Setelah beli saham, berharap bisa jual lebih tinggi, kemudian dapat untung. Masuk akal. Banyak orang lakukan itu. Mereka lihat candle stick turun naik, sentimen pasar, dapat signall, memainkan kalkulasi, menata emosi, dan firasat. Bisa loss, bisa profit.
Bagaimana kalau kamu beli tas branded seharga 27 juta untuk diri sendiri, tidak untuk dijual lagi? Setrlah kamu beli tas branded itu, keuntungan apa yang akan kamu dapatkan besok?
Kita melakukannya, mungkin karena orang lain melakukan hal sama. Kita meniru, untuk beradaptasi. Kemudian ada seruan, “Pasar berbicara..”.
Ketika ” pasar berbicara..” itu berarti sementara.
Sampai ternyata tren berubah lagi. Akhirnya, kita tidak bisa membaca tren hanya dengan melihat chart “bull” (menaik) atau “bear” (menurun).
Pasar tidak lagi bisa hanya kita baca dari grafik seperti itu. Bukan dari kata analis pasar. Bukan dari berita saja. Banyak faktor ikut bermain.
Pasar sangat pintar “sekarang”. Pasar pintar pada waktu tertentu, namun tidak selalu pintar di masa depan. [dm]