“Mendadak” itu berbahaya. Lawan dari “persiapan” dan “antisipasi”.
“Mendadak” identik dengan kebutuhan mendesak, memaksa, dan merampas waktu dan perhatian kamu dari hal-hal penting.
“Mendadak” mengabaikan peralihan (transisi). Sangat berbahaya.
Dari lampu hijau langsung ke lampu merah, tanpa lampu kuning, bisa akibatkan lebih banyak kecelakaan dan pelanggaran lalu-lintas.
Dalam bisnis juga demikian. Terlalu sering fokus pada “yang mendadak”, hasilnya kacau. Seperti bertarung menghadapi keroyokan.
Kita sering melihat hal yang mendadak, tersaji di mana-mana. Tiba-tiba ukuran betis artis X dianggap penting, tiba-tiba komentar 1 kalimat bernada common sense dari seorang gubernur mendadak dianggap penting, tiba-tiba suatu kata mendadak menjadi trending topic di Twitter.
Media tenggelam dalam taktik. Tidak punya content strategy, post planner jangka panjang, lebih suka yang mendadak. Sampai mereka akhirnya mendadak mati gaya dan content mereka membosankan.
Mereka melupakan tahapan. Melupakan transisi. [dm]