Kejenuhan yang saya alami, ketika membuat website.. Client tidak punya imajinasi. Mereka ingin membuat “yang seperti itu”. Mereka sering memperlakukan desainer web seperti (maaf) pekerja-teknis di mana client tidak mengerti apa yang mereka minta. Dengan bahasa lebih singkat, mereka tidak mau mendiskusikan lebih lanjut, website ini mau dibawa ke mana?
Siapa yang selama ini mengkritik impian kamu?
Mungkin yang sedang kamu impikan sekarang adalah impian taktis. Eksekusi spesifik, untuk menjalankan langkah tertentu. Misalnya, kamu ingin calon yang kamu dukung akan ngehit, bisa memakai web ini untuk memukul-balik lawan yang menyudutkanmu di media sosial. Jenis kebahagiaan tertentu yang spesifik.
Jarang, mereka ini memposisikan website sebagai mimpi strategis. Jangka panjang. Untuk memahami perubahan. Yang bisa berubah, demi mengantisipasi masa depan.
Kadang orang dikumpulkan, diajak bekerja, karena dianggap memiliki kompetensi tertentu, ahli di bidang X, kemudian lupa memperbaiki apa yang sudah mereka bisa. Jangan heran kalau mereka merasa “sudah bisa” sehingga tidak bisa melihat orang lain bisa. Mungkin di peringkat atau kedalaman yang lebih baik.
Tidak jarang, mereka merasa ada panggilan sejati, untuk menekuni pekerjaan “yang ini”, hanya karena ada kecenderungan “senang” terus-menerus, mendapatkan keuntungan dari sini. Kemudian, hidup mereka habis-habisan untuk taktik. Nyaris tidak ada jangka panjang.
Taktik kamu mungkin realistis, tetapi ketika ada orang yang mempertanyakan mimpi kamu, mungkin kamu masih lemah untuk strategi jangka panjang. Mulailah dengan antisipasi dan tidak meniru yang terbaik dari masa lalu. Jangan menutup kritik, kalau orang mempertanyakan mimpi kamu. Mungkin, kamu sedang berhadapan dengan orang seperti itu.
Mengherankan. Orang-orang dengan skill “yang sudah ditentukan”, diminta bekerja, sesuai keinginan “seseorang”, kemudian di situ dianggap -seharusnya- tidak ada masalah.
Tujuan yang terlalu jelas dan ketiadaan masalah, justru berbahaya bagi jalannya suatu mimpi. [dm]
