Dengan menggunakan website ini, kamu setuju dengan Kebijakan Privasi dan Syarat Penggunaan. Tenang, ini bukan web komersial dan nggak ada spam.
Terima
Sak JoseSak JoseSak Jose
Pemberitahuan Lebih banyak
Ubah Ukuran FontAa
  • Artikel
  • Note
    • Catatan
    • Berpikir
    • Bekerja
    • Cerita
    • Digital
    • Masalah
    • Movie, Series
    • Quote
  • Menulis
  • Puisi
  • Bias
Baca: Tidak Harus Mengingat Detail Buku
Bagikan
Ubah Ukuran FontAa
Sak JoseSak Jose
  • Artikel
  • Note
  • Menulis
  • Puisi
  • Bias
Search
  • Artikel
  • Note
    • Catatan
    • Berpikir
    • Bekerja
    • Cerita
    • Digital
    • Masalah
    • Movie, Series
    • Quote
  • Menulis
  • Puisi
  • Bias
Sudah punya akun? Masuk
Ikuti Kami
Artikel

Tidak Harus Mengingat Detail Buku

Day Milovich
Minggu, 18 Maret, 2018
Bagikan
Bagikan
Tergantung, buku model apa. Memahami dan mendapatkan pengalaman berharga dari buku, kadang lebih penting daripada harus mengingat detail buku.

Seorang kawan mengeluh kepada saya, “Setiap membaca buku, saya lupa isinya. Tidak ada satu kalimatpun yang bisa saya kutip.”.

Pernah mendengarkan pernyataan seperti itu?

Saya berpikir, “Siapa yang mengharuskanmu mengingat kalimat dalam buku?”. Mungkin sekolah sering menuntut hafalan, mungkin pula ia terlalu sering mendengar kehebatan orang lain yang diukur dari seberapa tepat dan seberapa ingat dalam mengutip. Apa yang bisa kamu hafal? Apa yang bisa kamu ingat? Tugas menghafal. Memori. Tepatnya, memori jangka-panjang (long-term memory) sering menjadi masalah, dalam mengingat detail dan mengutip. Tidak semua bisa, tidak semua orang harus.

Tidak setiap buku harus diperlakukan dengan “model mental” yang sama.

Ada seorang kawan yang sangat pelan sekali dalam membaca. Ia menikmati halaman demi halaman, ia menikmati “pengalaman selama membaca”. Setelah buku ditutup, ia tidak ingat: detail, nama-nama, dialog, dll. Ada juga seorang kawan yang sangat “menikmati” puisi. Dia tidak bisa menulis puisi, ia tidak tahu dunia puisi. Ia hanya punya kriteria “nikmat” dan “tidak nikmat”. Bahkan ia tidak bisa mengartikulasikan (mengungkapkan gagasan) puisi.

Ia seperti menonton film. Enjoy #selama menonton, tanpa ada mau dibebani tuntutan untuk menceritakan-ulang kepada orang lain. Ia membaca untuk dirinya sendiri.

Itu sebabnya, ia perlu (harus selalu) membuka-kembali buku yang pernah dibacanya. Ini terjadi, terutama, pada buku fiksi dan buku kode “R” (referensi).

Tidak setiap buku harus diingat.

Saya pernah menantang kawan saya, yang suka sekali Sherlock Holmes versi novel, untuk menonton film seri “Sherlock Holmes” (dari Season 1 sampai Season 4), yang dibintangi Benedict Cumberbatch. Ia berhadapan dengan Sherlock Holmes yang sama sekali berbeda dari versi novel. Ia bilang, “Serial ini bertentangan-dengan versi aslinya,” padahal yang senyatanya terjadi, serial itu hanya terinspirasi dari versi novel.

Jelas keduanya sama sekali berbeda. Di novelnya belum ada teknologi canggih, sedangkan di serial itu sudah ada iPhone, kereta bawah-tanah (subway), dan plot maju-mundur. Ia tidak bisa mengikuti dialog filmnya yang sangat cepat, singkat, dan padat.

Perlu rewind beberapa kali, tidak jarang menonton-ulang, sampai mengerti alur ceritanya. Singkatnya, mengingat detail pada film seri “Sherlock Holmes” itu susah.

Ia berhadapan dengan “kesulitan mengingat”. Seperti kebanyakan orang.

Namun yang menyenangkan, di balik lupa terhadap detail, ia mengerti “cara Sherlock Holmes berpikir”. Ia mendapatkan pelajaran berharga, yang kelak diterapkan dalam hidupnya. Ini yang lebih berharga daripada sekadar mengingat kalimat demi kalimat dalam novel atau film seri Sherlock Holmes.

Setiap menghadapi fakta-fakta yang membingungkan ia selalu kembali pada metodologi investigasi a la film seri “Sherlock Holmes”.

Ada apa di balik jejaring fakta ini? Apa kemungkinan yang terjadi setelah ini? Bagaimana saya mendeduksi fakta-fakta yang sekilas nampak tak-berhubungan ini? Bagaimana “kerajaan pikiran” saya mengingat-dan-memisahkan fakta?

Bawa saya ke London, saya hafal betul seluk-beluk London. Dan pembunuhnya adalah..

Ini artinya, jikalau ia tidak bisa mengingat quote dari apa yang ia baca (atau tonton), ia mendapatkan pelajaran berharga dari “buku” tersebut, yaitu “pelajaran berpikir”.

The point is.. perhatikan, apa model buku yang sedang Anda baca. Pahami dulu, sebelum mengerti, sebelum mengingat detailnya. Baca dan baca lagi.

Dan ini pertanyaan selama membaca.

  • Apakah saya berhasil menemukan metode yang dipakai penulisnya dalam menjelaskan suatu masalah? Ini akan menjadi “jalan” untuk memasuki pikiran penulisnya.
  • Apakah saya berhasil membuat skema pemikiran? Biasanya sambil membaca, saya “menggambar” skema. Tidak perlu menuliskan detailnya. Tidak harus membuat ringkasan. Kalau sudah menjadi skema, saya “memotret” dalam pikiran agar bisa mengingat skema ini.
  • Detail bisa diingat dengan membuat pertanyaan demi pertanyaan: Bagaimana asalnya ia bisa berpendapat begini? Apa kata-kunci yang dipakai dalam penjelasan ini? Apakah dalam skema ini, saya bisa membuat pertanyaan dan jawabannya sekaligus?
  • Membaca-ulang akan meng-upgrade pemahaman terhadap masalah. Apa yang belum saya ketahui dari penjelasan ini? Apa yang belum dibahas di sini?

Detail itu penting, namun kepentingannya bukan untuk menghafal. Anda perlu memahami terlebih dahulu, bukan menghafal pengertian dan detail.

Koneksi akan lebih kuat jika Anda melakukan “cross-reference” (rujukan-silang), dari buku atau literatur lain. Koneksi berarti mendialogkan beberapa literatur dan Anda mendengarkan percakapan mereka. Ini bisa bikin cara mengingat menjadi lebih kuat.

Pertanyaan pertama, setiap kali membaca buku, bukanlah bagaimana “saya” mengingat buku itu, tetapi, “pengalaman” macam apa yang saya dapatkan dari buku ini, agar hidup saya menjadi lebih baik.

Saya sudah menuliskan bagaimana cara membaca buku dan tetap ingat isinya.

Kawan saya tidak bisa mengingat detail dan dialog di film itu, namun mendapatkan pengalaman berharga: cara berpikir dan mengatasi masalah. Itu sudah keren sekali untuk hidupnya. [dm]

Perkosaan Massal, Mei 1998, Belum Terselesaikan Sampai Sekarang
Fokus yang Terampas
10 Kekerasan Simbolik yang Sering Terjadi
25 Pemicu Psikologis yang Membuat Orang Membeli
Kekerasan Mimetis, Kelompok Kebencian Online, dan Festival Sejati
KEYWORD:membaca bukumetode membacapengalaman hidupteori belajar
olehDay Milovich
Ikuti
Webmaster, artworker, penulis tinggal di Rembang dan Kota Lama Semarang. Bekerja di 5 media berita.

Terbaru

Puisi

Benteng Sunyi

Day Milovich
Day Milovich
Rabu, 18 Juni, 2025
Perkosaan Massal, Mei 1998, Belum Terselesaikan Sampai Sekarang
Mengharap Kejujuran
Persamaan Mereka
Pilihan Perempuan

Terpopuler

CatatanMasalah

Hubungan Kita Harus Berakhir

Day Milovich
Day Milovich
Rabu, 13 Mei, 2020
Creative Agency Kamu Bermasalah
Periksa Akurasi Berita dengan Daftar Ini
Tentang Literasi Buku dalam Ketidakhadiran Literasi Finansial dan Digital
64. Bias Pemikiran Kelompok

SakJose adalah website milik Day Milovich. Khusus untuk orang kurang kerjaan.

Address:
Rumah Popo Jl. Branjangan No.10, Tj. Mas, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah 50174

Tulisan Unggulan

Benteng Sunyi

Day Milovich
Day Milovich
Rabu, 18 Juni, 2025

Perkosaan Massal, Mei 1998, Belum Terselesaikan Sampai Sekarang

Mengharap Kejujuran

Persamaan Mereka

Pilihan Perempuan

Satu Rahasia

Powered by:

  • HaloSemarang.id
  • JatengToday.com
  • IndoRaya.news
  • Mercusuar.co
  • MetroSemarang.com
  • MetroJateng.com
  • HOME
  • MANIFESTO
Baca: Tidak Harus Mengingat Detail Buku
Bagikan
  • /WORKSHOP
  • /STATUS
  • /INDEX
    • Indoraya News
    • Jateng Today
Baca: Tidak Harus Mengingat Detail Buku
Bagikan

Copyright (c) 2025

© Foxiz News Network. Ruby Design Company. All Rights Reserved.
Welcome Back!

Sign in to your account

Username atau email
Password

Lupa password?