Terlalu banyak iklan yang berpesan, “Jangan ketinggalan..”. Kalau kamu takut ketinggalan, kamulah korban iklan seperti itu.
Fear of Missing out. Takut ketinggalan. Ingin selalu update, merasa ketinggalan kalau melewatkan trending topic dan perbincangan sebentar saja.
FoMo memicu kecemasan, stress, merasa waktumu dan dirimu tidak terlalu berguna. Sadari, kamu tidak bisa mengerjakan semua hal.
Tidak semua hal itu penting. Kamu tidak perlu mengikuti berita semua orang tentang semua orang.
Kamu tidak perlu menjadi kolektor dan mendownload semua sumber daya yang kamu butuhkan untuk menuruti kesenangan.
Kurangi media sosial karena itulah bahan bakar FoMo yang paling melimpah.
Jika tidak bisa, buat batas. Pakai media sosial hanya untuk pekerjaan, bukan untuk iseng dan rasa penasaran.
Hasil tidak ditentukan dengan menjadi paling-aktif. Kamu tidak menjadi lebih tahu dengan kepo, stalking, dan mengikuti feed.
Sadari, kamu hanya mengikuti rasa penasaranmu, bukan mengikuti content itu.
FoMo itu ketakutan yang kamu ikuti. Itu sebabnya dinamakan ” fear of missing out”. Takut ketinggalan.
Kamu senang melihat orang lain, karena kamu ingin seperti mereka, takut seperti mereka. Kamu tidak suka kegagalan, tidak mau waktu kamu tidak menyenangkan.
Jadi, fokus saja pada prestasi kecilmu hari ini, jangan fokus pada kegagalanmu hari ini. Banyak perusahaan komersial yang mentarget para pemakai web dan medsos untuk selalu mengikuti informasi.
Kamulah produknya.
“Takut ketinggalan” adalah senjata terbaik mereka. Letaknya, ada di pikiran kita sendiri. [dm]