Tidak ada yang iseng-iseng lalu berhasil. Kalau berhasil, pasti ada bagian di mana keseriusan terjadi.
Punya tujuan, “traction” (ini lawan dari “distraction” (gangguan), menetapkan apa yang harus dilakukan, teknik yang bagus, dan hal-hal esensial dari sukses, yang tidak bisa ditinggalkan.
Tidak ada iseng yang diberkati. Pasti ada momen serius yang membentuk sukses.
Banyak orang iseng, bermedia sosial, tiba-tiba berubah menjadi “serius”. Tiba-tiba, harus tampil cantik, mencoba filter dan efek foto, berdandan jika perlu, dan menjadi seperti orang lain.
Kemudian, follower mereka bertambah. Comment, reply, like, dan share bertambah. Dan tujuan mereka berubah. Ingin menjadi sangat terkenal. Posisi teratas (minimal 50 besar). Atau di atasnya X. Setara dengan X.
Karena “sangat terkenal” punya banyak arti. Panutan. Testimonial. Uang mengalir. Influence. Post-truth. Auto-cantik. Didengar. Diikuti. Diam itu emas. Tempat orang menghamba minta di-reply.
Karena popuralitas memang mirip franchise. Kios penyedia minuman, dengan tempat (akun) di mana-mana, dengan bentuk (tampilan visual dan kata-kata) yang hampir mirip, dengan “merk” sama. Yang begitu. Yang kayak gitu. Yang gitu-gitu aja.
Ketika orang bertanya tentang contoh, orang sering bertanya, “Seperti apa? Yang bagaimana?”.
Medsos itu visual. Tujuan yang mudah ditiru itu visual. Editing sudah identik dengan hasil visual. Akhirnya, yang visual lebih mudah ditiru.
Tidak mengherankan, “sangat terkenal” menjadi tujuan baru. Karena terlalu banyak contoh. Yang seolah-olah mudah. Namun ternyata menjadi gampangan. Seperti yang lain.
Menyedihkan, kalau orang menganggap saya sebagai pesulap, di mana mereka bertanya, “Bagaimana caranya agar akun Instagram saya banyak follower? Bagaimana agar traffic saya naik?”.
Bisa. Ada jalan ke sana. Namun bukan sulap. Perbaiki content. Perbaiki tujuan “mengapa” kamu lakukan ini.
Sebab di tengah perjalanan, tujuan bisa lain. “Mengapa” dan “cara-pandang” bisa berubah. Before “terkenal” dan After “sangat terkenal”.
Jauh di sana, ada ribuan follower yang melihat sekilas dan berkata, “Mirip akun yang ini. Akun seperti ini sedang menjamur. Ah, paling nanti tenggelam.”.
Popularitas ada di tangan pengabai. Kamu dapat popularitas kalau bisa meraih hati orang-orang yang mudah mengabaikan. Yang perhatian mereka berharga 4 detik (lalu scroll dan swipe, ganti dengan yang lain).
Membajak perhatian sesaat, dengan desain visual yang sama, dan wajah dengan standar kecantikan sama, akhirnya berhenti sebagai pembajak. Akun-akun itu menjadi jembatan, menuju iklan, menuju event (acara). Yang relevan untuk siapa saja. Bisa digantikan siapa saja.
Timbul-tenggelam menjadi nasib orang-orang yang bertujuan ingin menjadi “sangat terkenal”.
Idola sebenarnya, lebih sering “berbeda”, “bermanfaat”, dan “jangka panjang”. Idola sebenarnya, memiliki visi (mengapa), cara pandang, dan keahlian. Bertindak berbeda.
Popularitas bisa merusak visi. Kehilangan “mengapa”. Mengabaikan audien. Lupa menciptakan karya penting. Sibuk dengan taktik,
“Besok kita isi dengan apa?” terus-menerus — karena tidak punya visi. Selalu mencari perhatian.
Keahlian dan kepercayaan tidak bisa diciptakan dengan membajak perhatian. Tidak dengan interupsi dan iklan.
Pilih, mana yang akan kamu lakukan? [dm]