. Distorsi akibat spesialisasi.
Benteng Sunyi
Haibun 17/6/25. Jadikan kesendirianmu sebagai kekuatan yang tidak bisa diukur orang lain.
49. Bias Respons Insentif Kuat
Bertindak demi imbalan besar Distorsi perilaku akibat insentif.
Perkosaan Massal, Mei 1998, Belum Terselesaikan Sampai Sekarang
Jangan diam. Jangan hapus dari sejarah Indonesia. Korban harus mendapatkan keadilan.