Sistem pengukuran yang berbasis popularitas, sering merusak permainan. Sebaiknya, jangan mencuri metrik orang lain.
Kami bertiga, malam itu. Kawan saya bercerita tentang “rahasia” yang ia temukan dari pengalaman selama riset 2 tahun. Trik yang menurut saya “waow” dan belum pernah saya mengerti. Dia paham konsep dan teori, menerapkan, benar-benar riset. Semacam pencapaian yang ia lakukan di profesinya. Kawan saya yang satu lagi, meminta izin untuk memuat “rahasia” itu ke blognya. “Boleh saya pasang ini di blog saya?”.
Sebentar, mengapa tiba-tiba ada pintasan seperti ini?
Alasan yang ia ajukan, agar semua orang membaca, karena ini informasi bagus. Terutama untuk keuntungan dirinya sendiri. Orang lain yang bekerja, bahkan dia belum tahu seberat apa yang dialami kawannya, dia mau rampas itu. Demi traffic. Dari traffic, datanglah klik, beli, dan iklan menjadi earning. Dia ini bukan sebuah media, bukan sumber berita, dan kebanyakan tidak cari content dari lapangan.
Selalu ada permintaan pintasan seperti ini, ketika seorang penulis mulai malas mencari. Ia memilih kejar-tayang, menjaga rating, dengan mengumpulkan yang terbaik dari orang lain.
Dengan sedikit perlakuan kejam, “rahasia” kawan saya tadi, ia masukkan ke dalam listicle berjudul “7 Rahasia yang Tidak Diketahui Orang tentang..”.
Taktik konversi, begitu banyak kita temukan. Tulisan ingin dikonversi menjadi video. Video ingin dituliskan sebagai artikel. Copy-edit. Ubah sedikit, modifikasi, dan kemas dalam bentuk lain. Ini literasi yang kejam. Yang “mencuri”, bisa lebih ngehit.
Mengapa tujuan mereka ngehit? Earning dan dollar? Baiklah, saya bisa malum. Jangan kejam begitulah dengan hasil penelitian orang.
Jadinya, kita tidak melihat kedalaman, keahlian (expertise) seseorang di balik tulisannya, karena mereka sebatas mengumpulkan “yang terbaik”.
Tujuan seseorang (yang menulis dengan jalan pintas) menjadi tujuan orang lain. [dm]