Sebentar. Ini “masalah” atau “situasi”?
Kemungkinan pertama, ini memang “masalah”. Hanya saja, kamu tidak menyukai kesulitan, karena solusinya (menurutmu) sudah kamu temukan, hanya saja, sulit kamu lakukan. Perlu biaya mahal, energi besar, dan harus diselesaikan secepatnya. Apalagi kalau perlu waktu lama untuk mewujudkan itu.
“Situasi” hanya perlu kamu jalani.
Kesulitan ketika mempelajari pemrograman itu situasi, yang memang harus kamu lewati. Semakin kamu jenius, semakin melihat kesulitan. Semakin kamu berpengalaman, semakin kamu melihat lebih banyak kesulitan dibandingkan dengan orang lain. Jangan hanya melihat penyelesaian yang sepertinya sangat mudah dan cepat.
Ketika Picasso menggambar seseorang dengan cepat, dan menyebutkan harganya, orang itu berkomentar, “Sepertinya, kamu sangat mudah menggambar, mengapa harganya mahal?”. Picasso menjawab, “Tidak perlu waktu lama untuk mengerti bagaimana cara memakai pensil. Untuk membuat sketsa, mengarsir, dan menggambar, itu yang perlu waktu lama.”. Orang itu bertanya, “Berapa lama?”. Picasso menjawab, “Seumur hidup.”.
Bayangkan, Picasso berlatih menggambar, membuat tinta sendiri, atau merobek apa yang gagal ia buat. Jangan membayangkan Picasso yang telah membuat lebih dari 20.000 karya.
Setiap masalah, belum tentu masalah. Yang pasti, setiap masalah bukanlah masalah jika kita menghadapinya sebagai “situasi”.
Lihatlah pagi seorang ibu yang “mengatasi” situasi di mana ia harus memastikan anaknya sarapan, siap berangkat sekolah, sekaligus menenangkan semuanya, agar tersenyum dan bersemangat ketika keluar dari rumah. Ia menganggap itu “situasi”. Bukan sebagai “masalah”.
Masalah yang kamu hadapi, tidak terlalu baru. Setidaknya, ada istilahnya. Kamu tidak perlu membuat pengumuman mencari siapa yang pernah mengalami masalah itu di media sosial. Cari penyelesaian yang bermanfaat. Kalau kamu selesaikan, tanpa manfaat berarti, berarti bukan masalah.
Apa untungnya mendengarkan orang menceritakan masalah pribadinya bagimu? Tinggalkan jika tidak bermanfaat. Itu bukan “masalah”, melainkan “situasi”.
Berpindah dari situasi yang tidak bermanfaat, akan mencegah kamu dari lebih banyak masalah.
Yang selalu berguna, ketika kamu mendeteksi (karena belum jelas) ini “masalah” adalah menyingkirkan emosi negatif. Jangan pakai emosi negatif ketika kamu sedang mengatasi masalah.
Pikirkan manfaat, metode. Jangan pikirkan ekspektasi kamu, apalagi terlalu tinggi. Tidak perlu marah jika masalah belum selesai. Tidak eprlu gelisah atau khawatir, karena itu tidak menyelesaikan masalah.
Setelah biasa menghadapi masalah, kamu akan berkata, “Saya bisa. Saya sudah terlatih untuk mengatasi masalah seperti ini.”. [dm]