Mengingat bukanlah mengingat kejadian sesungguhnya, melainkan, sebatas mengakses ingatan atas kejadian. Kalau proses mengakses sudah error, maka hasilnya juga error.
Manusia sering bermimpi, fungsinya, untuk menghapus dan mengingat, rebuild dan restore. Sejak bayi, manusia sudah bermimpi, meskipun tidak semuanya bisa diingat-kembali.
Kadang mimpi itu bisa menampilkan image yang belum pernah terlihat atau tidak bisa diingat setelah seseorang tersadar. Misalnya: Saya bermimpi Si A melakukan kejahatan, namun saat saya terbangun, ingatan dalam mimpi ini terhapus oleh hal lain. Bangun tergesa-gesa. Menjadi semacam cache, temporary file, atau resident memory. Sekian lama kemudian, citraan ini muncul dalam kondisi saya sadar, namun berbeda dari kenyataan sesungguhnya.
Ia menganggapnya “sungguhan”, tanpa memverifikasi. Menjadi “a priori“. Akhirnya, ada ingatan baru bahwa Si A itu jahat. Bukan hanya dalam mimpi. Dalam kenyataan, saat mata terbuka, orang bisa mengalami “false memory”. Ingatan palsu. Bisa karena “conditioning” dan gagasan dari luar. Apa yang ia ingat bukanlah yang senyatanya.
Ada banyak kasus dan contoh. Ketakpahaman teknis, kesalahan berlogika, fakta-palsu yang diulang-ulang dalam pikiran, keterbatasan berbahasa, kemampuan simbolik dan verbal kacau, disinformasi, otak (secara fisik) error, energi, frekuensi, dan vibrasi yang kacau, semua itu bisa menjadi penyebab akses memori error.
Pernahkah kamu mengingat sesuatu namun ternyata ingatan itu tidak nyata? Pernahkah kamu hanya bermimpi namun menganggapnya nyata? Ingatkah apa yang terjadi pada dirimu, tujuh tahun yang lalu, di hari Rabu Minggu ke-9? Mungkin kamu terkena false memory.
Jadi, sebaiknya kamu memotret, menulis, merekam, apa yang penting. Agar apa yang kamu lakukan sekarang, bukanlah menghancurkan ingatanmu sendiri. Melakukan, lalu [sudah pasti] melupakan. Hanya ingat beberapa hal, yang belum tentu valid. [dm]