“Ilusi kendali” menggambarkan kecenderungan seseorang untuk melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam mengatur peristiwa atau hasil, seolah keberhasilan atau kegagalan sepenuhnya bergantung pada tindakan mereka. Ini mirip seperti seorang penjudi yang yakin ritual khusus bisa memengaruhi hasil dadu, padahal semuanya acak.
Summary
Orang menganggap mereka bisa mengendalikan hasil peristiwa lebih dari yang memungkinkan, sering kali mengabaikan ketidakpastian dan variabel di luar jangkauan.
Definisi dan Mekanisme
Abaikan bias ini? Keuangan bisa runtuh. Seseorang berinvestasi besar, yakin strategi mereka mengendalikan pasar, lalu kehilangan jutaan karena krisis ekonomi global yang tak terduga. Karier terhenti. Seseorang bekerja keras, mengira usaha saja menjamin promosi, tapi dipecat karena keputusan perusahaan yang tak bisa dipengaruhi. Bias ilusi kendali menipu, mendorong risiko berlebihan dan membuat orang menutup mata dari kenyataan yang tak terkendali.
Bayangkan seseorang melempar koin, percaya teknik mereka memastikan hasil kepala. Hasil tetap acak. Itulah bias ilusi kendali. Orang mengira tindakan mereka menentukan hasil, padahal variabel seperti keberuntungan, ekonomi, atau dinamika sosial jauh lebih berkuasa. Dalam wacana posmodernisme, Jean Baudrillard menjadi pemikir utama yang relevan. Dalam Simulacra and Simulation (1981), Baudrillard berargumen bahwa realitas modern adalah konstruksi simbol dan narasi media, menciptakan ilusi bahwa individu bisa mengendalikan dunia melalui pilihan pribadi. Narasi “penguasa takdir” ini menipu, menyembunyikan kekuatan sistemik seperti pasar atau budaya konsumerisme. Perspektif Marxian memperdalam: struktur kelas dan kapital mengatur lebih banyak daripada tindakan individu, namun orang tetap percaya mereka yang menentukan nasib. Pemikir seperti Zygmunt Bauman, dalam Liquid Modernity (2000), juga menyoroti ketidakpastian era modern yang membuat orang mencari ilusi kendali untuk merasa aman. Bias ini merajalela. Media sosial memuja “hustle culture”, seolah kerja keras mengendalikan segalanya. Akibatnya, orang menyalahkan diri saat gagal atau mengambil risiko tanpa memahami batas kendali. Bahaya. Bias ilusi kendali membuat orang lupa: hanya reaksi yang bisa dikendalikan, bukan dunia di luar.
Asal-Usul Istilah
Konsep ini pertama kali muncul untuk memahami pengambilan keputusan dalam psikologi. Ellen Langer memperkenalkannya melalui studi pada 1975 di Journal of Personality and Social Psychology, menunjukkan bahwa orang percaya mereka bisa mengendalikan hasil acak, seperti lotre, jika diberi “pilihan”. Istilah “illusion of control” dipopulerkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky dalam Judgment Under Uncertainty (1982). Kahneman dalam Thinking, Fast and Slow (2011) menegaskan, bias ini muncul karena otak mencari pola dan makna, bahkan di tengah ketidakpastian. Istilah ini kini menjadi pengingat untuk fokus pada hal-hal yang benar-benar bisa dipengaruhi.
Contoh
Investasi. Yakin Mengendalikan Pasar
Seorang investor yakin analisis mereka menjamin keuntungan besar. Bloomberg (2021, “The Myth of Market Control”) melaporkan, banyak yang kehilangan tabungan karena gejolak global tak terprediksi. Pasar dipengaruhi faktor makroekonomi di luar kuasa individu. Orang menyalahkan diri, bukan kenyataan pasar. Bagaimana orang salah memandang investasi? Mengira strategi pribadi menjamin hasil. Bukan ketidakpastian eksternal. Mengapa? Ilusi kendali menutupi variabel tak terlihat seperti kebijakan global.
Karier. Kerja Keras Bukan Jaminan
Seorang karyawan bekerja lembur setiap hari, percaya usaha mereka pasti mendatangkan promosi. Menurut Harvard Business Review (2020, “The Limits of Hard Work”), banyak yang kecewa karena keputusan perusahaan—seperti restrukturisasi atau politik kantor—tak bisa dikendalikan. Penyesalan dan stres muncul. Bagaimana orang salah memandang karier? Mengira usaha mengendalikan hasil. Bukan faktor sistemik. Mengapa? Narasi “hustle culture” memperkuat ilusi kendali.
Kesehatan. Ritual Tak Menjamin Kesembuhan
Seseorang mengikuti diet ketat, yakin bisa mencegah semua penyakit. The Lancet (2019, “The Illusion of Health Control”) mengungkap, genetika dan lingkungan memainkan peran besar yang tak terkendali. Penyakit tetap muncul, memicu frustrasi. Bagaimana orang salah memandang kesehatan? Mengira tindakan menjamin hasil. Bukan variabel biologis. Mengapa? Ilusi kendali menyederhanakan realitas kompleks kesehatan.
Politik. Kampanye Tak Menjamin Kemenangan
Kandidat politik percaya strategi kampanye mereka mengendalikan hasil pemilu. Political Psychology (2020, “Overestimating Campaign Control”) menunjukkan, sentimen publik dan peristiwa tak terduga sering lebih berpengaruh. Kekalahan mengejutkan, meski kampanye sempurna. Bagaimana orang salah memandang politik? Mengira kampanye mengendalikan suara. Bukan dinamika sosial. Mengapa? Ilusi kendali mengabaikan variabel tak terlihat seperti opini massa.
Solusi
Jangan terjebak ilusi kuasa berlebihan. Berikut langkah konkret melawan bias ilusi kendali:
- Pisahkan yang bisa dan tak bisa dikendalikan. Buat daftar dua kolom sebelum bertindak. Kolom 1: “Apa yang bisa dikendalikan?” (misalnya, riset investasi). Kolom 2: “Apa yang tidak bisa dikendalikan?” (misalnya, perubahan suku bunga). Fokus hanya pada kolom 1. Misalnya, untuk investasi, pelajari laporan keuangan, bukan prediksi pasar global. Ini menjaga energi pada hal yang relevan.
- Analisis skenario eksternal. Sebelum keputusan besar, tulis 3 skenario di luar kuasa yang bisa mengubah hasil. Misalnya, untuk karier: “Perusahaan bangkrut, pasar lesu, teknologi menggantikan peran.” Rancang rencana cadangan, seperti keterampilan baru. Ini melatih pengakuan atas ketidakpastian eksternal.
- Gunakan data historis untuk realisme. Teliti pola masa lalu untuk mengukur kendali. Misalnya, sebelum investasi, lihat data 10 tahun: berapa kali pasar jatuh karena faktor eksternal? Catat: “80% penurunan tak terkait strategi individu.” Ini mendorong skeptisisme terhadap ilusi kuasa pribadi.
- Cari masukan dari perspektif posmodern atau Marxian. Diskusikan rencana dengan orang yang paham dinamika sosial atau sistemik. Tanyakan: “Faktor sosial atau ekonomi apa yang terlewat?” Misalnya, untuk bisnis, tanyakan bagaimana struktur pasar memengaruhi. Catat masukan, seperti “Kelas konsumen menentukan permintaan.” Ini membuka mata pada variabel tak terkendali.
- Refleksi mingguan dengan jurnal. Tiap minggu, luangkan 15 menit untuk menulis: “Apa yang saya pikir bisa dikendalikan, tapi ternyata tidak?” Misalnya, “Saya kira kerja keras menjamin kontrak, tapi klien mundur karena anggaran.” Tulis pelajaran: “Fokus pada komunikasi, bukan overwork.” Ini membangun kebiasaan mengenali batas kendali.
Terpikat bias ilusi kendali, dunia terasa seperti panggung yang bisa diatur sesuka hati, namun kenyataan menampar dengan kekacauan tak terduga. Refleksi mengajarkan untuk merangkul batas kuasa, meneliti variabel sosial dan sistemik, serta fokus pada reaksi yang bisa dibentuk. Dengan daftar kendali, analisis skenario, dan refleksi jurnal, langkah menjadi lebih bijak, seperti pelaut yang menyesuaikan layar di tengah badai, menerima bahwa angin bukan miliknya, namun arah tetap bisa dipilih.