Beberapa kata dan keadaan, hanya bisa kamu pahami dengan “pengalaman” (experience). Rumah tangga, memberikan pengalaman yang lumayan lengkap.
Kalau hidup itu sebuah kompleks pertokoan, mungkin berkeluarga mirip sebuah pasar swalayan. Tanpa “pengalaman” berbelanja di pasar swalayan, sulit membayangkan seperti apa berbelanja di sana.
Saya tahu apa artinya “speechless”, namun belum pernah “speechless” sampai ketika saya memandang dan menggendong anak saya.
Melihatnya, seperti bercermin. Menyentuh kulitnya seperti menyentuh kulit saya sendiri. Apalagi ketika melihatnya tertidur nyenyak di malam hari. Speechless.
Saya tahu arti “angst”, kata yang samgat terpaksa dan tidak memadai kalau diterjemahkan menjadi “anxiety” dalam bahasa Inggris. Saya mengalami”angst” dalam proses kreatif.
Betapa sering, 2 orang berkomunikasi, memakai kata, dan memakai arti menurut pengetahuan dan pemahaman masing-masing, namun kemudian berselisih paham.
Saya sering melakukan pemeriksaan awal, ketika terjadi selisih-paham atas suatu kata yang kami pakai dalam komunikasi. Saya bertanya, “Sebentar, menurutmu, apa arti kata ini?”. Lebih baik sekali-memeriksa, agar sama-sama tahu, bagaimana orang ini memperlakulan kata.
Kata ” empati”, “kebenaran”, “kritik”, ” kesadaran”, bukanlah kata-kata abstrak tanpa-makna.
Seringnya, orang secara sepihak memakainya, tanpa menjelaskan, pengertian apa yang ia terapkan pada kata yang ia pilih. Dan terjadilah abused, misuse, dan selisih-paham. [dm]