Kamu bisa mencapai status “terhormat”. Tidak harus dengan memiliki banyak budak.
Jangan menjadi Roma Kuno, Arab Jahiliyah, Mesir zaman Fir’aun, dan Yunani Kuno.
Tidak harus dengan mendapatkan cium-tangan dari orang lain. Bisa tanpa membuat orang lain bersimpuh. Tidak harus dengan duel. Tidak harus dengan meminta publik mengakui kamu keturunan siapa, dari lingkungan apa. Tidak dengan memanipulasi sejarah suatu nilai, agar orang lain menghormati kamu.
Terhormat bukan soal kemarin kamu lulus dari mana. Tidak terletak di referensi orang lain.
Manusia terhormat ketika ia memiliki budaya, cara berpikir, bertindak, dan menyelesaikan masalah.
Ukuran bisa berubah. Penilaian bisa berubah. Yang terhormat versi masa lalu, bisa jadi, sekarang berbalik.
Orang yang memilih terhormat dengan selalu berpijak pada ukuran kemarin, belum pintar beradaptasi dengan “sekarang” dan masa depan. [dm]