Menuliskan pengalaman, hanya bisa dari pengalaman.
Bukan dengan merangkai kata, meminta bantuan ChatGPT. Bukan dengan pintasan dan tipuan. Media online berdiam di ceruk (niche) bernama “kemudahan”. Strategi mereka, mengajak orang menerima kemudahan, tanpa mencapai pengalaman sesungguhnya.
Mereka punya daftar istilah untuk itu. Cara mudah. Terbaik. Kurang dari 2 menit. Hasil yang waow. Tidak perlu ribet. Tips masuk surga lewat pintu belakang. Download di sini. Lihat di link profile. Beli saja produk ini, maka masalahmu akan teratasi.
Semua yang serba singkat.Tidak memberikan pengetahuan berarti, tidak menjelaskan mengapa terjadi ini. Informasi sudah dianggap sebagai “ilmu”.
Hasilnya? Short video, reel, dan interupsi 15 detik.
Yang membuat orang tidak suka membaca, karena ada pagar bernama TL;DR (Too Long, Don’t Read). Buku berubah menjadi ringkasan buku, dan kamu merasa pintar dengan ringkasan itu. Film menjadi sederetan cuplikan, agar kamu diam dan merasa sudah tahu isinya. Peristiwa yang rumit, direduksi menjadi berita 9 paragraf yang tidak memberikan perspektif.
Bujukan para pembuat konten sangat jelas. Buat apa baca buku kalau intinya hanya 3 paragraf ini? Untuk apa menonton film kalau adegan terbaiknya sudah kami kumpulkan di video ini?
TL;DR, trik singkat, ringkasan, dll. yang memang dirancang sebagai kail-klik, adalah lawan-kata dari “pengalaman”. Sepintas, waktu kamu dianggap berharga, namun kamu tidak mendapatkan pengalaman nyata.
Orang tua tidak bisa mengharapkan anak mereka suka baca buku kalau mereka tidak memberikan teladan tentang pentingnya pengetahuan.
Apakah content yang kamu buat dan kamu konsumsi sekarang, memberikan pengalaman dan pengetahuan?
Informasi yang mengandalkan kemudahan, instan, dan tidak memberikan pengetahuan, akan membawa kamu ke level terendah mata rantai makanan informasi, bernama: “konsumen”. [dm]