in

Ini Sebabnya, Bekerja Keras Belum Tentu Bisa Kaya

Ringkasan buku Fooled by Randomness.

Sebabnya, kamu dibodohi keacakan.

Pada suatu hari saya bertanya kepada diri sendiri, “Mengapa orang sudah bekerja keras, belum menjadi kaya? Mengapa sudah rajin belajar, kebanyakan belum juga pintar?”. Kebanyakan orang menjawab, “Setiap manusia mendapatkan jatah berbeda, di luar kekuasaan dirinya.”. Benarkah?

Saya membaca buku Fooled by Randomness, karya Nassim Nicholas Taleb. Buku ini mengulas, bagaimana kebanyakan orang dibodohi oleh keacakan. Buku ini memberikan perspektif baru, bagi saya, tentang bekerja dan belajar. Saya tidak lagi percaya keberuntungan dan pola-pola lama dalam cara-bekerja.

Berikut ini ringkasan buku Fooled by Randomness karya Nassim Nicholas Taleb.

tulisan tangan ringkasan buku fooled by randomness.
Ringkasan buku Fooled by Randomness. (Credit: ForceofHabit.com)

Nassim Nicholas Taleb. Fooled by Randomness. Random House Tea Publisher. August 23, 2005. ISBN: 9780812975215.

Orang cenderung mengatakan dirinya tidak beruntung, padahal sebenarnya itu persoalan kemampuan (skill). Orang menganggap bahwa akses ke informasi yang lebih baik, berarti peluang keberhasilan lebih tinggi. Yang membuat orang menjadi kaya bukanlah kerja keras sendirian tetapi “dosis keberuntungan” dan “keahlian”.

Ketika ada kepingan teka-teki hilang, orang cenderung membayangkan, bahwa yang hilang itu akan mengubah keadaan menjadi kebaikan. Itu sama dengan membodohi diri-sendiri.

Banyak hal dalam hidup terjadi secara kebetulan. Untuk menjamin masa depan sukses, kamu perlu mengevaluasi dan meningkatkan skill kamu. Kemampuan penting: menyaring esensi dari kebisingan.

Kerja Keras Tidak Menjamin Keberhasilan

“Sukses ringan bisa dijelaskan dengan skill dan tenaga. Sukses liar disebabkan banyak varian.”

Bekerja keras tidak menjamin kesuksesan.

Lihatlah orang di sekitarmu, yang bekerja keras, berapa yang sukses?  Beberapa penemuan bagus dan sukses, bukan berarti kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan (seperti: kasus Apple).  Jangan berasumsi karena kerja keras adalah faktor pembeda antara tinggal di rumah 5 kamar dan hidup di jalanan. Perlu tetapi bukan satu-satunya yang kamu butuhkan.

Jadi apa yang kamu lakukan? Manfaatkan ketidaksesuaian yang terjadi sesekali. Ambil manfaat dari peristiwa langka, peristiwa yang cenderung tidak berulang berulang kali. Amati tren tetapi jangan terlalu terpikat. Jika tidak, Anda akan menjadi salah satu pecandu tiket lotre.

Filter Kebisingan, Fokus pada Sinyal

Ketika kita akan memutuskan sesuatu yang penting, katakanlah membeli mobil atau rumah, kita memilih banyak data, informasi terbaik, agar pilihan kita sempurna. Informasi berlebihan hanyalah kebisingan. Semakin banyak data, semakin besar kemungkinan kamu akan tenggelam. Selain menyebabkan kelelahan, kita mulai melihat hal-hal seperti yang kita inginkan. Kita menjadi bias terhadap hal yang kita inginkan, didikte emosi.

Banyak orang membeli barang mewah bukan alternatif yang lebih murah. Mereka ingin orang lain melihat mereka layak dan lebih pantas.

Kamu tidak perlu semua data di dunia untuk membuat keputusan. Kamu hanya perlu tahu bagian mana dari diri kamu yang ingin kamu puaskan. Emosi kamu ataukah citra diri praktis kamu? Ingin merasakan konten internal dan penerimaan sosial, ataukah pemakaian alat yang nilainya terbaik untuk uang kamu?

Jangan Mengacaukan Keberuntungan dengan Skill

Tidak ada yang menerima keacakan dalam kesuksesannya, orang hanya melihat kegagalannya.

Skill baik ataupun kurang, bisa menyebabkan hal-hal baik atau buruk. Hal-hal baik atau buruk, juga bisa terjadi begitu saja. Yang terpenting, kamu bisa bedakan mana sukses atau gagal yang terjadi karena skill atau karena keberuntungan.

Fokus pada Hal-Hal yang Tidak Kamu Ketahui

Apa yang kamu lakukan sebelum berinvestasi di saham? Rasio keberhasilan pedagang saham, yang memperhatikan turun-naiknya harga saham, hanya sekitar 25% menurut platform perdagangan modern.

John Stuart Mill: “Banyak angsa putih memunculkan anggapan semua angsa berwarna putih, tetapi, ketika melihat hanya 1 ekor angsa hitam, sudah cukup untuk membantah kesimpulan itu.”

Berpikir sesuatu itu benar hanya karena tidak ada bukti yang berlawanan, tidak lantas menjadikannya benar. Ini hanya membuatnya menjadi kenyataan bagi (menurut) kamu, sehingga tertipu oleh judul “keacakan”. Ini semacam pesan tersembunyi di dalam buku.

Fokuskan sebagian besar waktu kamu untuk mempelajari prinsip-prinsip dasar dari subjek (pembicaraan) yang ingin kamu kuasai, bukan pada apa yang sedang tren saat ini. Tetap berpikiran terbuka dan jangan takut (atau malu) untuk mengubah pendapat kamu jika memang harus.

Jangan Lawan Emosi Kamu, Atasi Mereka

Emosi hampir mustahil untuk dihilangkan. Jadilah teman bagi emosi kamu. Emosi menavigasi kamu dalam hidup, tidak bisa kamu lenyapkan.

Catatan

Manfaatkan kejadian langka dan sumber aneh: Jika semua orang memiliki akses ke jumlah informasi sama, orang mengharapkan hasil yang persis sama.

Lihatlah infografis, ini akan memperbaiki perspektif kamu.

Batasi masukan informasi agar tidak percaya berdasarkan kecenderungan informasi itu.

Tidak ada teori yang benar. Ingat falsifikasi Karl Popper. Selalu ada kemungkinan salah.

Skeptisisme memaksa kamu melakukan triple-check sebelum bertindak.

Hal-hal tak terduga selalu terjadi. Persiapkan skenario terburuk, dan lebih banyak lagi yang terburuk.

Betapapun bagus situasi kamu saat ini, kalau tidak dapat menangani potensi kemunduran, kamu akan gagal.

Kutipan Buku

“Pahlawan adalah pahlawan karena mereka heroik dalam perilaku, bukan karena mereka menang atau kalah.”

“Kesalahan mengabaikan bias survivorship adalah kronis, terutama di kalangan profesional. Kita dilatih untuk mengambil keuntungan dari informasi yang ada di depan mata kita, mengabaikan informasi yang tidak kita lihat.”

“Probabilitas bukan hanya perhitungan peluang pada dadu atau varian yang lebih rumit; itu adalah penerimaan atas kurangnya kepastian dalam pengetahuan kita dan pengembangan metode untuk mengatasi ketidaktahuan kita.”

Buku ini menyajikan data mengejutkan dan bisa ubah cara-pandang dalam bekerja. [dm]

Written by Day Milovich

Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Kota Lama Semarang.

Meeting yang Produktif

Bahaya Terlalu Fokus kepada Tujuan