Semacam awkward moment, kalau di acara resepsi tetangga sebelah.
Ada kotak amplop dari kardus yang sudah dilapisi kertas dan isolasi. Pertunjukan musik, dengan 3 penyanyi dan pemusik, khas (maaf) Pantura. Serius, mereka ini tarifnya murah. Mau nyawer gimana,, nggak juga gimana.
Yang bikin awkward itu menu prasmanan. Saya sampai nyari arti kata “prasmanan”. Menu yang biasa disajikan: nasi gandul, soto, sate 3 tusuk, dan bakso. Ada es fanta dan teh encer, sering pakai gelas plastik.
Ketika mendekat ke prasmanan, kita tidak ngambil sendiri. Wis didoli. Piring berisi menu, sudah dipas, tinggal ambil, bawa. Yang menuang kuah juga bukan yang mau makan. Lebih mirip dapur umum. Saya nggak lihat ada sayur yang dipanasi, apalagi menu vegetarian. Minimal menjadi opsi.
Yang among tamu, berbaju teadisinal, ramah, di bagian depan. Semacam “welcome”. Kalau datang dan duduk, pengaturan situasi, bikin kita melihat ke pangging atau makanan.
Tuan rumah dan keluarganya, lagi di mana? Yang among tamu mana?
Biasanya memang saya enjoy menonton musiknya, kalau ada pertunjukan, minimal bisa menikmati beberapa lagu. Saya sudah menjadi audio-masochist, terbiasa menikmati siksaan audio, dengan sound yang seru, marakke keri, dan menikmati pertunjukan yang sebenarnya bisa saya dengarkan sambil rebahan di rumah.
Resepsi kok begini. [dm]