in

Menyewa Waktu

Waktu yang kamu pakai, lebih sering waktu-sewaan. Bebaskan dirimu dari waktu sewaan. Kapan saja itu terjadi?

Jangan dirikan rumahmu di atas tanah sewaan yang bukan milikmu. Sewaktu-waktu, orang bisa merampas rumahmu.

Bukan hanya tempat. Begitu pula waktu.

Jangan luangkan waktu jika itu bukan waktu kamu.

Meluangkan waktu pada waktu yang tidak sepenuhnya milikmu, sama dengan menjalankan waktu bukan untuk dirimu.

Kamu menyewa waktu, ketika..

  • Temanmu ingin kamu hentikan aktivitas, untuk mendengarkan dirinya bercerita hal-hal yang tidak penting.
  • Kamu kehabisan waktu karena underskilled. Tidak mau belajar. Akhirnya, pekerjaanmu harus diulang. Kamu menggerutu, ” Sebenarnya dulu aku berkesempatan mempelajari ini..”.
  • Kamu tidak berhenti menceritakan masa lalu.
  • Kamu mengerjakan agenda orang lain dan menyelesaikan masalah orang lain. Yang nggak ada untungnya bagimu di masa mendatang.
  • Kamu menggunakan waktumu seolah-olah kamu punya waktu. Padahal kamu sedang menanamkan ledakan beruntun bernama: kemalasan, penundaan, nanti, dan nanti.
  • Kamu melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kamu lakukan tetapi kamu terjerat perjanjian.
  • Membiarkan perhatian kamu dibajak orang lain.
  • Ketika kamu menuruti.. “Cobalah aplikasi kami. Dengan klik iklan, kamu akan dibayar.” Percayalah, yang kamu dapatkan tidak sepadan dengan waktu yang kamu pakai.
  • Kamu habiskan waktumu untuk membayar hutang. Bukan hanya bayar-hutang berupa uang. Ini juga terjadi ketika kamu mengatasi masalah “sekarang” yang tidak kamu siapkan sejak “kemarin”.

Jangan bertindak dalam waktu yang bukan milikmu sendiri. Waktu itu “terbatas”, tidak bisa diulang.

“Masalahnya, kamu merasa punya waktu.” (Buddha Proverb)

Jangan pakai waktu sewaaan. Buat waktu kamu sendiri.

“Making time” itu kemampuan yang jauh lebih berharga dibandingkan “making love”. [dm]

Written by Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Kota Lama Semarang.

Menanggapi Komentarmu

Benar, Kamu Percaya pada Proses?