Dengan menggunakan website ini, kamu setuju dengan Kebijakan Privasi dan Syarat Penggunaan. Tenang, ini bukan web komersial dan nggak ada spam.
Terima
Sak JoseSak JoseSak Jose
Pemberitahuan Lebih banyak
Ubah Ukuran FontAa
  • Artikel
  • Note
    • Catatan
    • Berpikir
    • Bekerja
    • Cerita
    • Digital
    • Masalah
    • Movie, Series
    • Quote
  • Menulis
  • Puisi
  • Bias
Baca: Mal sebagai Tempat Ibadah
Bagikan
Ubah Ukuran FontAa
Sak JoseSak Jose
  • Artikel
  • Note
  • Menulis
  • Puisi
  • Bias
Search
  • Artikel
  • Note
    • Catatan
    • Berpikir
    • Bekerja
    • Cerita
    • Digital
    • Masalah
    • Movie, Series
    • Quote
  • Menulis
  • Puisi
  • Bias
Sudah punya akun? Masuk
Ikuti Kami
Artikel

Mal sebagai Tempat Ibadah

Day Milovich
Minggu, 14 Januari, 2018
Bagikan
Bagikan

Mal mengubah fungsi pasar tradisional menjadi ruang pembentukan diri yang menjanjikan “keselamatan” dan “kebahagiaan”. Bentuk pencapaian ini dilakukan dengan membeli komoditas.

Semula, kritik terhadap iklan, dikaitkan dengan keterasingan budaya, bahaya infiltrasi produk di luar jangkauan (harga maupun gagasan), dan efek negatif dari promosi produk.

Iklan produk modern mencitrakan tubuh manusia sebagai “sarang kuman”, membutuhkan makanan “tanpa zat pewarna”, perlu merasakan “surga di rumah sendiri”, kendaraan untuk “seluruh keluarga”, singkatnya, tubuh manusia modern membutuhkan pertolongan di semua aspek, untuk mencapai “keselamatan” (salvation) dan “kebahagiaan” (happiness).

Mal menyediakan semua kebutuhan tubuh, keluarga, manusia modern. Mal menjadi semacam tempat ibadah di mana diri (setiap orang) dan keluarga melakukan “perjalanan” mencapai pembersihan, pemurnian, wisata, surga di dunia.

Kritik terhadap iklan yang hanya didasarkan pada pertentangan diametral antara nilai nilai sosial dan agama, terhadap tawaran nilai dari produk di mal, tidak akan menjadi kritik konstruktif. Keterikatan manusia modern terhadap mal didukung televisi, radio, koran, internet, dan tensi hidup perkotaan. Tidak hanya sebatas kebutuhan fisik tetapi sudah mencapai sistem syaraf dan kesadaran (consciousness).

Pernahkah mendengar teman kamu bermimpi memakai ponsel Android? Pernahkah merasakan sensasi tubuh berbeda saat body care di salon?

Masyarakat secara tidak sadar mengalami pembiasaan (conditioning) dan rangsangan (stimulus) terus-menerus, secara tak-sadar, akhirnya konsep tradisional tentang “keselamatan” dan “kebahagian” dari agama, pelan-pelan tergantikan oleh dinamika di dalam mal (supermarket).

Orang memilih memutihkan kulit melalui produk untuk mewujudkan “mimpi 7 dari 10 perempuan di Indonesia”, bukan lagi melakukan perawatan tradisional. Keluarga dapat dibahagiakan jika bersama berbelanja, mencari hiburan, serta menghabiskan waktu di mal.

Konsep diri manusia modern adalah “sebuah substansi” yang digambarkan pasar raya sebagai diri yang membutuhkan, memerlukan, diri yang berkaitan dengan “kelas” ekonomi “orang lain” (the other). Beli kualitas bagus dan harga tinggi, maka strata sosial akan meningkat.

Diri menurut manusia modern adalah sebuah substansi yang ditentukan, diproyeksikan, diarahkan. Diri, sebenarnya bukanlah “sebuah substansi”, melainkan “multiplisitas”, campuran banyak kepentingan, serta konsepsi bentukan.

Pendapat “7 dari 10 perempuan Indonesia, menginginkan kulit putih, sebagai contoh, bukanlah “konsepsi diri” perempuan Indonesia, melainkan “konsep diri bentukan” dari sebuah produk. Ada ribuan produk yang membentuk diri manusia modern. Setiap individu adalah medan arus perputaran bentukan konsep ini.

Manusia modern menjadi tidak terbebaskan jika masuk dalam arus konsumsi mal ini. Secara tidak sadar pula,, diam-diam manusia modern mengalami proyeksi perubahan tingkah laku yang menyimpang dari akar tradisinya.

Perbedaan kepentingan, kesenjangan ekonomi, dan pembedaan berdasarkan konsumsi produk,, akan membawa pada perubahan kebutuhan hidup, menjadi sesuatu yang berbahaya.

“Nenekku punya sebuah pulau. Tak ada yang bisa dibanggakan. Kau bisa mengelilinginya dalam satu jam, tetapi, tetap saja, itu adalah surga bagi kami. Di musim panas, kami datang berkunjung,, dan menemukan tempat itu sudah penuh dengan tikus. Mereka datang dari perahu para nelayan, dan menghabiskan kelapa di pulau.

Jadi, bagaimana kau menyingkirkan tikus dari sebuah pulau? Nenekku menunjukkannya padaku.

Kami menguburkan drum dan memancing mereka. Kami mengikatkan kelapa dalam drum sebagai umpan dan tikus-tikusnya datang untuk memakan kelapa, dan mereka semua jatuh ke dalam drum. Dan dalam sebulan, kami berhasil mengurung semua tikus di dalam drum.

Tetapi apa yang kemudian kamu lakukan? Membuang drumnya ke laut? Membakarnya? Tidak. Tinggalkan saja.

Dan tikus-tikus itu akan mulai kelaparan. Dan satu demi satu mereka akan saling memakan satu sama lain. Sampai hanya tinggal dua tikus yang tersisa. Dua yang selamat.

Kemudian apa? Membunuh mereka? Tidak. Ambil dan lepaskan 2 tikus itu ke pohon. Dan 2 tikus itu tidak akan memakan kelapa lagi. Sekarang 2 tikus itu hanya mau makan tikus lain.

Kamu telah merubah naluri dua tikus itu. Dua tikus yang selamat. Inilah apa yang telah mereka lakukan pada kita,” Silva kepada James Bond, dalam “Skyfall”, the movie.

Ada yang diam-diam berubah. Perilaku manusia. [dm]

Perkosaan Massal, Mei 1998, Belum Terselesaikan Sampai Sekarang
Fokus yang Terampas
10 Kekerasan Simbolik yang Sering Terjadi
25 Pemicu Psikologis yang Membuat Orang Membeli
Kekerasan Mimetis, Kelompok Kebencian Online, dan Festival Sejati
KEYWORD:artikel day milovich
olehDay Milovich
Ikuti
Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Kota Lama Semarang. Bekerja di 5 media berita.

Terbaru

Puisi

Benteng Sunyi

Day Milovich
Day Milovich
Rabu, 18 Juni, 2025
Perkosaan Massal, Mei 1998, Belum Terselesaikan Sampai Sekarang
Mengharap Kejujuran
Persamaan Mereka
Pilihan Perempuan

Terpopuler

CatatanMasalah

Hubungan Kita Harus Berakhir

Day Milovich
Day Milovich
Rabu, 13 Mei, 2020
Creative Agency Kamu Bermasalah
Periksa Akurasi Berita dengan Daftar Ini
Tentang Literasi Buku dalam Ketidakhadiran Literasi Finansial dan Digital
64. Bias Pemikiran Kelompok

SakJose adalah website milik Day Milovich. Khusus untuk orang kurang kerjaan.

Address:
Rumah Popo Jl. Branjangan No.10, Tj. Mas, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah 50174

Tulisan Unggulan

Benteng Sunyi

Day Milovich
Day Milovich
Rabu, 18 Juni, 2025

Perkosaan Massal, Mei 1998, Belum Terselesaikan Sampai Sekarang

Mengharap Kejujuran

Persamaan Mereka

Pilihan Perempuan

Satu Rahasia

Powered by:

  • HaloSemarang.id
  • JatengToday.com
  • IndoRaya.news
  • Mercusuar.co
  • MetroSemarang.com
  • MetroJateng.com
  • HOME
  • MANIFESTO
Baca: Mal sebagai Tempat Ibadah
Bagikan
  • /WORKSHOP
  • /STATUS
  • /INDEX
    • Indoraya News
    • Jateng Today
Baca: Mal sebagai Tempat Ibadah
Bagikan

Copyright (c) 2025

© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username atau email
Password

Lupa password?