in

Bosan Bisa Membuatmu Lebih Kreatif

Mengubah bosan menjadi pendorong untuk lebih kreatif.

“Tidak ada yang tidak menarik. Yang ada hanyalah orang yang tidak tertarik.”

Seberapa sering kamu melawan bosan? Hitung lagi, seberapa sering kamu kalah melawan bosan.

Dulu sekali, saya sering gusar ketika rasa bosan datang. Semua hal membosankan, saya ingin berpindah ke keadaan yang lebih menyenangkan. Ternyata, cara saya itu salah. Piknik hanya memberi jeda sesaat, sebelum kembali bosan. Saya tidak menyadari kekuatan “bosan”.

Bosan adalah penanda kesadaran bahwa kamu sedang mengalami ” sekarang” dan memberi tahu, ada cara yang nggak work”. Tanpa rasa bosan, bosa dipastikan, kamu di zona nyaman.

Bersenang-hatilah ketika bosan datang. Itu pemicu kreativitas.

Seniman, programmer, pekerja kreatif, musisi, yang tidak pernah bosan, mungkin sedang di zona nyaman.

Karya mereka tidak beranjak menuju kebaruan, karena mereka jarang bosan. Jalan mempertanyakan keadaan dan sekeliling, justru berasal dari bosan. Zona nyaman, sebaliknya, dilindungi rasa takut untuk mendobrak kebosanan. Orang yang tak-kreatif, takut kepada bosan.

“Saya Bosan.” Saya sering mendengar orang bilang itu. “Enaknya ngapain, ya?” menjadi pertanyaan dengan motivasi hampir sama. Bosan.

Ini perasaan wajar, jika umurmu masih belasan tahun. Bosan itu perasaan yang apa-adanya. Mengajak bergerak maju. Keinginan menghibur diri sendiri. Ingin bertindak yang lebih bernilai daripada sekarang.

Bosan itu “aku dan sekarang”, lawan dari “mereka dan nanti”.

Bosan bisa mengosongkan ruang, sekalipun ada banyak orang dan tawaran di situ. Merasa sepi. Bosan itu pijakan awal dari “seni mengamati”. Kalau kamu sudah bukan anak belasan tahun, sudah bekerja, dan dewasa, bosan lebih sering terjadi. Lompatanmu lebih cepat.

Ada 2 pilihan dewasa, ketika bosan: berpindah atau memperbaiki “sekarang dan di sini”.

Yang memilih “berpindah”, akan mengambil keputusan ini. “Kita putus saja.”, “Saya ingin pindah dari sini.”, “Ayo kita piknik, -refreshing-.”, “Aku merindukan kawan-kawan lamaku.”.

Tempat kerja, pasangan kamu, kafe ini, aplikasi ini, bisa membosankan. Semakin berumur, kebosanan bisa dipicu apa saja. Bosan lebih sering terjadi pada orang dewasa, karena lebih sering “sudah pernah” mengalami yang ini dan yang itu.

Pilihan kedua. Bosan, bagi orang dewasa, hanya bisa diatasi dengan: mengambil tanggung jawab, menemukan hal lain, yang berpeluang tak-berhasil.

Bosan menjadi tantangan, hak istimewa bagi mata-terbuka, dan bagian dari pertumbuhan segala sesuatu dalam hidupmu.

Kalau kamu berpindah, untuk petualangan, kamu menggunakan prinsip para pemburu yang memperluas jangkauan: mencari hutan lain, buruan lain.

Kamu bercerita, betapa menyenangkan hutan di sana, manusia di sana, bahasa dan makanan mereka.

Atau, kamu sedang tidak bisa ke mana-mana. Yang kamu hadapi adalah boss yang galak, pasangan penuntut, ruang pengap, dan tugas yang seperti tak pernah selesai.

Tanpa berani merubah, kamu akan berhadapan dengan kebosanan sama.

Bosan adalah panggilan yang menantang kamu, untuk lebih mengoptimalkan kerja indera dan pikiran.

Jiwa yang bebas, tidak membutuhkan jangkauan luas. Yang dibutuhkan adalah kedalaman. Sekalipun aktivitas sama terjadi setiap hari, mereka menggali kedalaman. Mereka menemukan “Ternyata..”.

Seniman yang bebas, bisa bekerja dengan arang, pensil, cat minyak, dll. Petarung tangguh, tidak kehilangan senjata ketika ia tak-bersenjata. Mereka mengatasi kebosanan dengan tanggung jawab: mengubah sekelilingnya menjadi menyenangkan.

Tanpa mengerti caramu berpikir, kamu akan bosan dengan pikiranmu sendiri.

Tanpa mengerti lubang yang pernah membuatmu terperosok, kamu hanya akan melarikan-diri dari lubang itu. Tanpa mengerti bagaimana kebosanan ini terjadi dan cara mengatasinya, tujuh lautan dan sembilan hutan, tetap akan membosankan kamu.

Ambil tanggung jawab. Ubah sekitarmu. Bosan akan memicu awal kreativitasmu. [dm]

Written by Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *