Saya melihat-lihat suasana pameran, melihat booth dan stand di mana beberapa sales promotion girl bersikap ramah kepada orang-orang yang bertanya. Saya tidak dapat penawaran, apalagi diajak bicara.
Kawan saya sudah ingin mengajak saya pergi dari tempat itu. Menurutnya, lebih asyik mellihat stand laptop atau aplikasi.
Ada 4 macam pembeli.
- Yang pertama, pembeli jenis professor. Termasik kawan saya ini. Dia lebih suka bertanya tentang spesifikasi, uji-jalan (test drive), dan sangat menimbang antara fungsi, kekuatan, dan harga. Sepadan atau tidak. Dia tidak terpengaruh casing, cara jual, apalagi pelayanan perempuan yang kebanyakan tidak terlalu mengerti spek. Kebanyakan, sebatas menghafal cara memperlakukan pembeli. Jenis kedua, tipe suami takut isteri. Dia akan keluarkan uang berapapum, asalkan isterinya suka. Jangan remehkan jenis ini. Apa kata isteri, itulah yang akan dilakulkan. Dia hanya punya satu opsi: sediakan uang untuk selera isteri. Cukup dihadapi dengan kalimat, “Isteri Bapak pasti akan suka..”. Tahu kenapa? Perempuan paling mengerti selera perempuan, dalam hal belanja. Perempuan “merasa” sangat cerdas ketika berbelanja. Coba tanya ke mereka, “Mengapa kamu beli baju ini?”. Jawaban mereka berkisar pada kalimat ini: Memang butuh. Siapa tahu butuh. Sebenarnya nggak butuh, tadi melihat bentuknya luci banget, jadinya ya beli saja. Cerdas sekali, kan? Tipe pembeli ketiga, pembeli yang hanya suka menawar. Tipe pembeli ini bisa keliling pasar dengan rencana beli wajan, tetapi bisa saja pulang membeli ember karena ada diskon. Menghadapi tipe penawar, jangan terlalu serius. Take it or leave it. Yang keempat, tipe pembeli yang hanya melihat-lihat. Ini lebihbtepat disebut sebagai “calon” pembeli. Bisa beli, bisa tidak. Saya di stand pameran ini, termasuk pembeli jenis keempat. Apa yang saya lihat? Cara mereka memperlakukan calon pembeli. Kali ini, saya tahu cara memperlakukan mereka. Saya tiba-tiba melihat jambar kartu sakti, yang ada di stand pameran itu. Saya mendekati salah seorang yang jaga stand, “Benarkah ada program khusus pemakai kartu itu?”. Saya menunjuk gambar kartunya. Penjaga stand hanya mengangguk. “Bapak punya?”. Saya merogoh dompet dan menunjukkan kartunya. ” Bisa saya cek di sin” tanya saya. Setelah saya periksa, keadaan berbalik. Saya langsung dapat perlakuan istimewa. Kartu ini bisa membuat kamu berbelanja sambil dikawal. Saya tidak gunakan layanan itu. Jangankan dikawal, selama ini saya belanja online nggak pernah pakai akun saya sendiri. Kita punya kebisingan di kepala masing-masing, punya agenda “sekarang”. Ketika sedang memasuki layanan kamar hotel kelas 1, saya bisa bayangkan layanan apa saja di kelas itu. Namun saya punya harapan, pelayan di situ adalah pelayan kelas 1. Saya mungkin pelanggan dengan penampilan yang tidak sesuai dengan kartu khusus yang bisa saya pakai.